"Apa lo liat-liat? Nafsu lo sama gue?! " Sarkas Luna dengan kesal saat melihat Davin menatapnya sejak tadi. Saat ini dirinya baru saja membersihkan diri, membalut tubuhnya dengan handuk lalu sibuk memilih pakaian di lemari. Sedangkan Davin, suaminya kini sedang bersantai di ranjang dengan laptop yang berada di pangkuan.
Luna dan Davin sudah menikah selama dua tahun, dan selama itu mereka hanya hidup berdua di rumah yang cukup megah, bahkan pelayan saja mereka tidak punya, tukang bersih-bersih rumah hanya datang satu minggu sekali, dan semua kebutuhan ke duanya di atur oleh Luna.
Mereka menikah karena perjodohan antar keluarga, perjodohan berlandaskan bisnis keluarga supaya menguntungkan ke dua belah pihak. Selama dua tahun hidup seatap, mereka masih berlaku seperti dua orang asing yang tinggal bersama, jarang bicara, atau lebih tepatnya lagi Davin selalu mengacuhkan Luna setiap kali gadis itu bicara.
Hubungan mereka juga tak layaknya suami istri pada umumnya, hal terdekat yang mereka lakukan hanyalah tidur satu ranjang, selebihnya tidak ada. Bahkan, Davin hanya pernah mencium Luna sekali saja selama pernikahan mereka, yaitu saat pesta pernikahan.
Membicarakan mengenai pesta pernikahan, pesta pernikahan mereka tidak di adakan secara mewah layaknya para orang kaya pada umumnya, pesta yang hanya di hadiri oleh keluarga serta teman dekat saja. Bahkan, tidak banyak yang tahu bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Pernikahan privat mereka di lakukan atas permintaan Luna, ia tidak mau menjadi bahan cibiran banyak orang karena saat itu ia belum lulus kuliah namun sudah menikah, alhasil ia lebih memilih untuk bungkam.
Tidak berbeda jauh dengan Luna, Davin juga merahasiakan istrinya di kantor, semua karyawannya tidak ada yang tahu bagaimana wajah cantik istrinya, bahkan beberapa orang mungkin tidak tahu kalau dirinya sudah menikah. Begitu pula dengan klien yang menganggapnya masih single.
Pernikahan rahasia mereka sampai sekarang belum terungkap di publik, sama seperti hubungan ke duanya yang masih asing hingga sekarang.
Luna menoleh ke arah Davin yang tengah sibuk dengan laptopnya, mungkin tengah mengerjakan pekerjaannya yang memiliki posisi sebagai seorang CEO di kantor. Bagi sebagian orang, memiliki suami dengan jabatan tinggi memang keren, tapi bagi Luna, itu membosankan. Sama seperti hidupnya, ia lulusan S1 jurusan management lima bulan yang lalu, namun sampai sekarang ia masih menjadi pengangguran. Setiap hari pekerjaannya hanya diam di rumah, shopping, dan tiduran tidak jelas. Dan sekarang, mungkin ini adalah waktunya ia mulai bergerak, ia ingin memiliki pekerjaan sama seperti orang lain.
"Davin, " Panggil Luna dengan malas, mengajak pria itu bicaranya rasanya benar-benar sangat membosankan, jarang di respon dan juga semua ucapannya tak pernah di dengar ataupun di perhatikan.
"Hm, "
"Hadap sini dong. " Rengek Luna pada sang suami. Dengan malas Davin menoleh ke arah Luna lalu menatapnya dengan datar.
"Gue pengen kerja," Ungkap Luna mengenai keinginannya.
"Kerja apa lagi? " Balas Davin dengan dingin.
"Apa lagi? Gue baru pertama kali ini loh mau kerja, dan lo tanya mau kerja apa lagi? " Sahut Luna sedikit sebal.
"Bukannya selama ini kamu udah sibuk? Ngapain kerja? "
"Sibuk ngapain? Setiap hari gue plonga-plongo di rumah gak jelas. "
"Itu, ngabisin duit aku. " Jawab Davin yang sukses membungkam Luna seketika. Gadis itu langsung mendengus marah, kalimat yang cukup menohok hatinya. Dari makna kalimat tersebut, ia mengartikan bahwa selama ini dirinya hanya beban bagi Davin.
"Kasih gue kerjaan, biar gue gak ngabisin duit lo terus. Dan maaf, selama ini udah ngabisin duit lo. " Amuk Luna merasa tersinggung.
"Enggak masalah, aku seneng kok kamu ngabisin duit aku, secara langsung kamu bantuin aku buat ngabisin duit yang entah sampai kapan gak pernah habis. " Ucap Davin dengan santai lalu kembali fokus pada laptopnya kembali.
Luna membuka mulutnya dengan mlongo, apa itu barusan? Baru saja menyindir dirinya lalu setelah itu menyombongkan diri? Dasar pria menyebalkan.
"Gue mau kerja, titik! " Tuntut Luna keras kepala.
"Ya udah, kalau itu mau kamu. Toh juga selama ini aku gak pernah minta kamu jadi pengangguran. Kamu aja kan, yang malas. " Balas Davin yang semakin membuat Luna kepanasan.
"Ok fiks! Mulai besok, gue bakalan cari kerja. " Keukeh Luna dengan menggebu, antara marah dan juga semangat, akan ia buktikan pada Davin bahwa ia bisa bekerja seperti wanita karir lainnya dan tidak hanya bisa bersantai di rumah serta menghabiskan uang suami.
"Lihat aja nanti kalau gue sukses. " Peringat Luna dengan percaya diri.
Davin tertawa pelan, apa ia tidak salah dengar?
"Lo ngetawain gue? " Tanya Luna kembali tersinggung atas perilaku Davin.
"Paling-paling, kamu mau kerja di tempat Papa kamu. Iya, kan? Sudah jelas, dasar anak manja. " Ejek Davin sembari tersenyum lebar.
"ENGGAK YA! LO LIAT AJA NANTI, GUE BAKALAN KETERIMA DI PERUSAHAAN LAIN, BUKAN PERUSAHAAN PAPA! " teriak Luna mulai kesetanan. Selepas itu ia langsung mengambil asal pakaian dari dalam lemari lalu keluar untuk mengganti memakai pakaian di kamar mandi.
Sedangkan Davin hanya bisa menatapnya sembari tersenyum miring, ia bahkan berani taruhan dengan jaminan semua harta kekayaannya kalau Luna akan kesulitan mendapatkan pekerjaan karena nilai kelulusannya yang rendah.
"Dia gak lihat ijasahnya? IPK di bawah rata-rata, lulus karena nama bapaknya. Dan berharap mendapatkan kerjaan di perusahaan? Paling mentok jadi pelayan toko. " Gumam Davin mulai merendahkan. Ia sebenarnya tidak menuntut Luna harus bisa bekerja atau melakukan hal yang lainnya, melihatnya selalu di rumah setiap kali ia pulang kerja sudah membuatnya cukup bahagia. Ia merasa bahwa ada yang menyambutnya saat ia pulang, lantas menyiapkan makanan untuknya. Ia tidak pernah keberatan dengan nilai IPK nya yang buruk, atau kebiasaannya yang sering berbelanja menghabiskan uangnya. Ia merasa bahwa itu adalah kewajibannya sebagai seorang suami, mencukupi kebutuhan Luna dan memberikan apa yang dia perlukan dan butuhkan. Tapi kalau Luna ngotot ingin bekerja, ia tidak bisa melarangnya. Masing-masing orang memiliki keinginan yang berbeda, mungkin itu yang di idamkan oleh Luna sejak dulu, bekerja dan bertemu dengan orang baru yang akan menjadi temannya.
Di sisi lain kini Luna tengah sibuk mencari lowongan pekerjaan, hingga akhirnya ia dengan mudah mendapatkannya saat melihat ig story teman kampusnya yang mengabarkan bahwa ada lowongan di tempat ia bekerja sebagai seorang staf HRD.
"Katanya cari kerja susah, ini gampang kok. Syaratnya cuma lampiran biodata, ijasah dan lain-lain terus bawa langsung ke perusahaan buat langsung di wawancara. Wow, jarang ada perusahaan yang begini, biasanya wawancara harus nunggu panggilan, ini di minta langsung datang. Menarik, pasti gue lolos. Lihat aja. "