Pagi buta Luna sudah bangun, membersihkan diri lalu menyiapkan semua kebutuhan Davin saat hendak pergi ke kantor, seperti setelan pakaian kerja, hingga sarapan pagi. Tak lupa, ia juga memastikan bahwa sepatu suaminya sudah mengkilat bersih setelah itu ia baru membenahi dirinya sendiri. Luna memang menikah karena perjodohan, namun setidaknya ia tahu kewajiban apa yang harus ia lakukan sebagai seorang istri terhadap suami, hal kecil yang terkesan sepele namun cukup melelahkan di pagi harinya yang cerah.
"Selamat pagi Pak bos, sarapannya sudah siap. " Sapa Luna pada Davin yang baru saja sampai di meja makan untuk sarapan, seperti pagi-pagi sebelumnya, menu sarapan paginya selalu bergonta-ganti, dan hal itu cukup membuat Davin cukup senang walaupun belum tentu masakan Luna.
"Bubur ayam depan komplek? " Tebak Davin yang langsung di beri anggukan kepala oleh sang istri.
"Lengkap dengan teh hangat, sate usus dan jeroan goreng kesukaan lo. Bener, kan? " Balas Luna sembari mempersilahkan suaminya untuk makan segera.
"Iya, bener. "
"Gue minta saran. " Pinta Luma dengan cepat, Davin mendengarkannya sembari menikmati sarapan paginya, akan ia jawab jika permintaan sarannya bermutu, jika tidak jelas, maka seperti biasanya saja, ia akan menghiraukannya.
"Kalau datang wawancara kerja harus pake setelan yang kayak gimana? Pakai rok selutut atau celana kerja biasa? Apa penampilan mempengaruhi sistem penilaian saat melamar pekerjaan? " Tanya Luna dengan antusias, ia tidak ingin pengalaman pertamanya langsung gagal seperti kebanyakan orang lain, ia ingin tampil sempurna.
"Perlu gue merias diri di salon biar tambah perfect? " Sambungnya dengan tak sabaran.
"Kamu udah lama daftar kerja? Kok udah di panggil aja? " Bukannya menjawab, Davin justru balik bertanya untuk memastikan sesuatu.
"Baru cari kemarin, kata temenku langsung datang wawancara, gak nunggu panggilan. Di perusahaan. " Luna menekan kalimat di perusahaan untuk memperjelas ucapannya supaya tidak terlalu di remehkan oleh sang suami.
"Perusahaan mana? "
"Kepo banget sih lo, udah deh, dari pada banyak kepo mendingan jawab aja. Gue pake baju yang kayak gimana? "
"Pakai saja setelan jas warna gelap dengan celana kerja yang longgar. Tidak perlu make up tebal, yang sederhana saja, jangan terlalu menor. Jangan memakai sepatu hak tinggi, tatanan rambutnya juga jangan yang berlebihan. Cepol saja rambut ke belakang supaya terlihat lebih rapi. Kalau jawab pertanyaan tidak perlu jawab cepat, pikirkan dulu baik-baik setelah baru menjawabnya dengan percaya diri, tegas dan juga tidak gugup. Paham? " Terang Davin dengan panjang lebar.
Luna yang mendengar nya langsung bertepuk tangan dengan heboh sendiri, ini adalah pertama kalinya ia mendengar ucapan Davin yang sangat panjang, dan ia merasa beruntung mendengarkan semua saran yang baik tersebut.
"Terima kasih pak bos, saya ucapkan banyak Terima kasih." Ucap Luna dengan senang hati, setelah itu ia langsung enyah dari sana untuk mempersiapkan semuanya. Ia siap untuk melamar kerja hari ini.
"Semoga berhasil. "
Sekitar pukul 11 siang Luna menguap lebar di ruang tunggu, namanya sejak tadi belum juga di panggil dan ia sudah lelah menunggu. Ingin mudah menyerah namun ia menyayangkan waktunya yang sudah terbuang sia-sia, di tambah lagi apa kata Davin nanti kalau dirinya menyerah begitu saja sebelum mencoba. Ia tidak datang sendirian, ia bersama dengan sahabatnya yang sama-sama pengangguran karena IPK yang rendah.
"Ini baru urutan nomor berapa sih? Lama banget. " Keluh Angela dengan lemas, ia menyenderkan kepalanya di bahu Luna dengan lelah.
"Enggak tahu nomor berapa," Balas Luna tak kalah lesu.
"Lo nyadar gak sih, cuma kita tau yang dari semua orang yang ikut wawancara pakaiannya berlebihan. Lihat tuh mereka, pakaiannya sederhana semua." Bisik Angela pada Luna, dan saat Luna lebih mengamatinya lagi, benar yang di katakan oleh Angela. Semua yang datang wawancara memakai pakaian yang sederhana namun terlihat sangat rapi, dan yang paling membuatnya heran adalah, hanya ada beberapa pelamar yang usianya mungkin seusia dengan mereka. Kebanyakan dari ibu-ibu dan juga bapak-bapak.
"Emangnya, gak ada batas usia buat jadi staf HRD ya? Kok ibu-ibu sama bapak-bapak masih bisa daftar? " Lirih Luna justru meng ghibah dengan Angela.
"St, jangan gitu. Mungkin mereka baru aja lulus kayak kita, cari pekerjaan. Sekarang kan banyak tuh, lulusan yang sudah berumur. Walaupun mereka udah tua, jangan di remehin, bisa aja mereka nanti ngalahin kita. " Balas Angela cukup cerdas.
"Bener juga sih,"
Ke duanya kembali menunggu nama mereka untuk di panggil, dan hal itu benar-benar sangat lama sampai mereka merasa kehausan. Namun sebisa mungkin mereka tahan, mereka tidak mau melewatkan namanya saat di panggil setelah menunggu cukup lama.
"Ada jadwal makan siang bersama dengan klien setelah ini pak. " Adu seorang sekertaris cantik yang saat ini tengah berjalan di belakang Davin. Ke duanya baru saja keluar dari ruang meeting dan akan kembali melanjutkan pertemuan bersama dengan klien.
"Iya." Jawab Davin dengan lelah.
"Wah, keren ya anak jaman sekarang. Demi mengejar gengsi mereka mengindahkan rasa gengsi." Komen Antika saat mereka melewati ruangan pendaftaran untuk office girl dan office boy di perusahaan.
"Ya ampun, apa aku gak salah lihat? Tasnya LV? " Pekik Antika dengan terkejut saat melihat salah seorang pendaftar justru memakai tas bermerk. "Apa itu asli? Kenapa keliatan asli? Padahal palsu, kan? " Serunya dengan heboh sendiri.
Sedangkan Davin merasa risik dengan tingkah laku Antika yang kadang terlalu asik sendiri mengomentari sesuatu yang dia anggap menarik.
"Kamu lihat apa sih? " Kesal Davin pada Antika.
"Itu lho pak, yang ngelamar kerja jadi office girl, masak tasnya LV? Dan yang satunya lagi pake channel. Mereka itu, mau ngelamar jadi office girl aja pake acara sewa tas branded, atau itu emang palsu? "
Davin menoleh ke arah di mana sejak tadi Antika berkomentar, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Luna menjadi salah satu pendaftar yang hari ini akan di wawancarai sebagai petugas kebersihan di kantor.
Apa ia tidak salah lihat? Itu Luna, kan? Istrinya?
Davin kembali mengamati, siapa tahu dirinya salah. Luna mengatakan akan mendaftar sebagai staff HRD, bukan petugas kebersihan.
Kalau di lihat dari penampilannya, itu memang Luna. Paras cantik, rambut panjang, warna kukunya, pakaiannya bahkan tasnya yang sempat menghebohkan Antika adalah barang yang baru saja dia beli beberapa hari yang lalu menggunakan kartu kreditnya. Tidak salah lagi, itu memang Luna.
"Siapa yang wawancarai? " Tanya Davin pada Antika. Gadis itu mengecek ponselnya terlebih dahulu untuk mencari informasi sebagai jawaban atas pertanyaan Davin barusan.
"Di sini tertulis, senior dari petugas kebersihan yang sudah bekerja di perusahaan selama 7-10 tahun pak. "
"Makan siang masih satu jam lagi, kan? "
"Iya Pak, bapak butuh sesuatu? "
"Saya pengen jadi pewawancara juga di sana. "