Bab 14. (Kucing Berbulu Hitam)

1161 Words
    Tak memerlukan waktu begitu lama, dengan kecepatan motor yang dikendarai oleh Zacky. Mereka berdua pun tiba di kampus mereka. Zacky, langsung saja mengarahkan motor yang ia kendarai ke arah tempat parkir kampus itu. Dan tak sengaja berpapasan dengan Janu dan Bella, yang sedang berjalan secara bersamaan. Setelah memarkirkan motor mereka, di tempat itu.     "Eh, ada Kang Molor sama Kang Makan. Baru datang, dikira mau bolos lagi," kata Janu, saat melihat Zacky dan Varel yang masih memakai helm, dengan nada bercanda.     "Berisik lo!" sahut Zacky dengan ketusnya, lalu memarkirkan motornya.     Varel lalu turun, dan membuka helmnya. Begitu juga dengan Zacky. Yang langsung menaruh helm pada stang motor itu.     "Zacky, Wisnu. Hobinya sama, marah-marah melulu. Jangan-jangan kalian ini, ada ikatan persaudaraan nih," ucap Janu, yang berhenti melangkahkan kakinya bersama Bella. Untuk menunggu Zacky dan Varel turun dari motornya.     "Najis!" ketus Zacky, yang disambung oleh perkataan dari Varel.     "Udah sih Kang Jangkung, jangan cari gara-gara. Lebih baik kita masuk ke kelas, kita ngobrol di sana. Sebelum mata kuliah dimulai," lerai Varel, mengajak Janu untuk masuk ke dalam kelas mereka.     "Oke lah, Kang Makan," sahut Janu lalu melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang diikuti oleh Varel, Bella dan Zacky tanpa ada yang bicara sama sekali.     Berjalan dan terus berjalan, tanpa saling berbicara satu dengan yang lainnya. Hingga di persimpangan jalan muncullah Erin dan Mimi. Yang segera berteriak memanggil mereka berempat, dengan penuh kegembiraannya.     "Zacky, Janu, Varel, Bella. Ayo kita ke kantin," ajak Erin dengan penuh keceriaannya. Menghentikan langkah kakinya saat berada didekat mereka berempat yang diikuti oleh Mimi. Yang mau tak mau membuat keempat temannya, menghentikan langkah kaki mereka.     "Ayo!" sahut Janu dengan penuh semangat.     "Gue sama Varel udah makan-" belum sempat Zacky melanjutkan perkataannya itu. Varel sudah memotongnya.     "Tapi di kantin kita belum makan, Zacky ...," ucap Varel.     "Dasar Kang Makan!" sahut Zacky,  lalu memonyongkan bibirnya ke arah Varel.     "Ke kantin juga, lagian bukan buat makan saja. Kita ngobrol di sana saja," kata Erin.     "Ya, udah," kata Zacky, tanpa semangat.     Mereka berenam lalu melangkahkan kakinya bersama, untuk menuju kantin kampus itu.     Tak memerlukan waktu lama. Mereka berenam pun tiba di kantin kampus itu. Terlihat Wisnu pun sudah menunggu mereka. Yang ditemani oleh kopi hitam dan sebungkus roti.     Wisnu duduk di pojok kantin itu. Yang terlihat memang sepi. Duduk di depan meja bundar, dengan bangku yang tersedia, 8 bangku kecil. Varel, Janu, Mimi, Bella dan Erin, memesan makanan yang ada di kantin itu. Sedangkan Zacky duduk di hadapan Wisnu. Yang acuh tak acuh terhadap dirinya. Seakan tak saling mengenal saja.     Zacky pun merasa aneh. Dengan mereka saling terdiam, satu sama lainnya. Padahal mereka teman satu kelas, dan sudah saling mengenal cukup lama. Dari pada dikira mereka saling membenci, akhirnya Zacky pun memutuskan untuk memulai pembicaraan di antara mereka.     "Lo, engga sarapan?" tanya Zacky dengan nada lembut, tak ingin membuat keributan dengan Wisnu seperti biasanya.     "Apa lo engga lihat, gue lagi ngopi sama makan roti?" sahut Wisnu, dengan sedikit ketus.     "Maksud gue makanan berat," ujar Zacky tetap dengan nada lembut.     "Sebenarnya gue engga biasa sarapan. Mantan lo aja tuh, yang suka maksa," tutur Wisnu, dengan nada seperti orang yang sedang mengadu kepada ayahnya.     Zacky dan Wisnu terus berbincang dengan akrabnya. Hingga teman-temannya datang, dengan membawa mangkok berisi bubur ayam. Mereka berlima lalu duduk, melingkari meja bundar itu.     "Cie, akur nih sekarang," kata Janu yang duduk di samping Wisnu.     "Berisik lo!" sahut Wisnu, yang membuat Janu tertawa. Yang diikuti yang lainnya. Kecuali Zacky dan Wisnu.     Mereka bertujuh pun terus berbincang dengan penuh keakrabannya di pojok kantin itu. Hingga merasa bosan, dan akhirnya mereka pun meninggalkan kantin kampus itu. Untuk menuju ke dalam kelas mereka. Jam sudah menunjukan pukul 3 siang. Mereka bertujuh pun telah selesai mengikuti mata kuliah yang mereka ikuti. Mereka lalu berkumpul di tempat parkir motor kampus mereka.     "Zacky, Varel, Janu mau ikut engga? Kita berempat mau karoke," ucap Erin kepada mereka bertiga.     "Ogah, mending molor," sahut Zacky, lalu menguap dengan lebarnya.     "Dasar Kang Molor," sambung Bella.     "Zacky engga ikut. Jelas gue engga ikut dong," tutur Varel, yang disambung oleh perkataan Janu.     "Gue juga engga ikut ya. Gue mau gemukin badan dulu," ucap Janu, langsung saja pergi dengan motornya. Dari tempat parkir kampus itu.     "Ya, udah kita pulang nih," kata Zacky, lalu melanjutkan motornya. Meninggalkan teman-temannya.     "Ayo, kita berangkat sekarang," seru Bella yang membonceng mimi dengan penuh semangat, sambil melajukan motornya. Keluar dari tempat parkir motor itu. Yang diikuti oleh Wisnu yang membonceng kekasihnya. ***     Zacky terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Hingga dirinya nyaris tiba di rumahnya Varel. Namun tiba-tiba saja, ada kucing hitam yang melintas dari g**g yang berada di kanan Zacky. Untung saja, pemuda manis itu dapat mengerem dengan cepatnya. Jika tidak, sudah dipastikan kucing hitam itu, sudah tertabrak. Dan mungkin mati oleh motor yang sedang dikendarai oleh Zacky.     Varel terkejut bukan kepalang. Hingga dirinya pun menepuk pundak Varel dengan sangat kerasnya.     "Dasar Zacky! Bikin gue jantungan aja!" greget Varel kepada sahabatnya, terlihat shock. Karena kejadian itu.     "Lo kira, lo doang yang jantungan! Mendadak ngerem, gara-gara kucing setan itu," sahut Zacky dengan ketusnya. Dengan menatap ke arah kucing hitam, yang berjalan santai menyeberang jalan itu.     "Ya, udah. Cus jalan, tapi santai saja. Gue masih trauma," kata Varel.     "Halah .... Trauma, biasanya juga lo nyuruh gue ngebut," timpal Zacky, lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi seperti tadi.     "Dasar Kang Molor! Kalau dibilangi malah ngeyel!" protes Varel, lalu mencubit pinggang Zacky.     "Dasar Kang Makan. Kalau lapar, Bawel! Ayo kita makan bakso aja, sebelum ke rumah," sahut Zacky, lalu memperlambat laju motornya itu.     "Lo, pengertian banget sih. Tahu, selera gue. Lo memang sahabat terbaik gue ...,"ucap Varel dengan suara lembut, sambil mengelus-elus pundak Zacky dengan lembutnya.     "Ge'er lo. Gue juga lapar kali ...," jawab Zacky, lalu menghentikan laju motornya di depan jedai bakso yang ada di dekat rumah mereka.       Zacky dan turun dari motor yang telah terparkir, dan kuncinya sudah diambil oleh Zacky. Mereka berdua lalu masuk ke dalam kedai bakso, dengan masih memakai helm mereka.     Setibanya di dalam kedai bakso itu. Varel dan Zacky langsung membuka helmnya dan memesan bakso kepada pedang bakso yang sudah mereka kenal sejak lama.     "Eh Mas Varel sama Mas Zacky, dikira siapa. Dari mana saja baru keliatan?" sapa penjual bakso itu dengan ramahnya.     "Biasa Mang, kita lagi sibuk," dusta Varel, lalu membalas senyuman pedagang bakso itu.     "Mau pesan bakso?" tanyanya berbasa-basi.     "Iya lah, Mang. Aku porsinya dua, bakso gedenya dua. Bakso urat sama bakso telur," ucap Varel, yang segera disambut oleh perkataan Zacky.     "Busyet dah, Kang Makan. Makannya banyak amat," kata Zacky, seakan baru mengenal Varel saja.     "Bawel! Kayak baru kenal gue aja. Makanya gue dipanggil Kang Makan. Kang Molor. Udah sono lo cepat, mau pesan apa," sahut Varel lalu menaruh helmnya, di meja panjang. Lalu mengambil minuman dingin, yang ada pada lemari pendingin warung itu.     "Mas Zacky pesan apa?" tanya tukang bakso itu.     "Bakso urat satu," sahut Zacky lalu menaruh helmnya di meja, serta mengambil minuman dingin pada lemari pendingin itu.     Zacky lalu duduk di hadapan Varel, dengan saling terdiam. Menunggu pesanan mereka tiba. Dengan jalan pikiran mereka masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD