Don't Say Love 9
William menatap Rindu dengan tatapan putus asa untuk sesaat kemudian dia memasukkan bubur ke dalam mulutnya. Rindu hanya menatap William sekilas tapi detik berikutnya dia menjadi sangat terkejut karena William telah mendekatkan bibirnya dan memaksanya untuk membuka mulut dengan sebuah gigitan kecil di bibir bawah Rindu dan detik berkutnya lagi William mendorong bubur yang ada di mulutnya ke mulut Rindu membuat mereka saling menatap dan merasakan debaran di d**a mereka. Rindu ingin mendorong d**a William tapi merasa dia merasa tak mampu.
Semakin hari Rindu merasakan perhatian William padanya semakin dalam dan itu membuatnya takut, dia takut tekadnya untuk meninggalkan William akan senakin sulit karena dia akan semakin cinta pada William meski di sudut hatinya yang lain dia merasa sangat benci dan jijik pada lelaki itu.
Sebenarnya Rindu sudah berusaha untuk pergi dari William tapi usahanya selalu gagal dan William malah meningkatkan pengamanannya pada Rindu. Dia pernah dengan sengaja bersembunyi di mobil salah satu anak buah William agar bisa keluar dari rumah itu, pernah juga ikut salah satu asisten rumah tangga saat mereka berbelanja, atau meyamar sebagai salah satu dari mereka tapi selalu ketahuan.
William tengah termenung memandangi berkas-berkas di hadapannya, dia masih masih merasa kesal karena Rindu selalu berusaha untuk pergi darinya. Salahnya juga sih, dulu dia terlalu mengacuhkannya dan meremehkannya karena menganggapnya tak akan pernah tahu hubungannya dengan Angel. Tapi kesembronoannya telah membuat Rindu mengetahui segalanya. Dan sekarang dia tidak mungkin untuk melepas Rindu bukan karena gadis itu mengetahui rahasianya tapi karena dia tahu di dasar hatinya telah tumbuh bunga-bunga yang membuatnya terjerat pada gadis yang sederhana itu.
Ponsel William bergetar dan dia melihat ada nama Angel di situ, William membiarkannya hingga suara itu mati dengan sendirinya. Tak lama setelahnay ponselnya kemabli berdering dan masih nama yang sama yang tertera. Akhirnya pada panggilan ketiga dia mengangkat panggilan dari Angel.
"Will," suara Angel segera menyerbunya ketika panggilan mereka terhubung.
"Halo, sayang,"
"Aku sudah di kantormu, Will. Aku kangen," suara manja Angel kembali menyerbu William, membuatnya merasa tak nyaman, "Jangan bilang kamu sibuk!"
"Ya, aku memang sibuk," desah William.
"Aku harap bukan sibuk merayu istri bohongan kamu," pintu ruangannya terbuka dan tampak sekretarisnya dan Angel memasuki ruangannya.
Setelah Angel masuk , sekretaris William segera menutup pintunya dan pergi.
William hanya menatap kedatangan Angel dengan muka datarnya, padahal sebelumnya dia akn tersenyum lebar setiap kali Angel datang tak perduli banyaknya berkas di depannya.
"Aku kangen, Will. Sudah beberapa hari ini kamu selalu menghindar dariku," Angel segera mendekat ke arah William dan duduk di pangkuannya. Dia segera mengelungkan tangannya ke leher William dan mulai menciumnya.
William bergeming dan membiarkan Angel terus menciumnya tanpa membalasnya. William memejamkan matanya, kenapa kini ciuman dari Angel terasa salah? Angel mengigit bibir bawah William dan segera mengeksplor mulut William saat laki-laki tampan yang juga kakak tirinya itu membuka mulutnya, sayangnya William tak membalas semua usahanya.
"Will!" Angel yang merasa di acuhkan menjadi marah.
William hanya menatap Angel sekilas lalu kembali melayangkan tatapannya pada dokumen yang sudah terbuka di depannya. William kembali membaca berkas di depannya dengan serius. Bukannya dia tak ingin membalas ciuman Angel tapi satu sisi hatinya kini melarangnya dengan keras.
"Aku sudah bilang aku sibuk," kata William dingin.
Angel merengut menatap laki-laki yang mirip vampire tampan di Twilihgt yang menurutnya sangat berubah setelah Rindu memergoki mereka malam itu dan William bahkan membohonginya tentang keberadaan Rindu.
"Kenapa kamu berubah, WIll? Kamuu mulai jatuh cinta pada gadis itu?" tanya Angel kasar.
Willian hanya diam, dia tak ingin Angel makin emosi. Dia mencoba berkonsentrasi pada tumpukan berkas di depannya.
"Aku tahu kamu menyembunyikannya!" dengan kasar Angel turun dari pangkuan William dan menatap William dengan marah.
Willian tercekat, sejenak dia mematung di tempat duduknya. Hatinya seketika gundah memikirkan keselamatan Rindu.
"Bagaimana kamu tahu?"
"Sikapmu dengan jelas memberitahuku, kamu semakin acuh padaku, kamu menyembunyikan setiap informasi tentang dia dan anak buah kamu jelas-jelas meunujukkan sikap itu," Angel melipat tangannya di d**a membuat kedua payudaranya terlihat lebih membusung, dia menatap William dengan sinis.
"Aku hanya melindunginya dari kekejamanmu," dengus William.
"Kenapa? Kamu takut aku membunuhnya? Bukankah lebih baik di mati agar rahasia kita tidak diketahui papa dan mama juga keluarga besar kita?"
"Aku tak mau kamu membunuhnya!" geram William.
"Benar dugaannku, kamu mulai jatuh cinta pada pengacau itu! Harusnya dulu aku tak mengusulkan kamu menikahinya. Biar saja keluarga kita tahu hubungan kita,"
"Angela Marchel!" teriak William geram. ," aku akan minta papa untuk menjemputmu segera!"
"Ya, kamu jatuh cinta padanya karena itu kamu hendak menyingkirkan aku!" Angel berteriak keras sambil menjatuhkan barang-barang yang ada di atas meja kerja William termasuk tumpukan berkas yang hendak dipelajarinya.
William menatap Angel tajam membuat gadis itu langung terdiam.
"Jangan pikir aku akan diam saja dan membiarkan dia merebutmu dariku," desis Angel kemudian berlalu dari ruangan itu dengan marah kemudian menutup pintunya dengan sangat kencang.
Dada William berkedut sakit karena dia telah membuat marah gadis kesayangan yang juga adik tirinya itu. William merasa gamang tapi beberapa hari ini dia memang mulai berpikir untuk mengakhiri cinta terlarangnya meski cintanya pada Angel masih sangat besar.
William menepalkan tinjunya, dia mengakui di sisi lain hatinya mulai tumbuh cinta pada sahabat adiknya, orang yang selama beberapa bulan ini mereka pakai untuk menutupi perbuatan laknat mereka, hanya saja selama ini dia selalu menekan perasaannya karena dia menganggap itu bukanlah sesuatu yang penting.
William menghembuskan nafas dengan kasar, di segera menghubungi anak buahnya yang berada di rumahnya untuk memperketat penjagaan kepada Rindu. Setelah itu William menyuruh untuk sekretarisnya untuk membereskan kekacauan yang dibuat Angel di ruangannya.
Devan, sekretaris William sudah tahu hubungan antara William dan Angel karena itu tadi dia membiarkan Angel menemui William karena dia tak tahu ada masalah diaantara mereka karena itu dia kaget saat melihat Angel membanting pintu dan betapa berantakannya ruangan William. Tanpa bertanya apapun, Devan segera membereskan kekacauan yang dibuat Angel.
William masih berdiri mematung menatap keluar jendela ruangannya, tatapannya tak terfokus pada apapun. Bayangan Rindu dan Angel bergantian hadir dalam pikirannya membuatnya kepalanya pusing.
"Bos," suara Devan mengejutkannya, William segera menoleh, "Meeting dengan perwakilan grup Dirgantara setengah jam lagi,"
William hanya diam, tapi Devan yakin William mendengarkannya.
"Ada masalah dengan Angel?"
***
AlanyLove