Bab 13. (Janji yang Belum Ditepati)

1084 Words
    3 hari setelah mereka bertujuh melakukan ritual pemanggilan setan. Yang ada di dalam buku misterius berjudul perjanjian kartu. Keadaan mereka bertujuh masih biasa-biasa saja. Tak ada perubahan pada diri mereka. Semuanya masih berjalan seperti biasanya. Seperti sebelum mereka melakukan ritual gaib itu. Yang risikonya tak pernah mereka pikirkan sama sekali di masa depan nanti.     Apa yang dikatakan oleh Dewa Kartu untuk mengabulkan permintaan mereka satu-persatu. Dengan cara mendatangkan mereka satu-satu. Ternyata belum terjadi. Bahkan mereka menganggap, diri mereka telah dibohongi oleh sosok gaib itu.     Pagi ini Zacky dan Varel bersiap untuk pergi ke kampus mereka. Setelah beberapa hari izin. Izin untuk bolos. Mereka terlihat sedang sarapan lontong sayur, ditambah telur bulat dan gorengan. Jika sedang seperti ini. Mereka berdua terlihat akur sekali. Duduk saling berhadapan, layaknya dua anak kembar berbeda wajah dan fisik saja.     "Dewa Kartu belum ngedatangi lo, untuk mengabulkan keinginan lo kan?" tanya Zacky kepada Varel, yang sedang meminum teh manis hangat buatannya itu.     "Engga ada. Paling gue cuma lihat bayangan hitam, yang sering mondar-mandir ke kamar mandi," tutur Varel, seusai menyelesaikan minumnya.     "Tapi lo engga takutkan, sama bayangan hitam?" tanya Zacky kembali, yang telah menyelesaikan sarapannya.     "Engga dong, gue udah biasa ngeliatnya," timpal Varel dengan penuh kebanggaannya.     "Bagus lah, jadi kalau gue tinggal sendiri di rumah. Lo udah engga takut," kata Zacky, memuji sahabatnya itu.     "Enak aja lo mau ninggalin gue sendiri!" sewot Varel, atas perkataan Zacky itu.     "Halah, gue udah kayak pacar lo aja. Engga boleh ninggalin lo sendiri," tutur Zacky, lalu tersenyum masam.     "Biarin!" seru Varel, lalu cemberut.     "Rel, coba lo video call sama anak-anak. Apa permintaan mereka sudah ada yang dikabulkan?" pinta Zacky kepada Varel dengan nada yang lembut, karena ada keinginannya itu.     "Kenapa bukan lo aja?" sahut Varel, masih dengan nada kesal.     "Gue malas ngehubungi Wisnu," jawab Zacky dengan jujurnya. Yang membuat Varel tertawa terbahak-bahak.     "Cie, yang lagi marahan ...," ujar Varel, lalu mengambil gawainya dari saku celananya. Berniat untuk menghubungi teman-temannya itu.     Pemuda montok itu lalu. Melakukan video call kepada Wisnu, untuk mengawali video call grup yang akan mereka lakukan.     Zacky pun telah berpindah duduk di samping Varel. Matanya melotot ketika, foto profil dan nama Wisnu terpampang di layar ponsel Varel.      "Kenapa harus Kang Gondrong, yang lo hubungi terlebih dahulu ...?" tanya Zacky, dengan nada gemas terhadap Varel.     "Biar kalian berantem," jawab Varel dengan polosnya. Namun dipenuhi oleh kebahagiannya.     "Dasar .... Kang Makan!" Zacky pun mencubit pipi kanan Varel dengan gemasnya. Yang membuat Vatel mencubit paha kanan Zacky.     Aksi saling cubit mereka pun berhenti. Ketika Wisnu mengangkat sambungan video call itu.     "Ngepain sih, kalian video call!?' bentak Wisnu, yang ternyata sedang berada di dalam kamar Erin yang terbuka.     "Zacky, kangen lo," sahut Varel, yang segera disambar oleh perkataan Zacky.     "Najis!" ketus Zacky, dengan memonyongkan bibirnya ke arah virtual Wisnu. Yang ada smartphone Varel.     "Apalagi gue, najis!" teriak Wisnu di dalam video call itu.     Tiba-tiba saja ponsel Wisnu direbut oleh Erin. Yang segera tersenyum kepada Varel dan Zacky.     "Kalian ada apa video call Wisnu?" tanya Erin, lalu duduk dekat Wisnu. Yang terlihat bibirnya masih ditekuk, karena kesal dengan Zacky.     "Kita mau video call grup. Ngebahas tentang Dewa Kartu," jelas Varel, yang segera menyambungkan nomor Janu, Mimi dan Bella. Yang langsung saja mengangkat video call grup itu.     Mereka pun saling tersenyum satu sama lainnya, kecuali Wisnu yang tetap cemberut.     "Ada apa nih, tumben-tumben video call grup kayak gini?" tanya Janu dengan nada riangnya.     "Kita mau membahas tentang Dewa Kartu, Kang Jangkung ...," sahut Zacky, menyebut nama olok-olokan Janu selain papan penggilasan.     "Eh Kang Molor, tumben bangun pagi?" canda Janu kepada Zacky, yang tak ditanggapi oleh Zacky sama sekali.     "Udah bercandanya di kampus saja nanti. Kita mau ngomong serius," kata Varel dengan nada yang serius.     "Ya, udah. Cepat ngomong, lo Rel," ucap Wisnu dengan ketusnya, yang mendadak ikut campur dalam perbincangan video call grup itu.     Mendengar perkataan dari Wisnu. Varel pun langsung bicara, dengan apa yang ingin ditanyakan kepada teman-temannya itu.     "Gue mau nanya sama kalian semua. Apa ada yang sudah didatangi sama Dewa Kartu, untuk dikabulkan permintaannya?" tanya Varel kepada teman-temannya.     "Belum ...," jawab Juna, Bella, Mimi dan Erin serentak. Sedangkan Wisnu tak menjawab pertanyaan Varel itu. Hingga Varel pun bertanya khusus kepada dirinya.     "Kang Gondrong, udah didatangi Dewa Kartu apa belum?" tanya Varel dengan suara yang lembut.     "Kalau pun gue didatangi sama tuh setan. Gue ajak berantem tuh setan!" ketus Wisnu, dengan penuh kekesalannya.     "Udah bubar, kita ketemu di kampus aja," kata Janu, lalu keluar dari video call grup itu.     Mimi dan Bella menyusul, keluar dari video call grup itu. Lalu Erin pun mematikan hubungan video call grup itu. Lalu memberikan ponsel itu kepada Wisnu.. Hingga hubungan video call grup itu benar-benar terputus.     Varel lalu menaruh ponselnya di saku celananya. Lalu mengambil piring dan gelas makan mereka berdua untuk ia cuci.     "Ky, lo keluarin motor sono. Kita berangkat ke kampus setelah gue cuci piring sebentar," Varel lalu melangkahkan kakinya ke tempat cuci piring, untuk mencuci piring dan gelas kotor itu.     "Iya, bawel ...," sahut Zacky, lalu memakai sepatu sneaker berwarna hijaunya, dan memakai tas punggungnya yang entah berisi apa. Lalu segera menuju ke arah motor milik Varel, yang ada di halaman depan rumah itu. Yang ia jalankan, hingga ke depan pagar rumah Varel yang terbuka lebar.     Sedangkan Varel terlihat mencuci piring dengan santainya. Hingga ia pun melihat bayangan hitam yang selalu mondar-mandir di rumah itu. Jika saja, hal itu terjadi. Saat sebelum dirinya mengambil buku dari dunia gaib bersama Zacky. Sudah dipastikan dirinya sudah lari terbirit-b***t dari tadi. Tapi entah kenapa, semakin hari, dirinya semakin biasa melihat bayangan hitam itu.Dan semakin tak takut dengan dunia gaib.     "Hay, jangan ganjen. Mondar-mandir melulu. Aku titip rumah ya, kalau ada yang berniat jahat di rumah ini. Halau ya," kata Varel, seakan sedang berbicara sendiri. Seusai menyelesaikan cuci piringnya itu.     Varel lalu bergegas menuju ruang tamu untuk memakai sepatunya dengan terburu-buru, bersama tas gendongnya itu. Karena ia tahu, pasti Zacky sedang menunggunya dengan penuh kekesalannya.     Pemuda montok itu lalu mengunci pintu rumahnya. Lalu sedikit berlari, untuk menuju gerbang rumahnya. Yang segera ia kunci.     "Lama amat sih!?" kata Zacky sembari memberikan helm kepada Varel yang segera memakainya di kepalanya.     "Gue ngomong dulu sama bayangan hitam, untuk jagain rumah," sahut Varel saat sudah berada diboncengan Zacky.     "Dasar stres lo," ucap Zacky, sambil melajukan motornya itu.     "Lah, daripada dia kerjaannya nakuti gue. Gue nya sekarang engga takut, mending gue suruh jagain rumah aja," timpal Varel, seakan tak memiliki dosa sama sekali terhadap Zacky.     "Terserah!" ujar Zacky, lalu mempercepat laju motor yang ia kendarai. Hingga Varel pun terdiam, tak ingin banyak bicara lagi kepada Zacky.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD