10. Aku Sudah Membunuhnya.

1095 Words
Don’t Say Love 10 William masih berdiri mematung menatap keluar jendela ruangannya, tatapannya tak terfokus pada apapun. Bayangan Rindu dan Angel bergantian hadir dalam pikirannya membuatnya kepalanya pusing. "Bos," suara Devan mengejutkannya, William segera menoleh, "Meeting dengan perwakilan grup Dirgantara setengah jam lagi," William hanya diam, tapi Devan yakin William mendengarkannya. "Ada masalah dengan Angel?" William mengabaikan Devan, dia meletakkan kepalanya di dahi dan mulai memijit kedua pelipisnya dengan jemarinya. Dia merasa sangat pusing, di satu sisi dia sangat mencintai Angel tapi di sisi lain dia juga tak ingin kehilangan Rindu. Kini Angel sudah tahu keberadaan Rindu dan William tahu dia tak main-main dengan ucapannya. Dia harus segera mengambil tindakan agar Angel tidak melukai Rindu. Devan meletakkan berkas yang tadinya berserak di lantai ke atas meja William dan menyuruh salah satu petugas kebersihan untuk datang ke ruangan William untuk membereskan kekacauan yang diperbuat Angel. Devan kemudian mengikuti Langkah William keluar dari ruangan itu menuju ke tempat meeting yang ada di lantai yang ada di bawahnya. “Angel sudah tahu aku menyembunyikan Rindu,” kata William saat mereka berada di lift. Devan menatap William, dia ingin tahu apa yang akan dilakukan bosnya untuk melindungi istrinya dari keganasan adik tirinya. Sebenarnya Devan tak menyangka kalau William akan mencemaskan Rindu, Setahunya William tak mempunyai perasaan apapun pada Rindu selain menjadikan gadis itu sebagai topeng untuk menutupi hubungannya dengan Angel yang sudah mulai tercium pihak keluarga. “Lalu apa yang akan Bos lakukan?” tanyanya sestelah beberapa saat. “Entahlah, aku merasa blank. Aku tak punya ide apapun,” William menghela nafas dengan kasar. “Bos suka Nona Rindu?” tanya Devan untuk memastikan. William hanya mendengus dan segera keluar dari pintu lift yang terbuka menuju ruang meeting. Devan tak berani bertanya lagi, dia hanya mengikuti William memasuki ruangan itu dan melihat sudah banyak peserta yang hadir di sana. Sepanjang pertemuan wajah dingin William tampak muram membuat semua yang hadir di ruangan itu merasa takut sesuatu yang buruk akan meimpa mereka.Rapat berlangsung dengan singkat karena William sama sekali tidak berkonsentrasi pada Rapat yang dipimpinnya. Selesai rapat, Devan segera melarikan mobil yang dikemukannya dengan kecepatan penuh. Di kursi belakang, William memejamkan mata meski dia tidak tidur, Pikirannya sangat kalut memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk melindungi Rindu dari Angel karena dia sangat tahu Rindu sangat nekad. Entah telah berapa kali Angel menyingkirkan para saingan cintanya meski William sudah menegaskan kalau dia hanya mencintai adik tirinya itu. Devan baru saja menghentikan mobilnya di depan villa tempat Rindu berada saat William segera pintu mobil dan segera berlari memasuki villa. tak lama kemudian suaranya terdengar menggelegar saat tak menemukan Rindu di kamarnya. Dia juga menjadi sangat marah saat melihat Rindu di manapun di rumah itu. “Maaf Tuan, tadi nona Angela menjemput Nyonya. Katanya Tuan yang meminta Nona Angela, sebenarnya Nyonya Rindu sudah menolak tapi Nona Angela,” lapor salah satu pelayan dengan ketakutan, tubuhnya bahkan sampai gemetar saat tatapan dingin William mengarah kepadanya. “Mengapa kalian tidak menghentikan tindakan Angel membawa Nyonya?” tanyanya dingin dengan tatapan yang menyapu sem ua pelayan dan pengawal yang ada di ruangan itu yang hanya menunduk. “Kami tidak berani, Tuan. Nona Angela memaksa Nyonya untuk mengikutinya dan mengatakan kalau itu perintahTuan,“ kata pelayan yang lain yang sama gemetarnya dengan rekannya. William mengepalkan tangannya dengan wajah yang merah padam menahan amarah.Bagaimanapun dia tak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya karena mereka juga tak akan berani menentang Angel yang selama ini sangat dimanjakannya. Para pelayan dan pengawal itu hanya bisa menundukkan wajah mereka dan tak berani menatap William yang tampak sangat murka. Mereka sampai merasa menggigil karena udara di sekitar mereka menjadi sangat dingin. hanya Devan yang berdiri di sana dengan wajah tenang meski di dalam hatinya timbul gejolak melihat wajah bosnya yang tampak sangat marah. William segera memerintahkan anak buahnya untuk segera mencari keberadaan kedua wanita itu. Dia takut sesuatu yang buruk akan menimpa Rindu mengingat semua tindakan Angel selama ini. William menjambak rambutnya dengan kasar saat sudah berada di dalam mobil, dia memerintahkan Devan untuk mencari tempat -tempat yang mungkin didatangi Angel untuk menyembunyikan Rindu. Devan hanya menurutinya, mereka myusuri jalanan ibu kota mencari kebaradaan Angel dan Rindu tapi hingga larut malam mereka belum juga menemukannya. Bahkan para anak buah William juga merasa kehilangan jejak kedua perempuan itu. William hanya termangu di dalam mobilnya. Benar kata pepatah yang mengatakan kita baru akan merasa kehilangan ketika orang yang kita cintai tak ada lagi bersama kita. William merasa dadanya nyeri.Saat ini dia merasa betapa bodohnya dia menyia-nyiakan seorang wanita yang ternyata sangat dicintainya. William terkejut saat sampai di apartemennya, dia mendapati seorang perempuan duduk di ruang tamu dengan wajah menyeringai. Wajah yang begitu cantik yang selama ini selalu mengisi hatinya tapi sekarang dia merasa muak melihatnya. Bagaimana tidak, dibalik wajah malaikatnya yang cantik jelita perempuan ternyata juga seorang iblis! “Di mana Rindu?”serbu William pada Angel. “Puaskan aku dulu, aku akan tunjukkan di mana dia berada!” Seringai di wajah Angel makin nyata. Dia yakin William akan menurutinya, bukankah selama ini William selalu menuruti apapun keinginannya. “Cih!” William menatap Angel dengan amarah. “Will, kamu tidak pernah menolakku sebelumnya,” kata Angel terkejut. “Di mana Rindu?” William bertanya, mengabaikan keterkejutan Angel. “Aku sudah membunuhnya!” jawab Angel sengit. Dia merasa sangat marah pada laki-laki yang sangat dicintainya hingga di mampu melakukan apa saja agar hanya dia yang memiliki laki-laki yang seharusnya tidak boleh menjadi miliknya. “Apa?” William kembali mengepalkan kedua tangannya, tubuhnya gemetar menahan emosi. “Seperti biasanya, aku menyingkirkan orang yang berusaha merebutmu dariku. Sekarang hanya ada dan kamu, aku tak ingin kamu masih memikirkan Rindu,” Angel tersenyum dan berjalan ke arah William dan berusaha memeluknya dengan penuh rasa rindu. Hal yang tak diduga Rindu adalah, William malah mendorong tubuhnya seakan jijik membuat Angel jatuh ke lantai. Angel langsung mengerang marah atas sikap Williiam yang kasar padanya. Angel langsung mengeluarkan sumpah serapah pada William. Dia tak pernah menduga William akan sangat marah hanya karena dia mengatakan kalau dia sudah membunuh Rindu padahal selama ini William tak pernag perduli pada siapa yang dia bunuh. Mungkinkah William benar-benar jatuh cinta pada Rindu? Angel mengepalkan kedua tangannya saat melihat William begitu terpukul. Laki-laki yang selalu tegar dan kejam itu tampak terpuruk saat memasuki kamar yang biasa dipakai Rindu. *** Hai maaf baru update setelah sangat sangat lama tak pernah up. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak dengan memberi komentar agar Alany tahu kalau kalian suka dengan cerita ini. Kalau banyak yang berkomentar mungkin Alany akan mempertimbangakan untuk up lebih banyak lagi karena apalah penulis tanpa pembaca. Terma kasih atas dukungan dan apreasi kalian, semoga selalu suka dengan karya-karya AlanyLove. Selamat malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD