3. Wawancara Petugas Kebersihan

1122 Words
"Pak Davin mau ke sini, ikut nyeleksi petugas kebersihan. " Seru seorang senior yang hari ini bekerja mewawancarai para pelamar, sontak, seluruh karyawan yang bertugas di sana langsung panik, takut jika selama ini mereka telah melakukan kesalahan hingga CEO mereka sendiri yang harus turun tangan untuk mencari petugas kebersihan yang baru. Beberapa saat kemudian Davin muncul bersama dengan Antika lewat pintu lain supaya tidak berpapasan langsung dengan Luna. Ke duanya duduk di kursi juri, mulai bertanya apa saja yang perlu di tanyakan oleh pelamar dan langsung di jawab oleh mereka dengan beragam tanggapan. Ada yang menjawab dengan tegas, semangat, namun juga ada yang gemetaran, mungkin merasa grogi dan juga takut jika di tolak. Davin melihat semua berkas pendaftaran, dan ia menemukan dia berkas ganjal di antara semuanya. Yang satu atas nama istrinya yaitu Luna, dan yang satunya lagi atas nama Angela. Mereka mengirim surat lamaran menjadi seorang staff HRD namun entah bagaimana bisa salah hingga terdampar di sini. Pantas saja, daftar langsung wawancara, padahal menjadi seorang staff HRD tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan kalau memang ada lowongan pastinya akan di serbu banyak sekali pelamar, sebab itu ada jadwal panggilan wawancara. Dokumen lamaran Luna dan Angela masih ada di antrean paling akhir, tapi Davin membuat nama mereka cepat di panggil, ia cukup kasihan pada sang istri. Pasti sudah menunggu lama, lelah, jengah dan mungkin jika menunggu antrean akan melewatkan makan siang. Ia tidak ingin Luna sakit, akan tambah merepotkan dirinya, jadi, ia percepat saja. "Selanjutnya, panggil tiga nama ini." Titah Davin pada salah seorang karyawan, dia dengan sigap mengangguk dan bersiap keluar untuk memanggil nama pelamar selanjutnya. "Nomor urut 45, Sri Wahyuningsih. Nomor urut 76 Laluna Angelica, dan nomor urut 77 Angela Winata." Seru seorang karyawan memanggil nama pelamar yang selanjutnya akan di wawancarai. "Nama kita di panggil. " Seru Luna berusaha membangunkan Angela yang tengah setengah terlelap karena lelah menunggu. Ke duanya dengan gugup mempersiapkan diri, mengecek riasan, memakai parfum serta masih banyak yang lainnya. Sedangkan di sisi lain, pelamar dengan nomor sebelum mereka mulai komplen, kenapa setelah nomor antrean 45 langsung meloncat jauh hingga 76 dan 77, padahal mereka mendapatkan nomor antrean 50-an dan juga 60-an. "Gimana sih mbak? Kok loncatnya jauh banget?" Protes mereka secara bersamaan. "Mereka udah daftar online sebelumnya." Balas petugas berbohong, mereka tidak bisa mengacuhkan permintaan Davin, bisa mengancam pekerjaannya di sini. "Baru tahu ada daftar online." "Nama yang baru saja di panggil, silahkan masuk ke ruangan segera. " Pinta petugas dengan cepat sebelum ia di protes banyak pelamar yang lain. "Cepetan! " Paksa Luna pada Angela yang justru masih sibuk memakai lipstik. "Iya, ini udah. " Ketiga pelamar yang baru saja di panggil masuk ke dalam ruangan lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan. Mereka sudah siap menerima wawancara penerimaan petugas kebersihan. "Eh! " Pekik Luna dengan terkejut saat melihat sosok yang cukup ia kenal tengah duduk di antara juri yang akan mewawancarai. "Ada masalah dengan nomor 76? " Tanya Antika dengan sinis, ia ingat dengan Luna dan juga teman sebelahnya. Nomor antrean 76 adalah pemilik tas LV, sedangkan sebelahnya yaitu nomor antrean 77 adalah pemilik tas Channel. Dan, mereka membawa tas tersebut masuk ke dalam ruangan, dan itu sukses membuatnya panas. Tas idamannya yang belum sanggup ia beli, justru di miliki oleh kasta rendahan seperti mereka yang mendaftar sebagai petugas kebersihan kantor. Miris sekali hidupnya. "Apa motivasi mu bekerja di perusahaan kami? Yang pertama menjawab, nomor 45, silahkan. " "Saya adalah seorang janda, suami saya berselingkuh dengan wanita lain dan meninggal kan saya serta ketiga anak kami tanpa ada rasa tanggung jawab sama sekali. Saya ingin bekerja di sini untuk menyambung hidup, membiayai semua kebutuhan ketiga anak saya. Selain itu, saya juga punya niat yang baik untuk perusahaan, membuat perusahaan tetap bersih, dan nyaman untuk semua karyawan. Perusahaan sukses berawal dari kebersihan sekitar dan karyawan yang nyaman. " Jawab Ibu Sri Wahyuningsih dengan nada suara sedikit memilukan di awal saat menceritakan kisah hidupnya, namun di akhiri dengan semangat yang membara demi menjaga kebersihan perusahaan. Luna dan Angela menatap wanita paruh baya tersebut dengan aneh, kenapa jawabannya seperti itu? Sama sekali tidak berkelas, memangnya ini acara TV yang mengadu nasib? "Membuat perusahaan tetap bersih? " Gumam Angela mulai merasa ada yang aneh, kenapa begini? Ia lalu menoleh ke sembarang arah, mencari sesuatu yang bisa menjelaskan apa yang saat ini tengah terjadi. Sedangkan, di sisi lain Luna tengah bertatapan langsung dengan Davin. Ia baru sadar bahwa perusahaan ini adalah milik mertuanya, dan suaminya adalah CEO di sini. Pantas saja ia tidak tahu, ia tidak pernah datang kemari atau di ajak ke perusahaan, ia juga tidak pernah kepo mengenai nama perusahaan, dan hari ini baru tahu bahwa nama perusahaan yang di bawah naungan suaminya adalah youngfood. Salah Perusahaan makanan beku terbesar di Asia Tenggara. "Ha?! " Angela bangkit dari duduknya dengan cepat saat melihat sebuah lampiran di dinding, bahwa ini adalah wawancara penerimaan petugas kebersihan, bukan staff HRD. "Nomor 77, ada apa? " "Ini, wawancara petugas kebersihan? Office girl? " Seru Angela dengan panik. Luna menoleh ke arahnya, ia juga baru tahu soal ini, pantas saja sejak tadi Davin menatapnya seolah mengejek, karena ini masalahnya. "Kamu baru tahu? " Luna memeriksa ponselnya kembali, membaca ulang brosur yang tersebar di media sosial, kalau perusahaan youngfood memang mencari petugas kebersihan, sedangkan yang mencari staff HRD adalah perusahaan green food. "Wah, " Desah Luna dengan lemas, rasanya ia ingin pingsan sekarang juga. "Kalian bertiga, nomor 45, 76 dan 77, kalian di Terima bekerja di sini. Dan saya harap, mulai besok, kalian bisa datang untuk bekerja di perusahaan ini. " Putus Davin dengan cepat. Tentu saja semua orang terkejut mendengarnya, dan Ibu Sri Wahyuningsih menjadi satu-satunya orang di ruangan tersebut yang bahagia bukan main bahkan sampai melakukan sujud syukur. Sedangkan Luna, rasanya ia ingin menghantam kepala Davin dengan kursi sekarang juga. Apa pria itu berniat mempermainkannya? Sedangkan sisanya merasa bingung, kenapa Davin dengan mudahnya meloloskan mereka? Padahal dia calon lainnya belum di beri pertanyaan, apa karena mereka cantik? "Ini salah, saya mohon maaf sebelumnya, tapi kami berdua. Saya dan sahabatnya nomor 76 salah mengirimkan surat lamaran. Seharusnya, kami tidak di sini." Terang Angela berusaha untuk mengubah keadaan. Ia tidak ingin menjadi petugas kebersihan. "Permintaan maaf di Terima, dan saya sebagai CEO di perusahaan ini juga menerima kalian sebagai salah satu karyawan di perusahaan ini. Menurut saya, kalian benar-benar di takdirkan untuk berada di sini, menjadi salah satu bagian dari perusahaan. " "Tapi bukan jadi petugas kebersihan. Kami ingin jadi staf HRD! " "Staf HRD sudah penuh, tidak menerima lagi. Lagi pula, nilai IPK kalian cukup rendah, tidak masuk kualifikasi. " Terang Antika membuat Angela langsung bungkam seketika. Hari soal sedunia. Batin Luna dan Angela dengan kompak. "Emak gue bisa pingsan kalau tahu ini." "Lihat aja nanti kalau di rumah, "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD