Setelah tujuh lilin merah itu berdiri tegak dan menyala. Mereka bertujuh lalu membakar hio kecil bergagang merah itu, dengan nyala lilin merah yang ada di hadapan mereka masing-masing.
Setelah hio kecil itu terbakar. Mereka bertujuh lalu menaruhnya di atas kartu bergambar iblis yang tertulis nama mereka masing-masing.
"Rel coba lo matiin lampunya," perintah Zacky kepada Varel.
Tanpa sedikit pun protes kepada Zacky. Varel lalu bangkit dan melangkahkan kakinya untuk mematikan saklar lampu gudang itu yang terletak di samping pintu masuk gudang itu, dengan langkah yang mantap.
Krek
Varel pun mematikan lampu gudang itu. Lalu kembali ke tempatnya semula.
Saat lampu gudang itu padam. Suasana mistik pun mulai terasa oleh mereka bertujuh. Gudang itu menjadi begitu remang-remang, hanya bersinaran cahaya dari 7 lilin berwarna merah itu.
Sebenarnya mereka bertujuh tak nyaman dengan suasana seperti. Namun demi melepas rasa penasaran mereka, dan inginnya mewujudkan keinginan terdalam hati mereka. Yang dipendamnya di hati mereka masing-masing. Mereka pun rela, menerima keadaan seperti itu. Membunuh rasa takut mereka, dengan rasa penasaran yang bergejolak di darah muda mereka. Yang begitu menggebu-gebu.
Bau hio pun mulai menyengat di indera penciuman mereka bertujuh. Yang terasa aneh. Karena baru pertama kali ini, mereka mencium bau hio yang sebenarnya.
"Sekarang gue mau baca mantera pemanggilan gaib yang ada di buku perjanjian kartu itu," kata Zacky, memecahkan kesunyian yang tercipta di antara mereka.
"Udah cepatan Zacky," kata Varel yang ada di samping kanan Zacky. Dengan penuh ketidak sabarannya.
"Iya, Kang Makan cerewet ...," jawab Zacky atas perkataan Varel itu.
Zacky pun mulai membaca mantera yang ada di dalam buku misterius itu. Untuk memanggil makhluk gaib yang tertulis bernama Dewa Kartu.
"Dewa Kartu, datanglah atas panggilan ini," tiba-tiba saja api yang membakar tubuh 7 lilin berwarna merah itu padam, bersamaan dengan usainya Zacky membaca mantera pemanggilan itu. Hingga membuat suasana di dalam gudang itu benar-benar menjadi gelap gulita.
Mereka bertujuh hanya terdiam, tak ada yang mengeluarkan suaranya sama sekali. Seakan sedang menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Hingga keheningan pun tercipta di dalam gudang itu.
Namun keheningan itu hanya tercipta sejenak. Karena tiba-tiba saja di pendengaran mereka semua. Terdengarlah suara seorang lelaki dewasa. Tanpa wujud yang tak dapat mereka lihat sama sekali, di dalam gelapnya gudang itu.
Mereka yakin, suara itu adalah suara dari makhluk gaib penghuni buku dari dunia gaib yang ada di hadapan mereka bertujuh.
"Kalian manusia, ingin apa memanggil diriku?" tanya suara makhluk gaib itu. Dengan suara yang mengerikan.
Zacky segera menjawabnya. Tanpa rasa takut sedikit pun, dengan makhluk astral itu.
"Kami ingin, kau mengabulkan permintaan kami bertujuh," sahut Zacky dengan suara yang tegas. Tak seperti biasanya, yang koplak.
"Permintaan apa?" tanya suara misterius itu, berpura-pura bodoh. Seakan tak mengetahui tujuan mereka, memanggil dirinya untuk apa.
"Permintaan yang kami inginkan selama ini," sahut Zacky, sok berwibawa. Seakan pimpinan di antara mereka bertujuh.
Suara dari sosok gaib itu terdiam sejenak. Hingga ia pun bersuara kembali.
"Baiklah, aku aku mengabulkan keinginan yang kalian simpan di dalam hati kalian selama ini. Satu persatu akan aku kabulkan keinginan kalian itu," ujar suara gaib itu, tetap dengan suara yang menyeramkan.
"Kapan kau akan mengabulkan permintaan kami?" desak Zacky, seolah tak sabar keinginannya segera dikabulkan oleh makhluk yang bernama Dewa Kartu itu.
"Nanti, aku pasti akan menemui kalian. Untuk mengabulkan permintaan kalian itu ...," jawab Dewa Kartu.
Setelah mengatakan perkataan itu. Suara makhluk gaib itu pun menghilang bersamaan dengan menyalanya kembali 7 lilin berwarna merah itu. Saat ritual gaib itu usai.
Zacky lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju saklar lampu gudang itu yang akan ia nyalakan. Sesudah menyalakan lampu gudang itu. Zacky lalu membuka pintu gudang itu. Sehingga asap dari pembakaran hio itu. Segera menerobos keluar, dari gudang yang tertutup rapat itu.
Zacky lalu kembali duduk bersila di tempat semula. Ia lihat 7 lilin berwarna merah telah padam. Dan 7 kartu bergambar iblis sudah tak di tempatnya.
Baru saja Zacky ingin menanyakan hal itu kepada teman-temannya. Bella malah bertanya kepada Janu. Hingga Zacky pun mengurungkan niatnya itu.
"Jan, ke mana kartu-kartu bertuliskan nama kita itu?" tanya Bella dengan kepolosannya itu.
"Tentu saja ilang, Pesek ...," jawab Janu, dengan penuh kegemasannya kepada Bella.
"Kok bisa ilang?" tanya Bella kembali, dengan penuh kepolosannya.
"Kapan lo pintarnya sih, Pesek? Kartu itu kan udah bersentuhan dengan dunia gaib. Tentu aja bisa ilang sesuka hatinya," jelas Janu, semakin gemes dengan kepolosan gadis berhidung pesek itu.
"Oh .... Mungkin kalau hidung gue mancung. Gue pintar kali ya?" kata Bella, lalu menarik hidung peseknya dengan tangan kanannya.
"Iya kali, makanya lo cepat operasi plastik sono," ujar Janu, lalu tersenyum manis kepada Bella.
Melihat Bella dan Janu terus berbincang. Mimi akhirnya ikut bicara pula.
"Bel, ayo kita balik. Udah malam nih," mendengar perkataan Mimi yang sudah bangkit dari duduknya. Telah membuat Bella mau tak mau ikut berdiri juga.
"Oh iya, sampai lupa gue. Rel, ky. Kita balik dulu ya," perkataan Bella itu hanya dibalas senyuman oleh Varel dan Zacky.
Melihat Mimi dan Bella ingin meninggalkan gudang itu. Janu lalu bangkit.
"Bel, pulangnya bareng. Kita ngetrek lagi yu," ajak Janu.
"Ogah ah, pasti yang menang lo lagi. Gue kan ngebonceng Mimi," alasan Bella berbicara.
"Kalau begitu, gue yang ngebonceng Mimi. Biar adil gitu," sahut Janu. Yang disambut antusias oleh Bella.
"Kalau begitu, okelah. Kita ngetrek. Brem ... brem," ujar Bella lalu berlari kecil dengan penuh kebahagiannya. Yang diikuti oleh Mimi dan Janu dari belakang.
Setelah kepergian mereka bertiga. Wisnu dan Erin lalu bangkit dan pamit kepada Zacky dan Varel.
"Zacky stes. Varel chuby, gue balik dulu ya. Gue takut ketemu sama ibu kost Erin yang genit itu," ujar Wisnu lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gudang itu. Yang diikuti oleh Erin dari belakang.
"DASAR WISNU GILA!" teriak Zacky, yang tak digubris sama sekali oleh Wisnu. Yang sudah jauh meninggalkan gudang itu.
"Udah Ky. Lo kan sama Wisnu sama aja. Sama-sama agak eror," ucap Varel, lalu tertawa dengan kerasnya.
"Enak aja lo samain gue sama Wisnu. Beda kali gue sama Wisnu," protes Zacky, lalu membaringkan dirinya di lantai gudang itu.
"Paling enggak kalian berdua itu, sama-sama mencintai Erin," ujar Varel, lalu tertawa kecil.
"Lo itu kalau lagi lapar kebiasaan jadi bawel. Sono pergi ke dapur, makan," ujar Zacky lalu menguap.
"Lo emang enggak lapar?" tanya Varel.
"Laper sih, tapi gue lebih milih molor," sahut Zacky lalu memejamkan kedua matanya itu.
"Dasar Kang Molor," ujar Varel lalu bangkit dan meninggalkan gudang itu, menuju ke arah dapur rumahnya. Yang diiringi oleh bau hio yang masih tercium jelas di rumah itu. Sedangkan Zacky dengan santainya, tertidur di dalam gudang itu. Tanpa ia sadari. Ada bayangan hitam yang mengikuti Varel dari belakang. Entah untuk tujuan apa.