Bab 93

1119 Words
“Jangan- jangan … kamu ya yang nyebarin kabar burung itu?” Tanya Gilang. Karyo terdiam sesaat. “Hah? Halah, mana mungkin! Kamu ini, ngaco dah,” jawab Karyo sambil menepuk lengan Gilang. “Mana mungkinlah! Nggak, aku juga denger dari orang kok.” “Dari siapa?” Tanya Andi. “Yah … orang- orang. Banyak. Rame. Kan yang omongin soal itu rame, jadi ya gimana mau tahu darimana sumbernya,” jawab Karyo. Andi dan Gilang melirik Karyo dengan ujung mata, lalu mangut- mangut bersamaan. “Hem, begitu,” gumam Andi. “Kirain …” “Enggaklah, mana mungkin aku kayak gitu,” ujar Karyo. Novan melirik Karyo dengan ujung matanya dan menyinggungkan senyum sinis. “Aku cuma nanya aja kok Van, jangan di masukin ke hati ya. Ya? Kawan kita kan?” Karyo hendak merangkul Novan, tapi langsung di tepis olehnya. “Iya, iya. Kan nanya aja, santai ajalah,” ujar Novan. Karyo nyengir lebar. “Hahaha … iya ya, kan nanya doang ya …” Gumamnya. Seseorang datang menghampiri Karyo. “Oi Yo!” Sapa anak itu. Ia melirik ke Novan, Gilang, dan Andi. “Oh, kamu anak baru itu kan?” Anak itu menunjuk Novan. Novan mengangguk. “Siapa namanya sih kemaren? Duh lupa aku. Siapa namamu?” “Novan,” jawab Novan singkat. “Ah iya, Novan. Anak ini kan yang kamu ceritain kan?” Tanyanya sambil menoleh pada Karyo. Karyo melotot pada temannya. “Emang Karyo cerita apa?” Tanya Novan. “Dia tuh cerita kalau kamu sempat bikin heboh kan, kemarin itu di kelas 12, di lorong kelas IPS juga.” Oh, yang waktu itu ternyata. “Terus juga … katanya kamu juga kan yang nyuri itu soal ujian?” “Hah? Karyo bilang begitu ya?” Tanya Novan. Teman Karyo mengangguk. “Iya, katanya sih kamu yang nyuri dari ruang guru. Kamu yang ajak dia kerjasama dengan si Karyo, kan? Katanya gara- gara itu kan kamu diskorsing, ketahuan sama bu Julia. Terus katanya kamu mau jual itu soal yang udah di kerjain ke murid- murid, biar bisa jajanin cewek- cewekmu kan?” Novan, Andi, dan Gilang melongo mendengar penjelasan itu. Karyo memalingkan wajah saat mereka meliriknya. “Wah, parah sih kamu kalau sampai kayak gitu. Jangan kayak gitu ya bro, tobat. Masih muda loh, kalo ganteng dan pinter mending ikutan lomba apa gitu biar bermanfaat.” Teman Karyo menepuk pundak Novan pelan. Novan hanya bisa nyengir mendengarnya. “Hehehe … iya, udah tobat kok.” Novan melirik Karyo dengan ujung matanya. “Oh, Karyo yang bilang begitu ya?” Teman Karyo mengangguk. “Iya, dia bilang gitu. Katanya sih dia jadi kena juga, padahal dia bantu doang, nggak tahu apa- apa.” Novan mangut mangut tanpa melepaskan tatapannya dari Karyo. Karyo yang merasa risih menelan ludah. “Eh, udah ayo balik! Pelajaran selanjutnya kita ke lab kimia.” Karyo merangkul temannya. “Hah? Ngapain ke lab?” “Duluan ya gais!” Karyo melambaikan tangannya dan menyeret temannya menjauh. Novan geleng- geleng kepala melihatnya. “Hah, speechless,” gumam Gilang. “Sama. Oalah, ternyata dia kan memang dalangnya,” timpal Andi. “Bisa- bisanya dia bilang gitu, padahal sebenarnya dia yang kayak gitu,” gumam Novan. “Hah? Maksudnya?” Tanya Gilang dan Andi bersamaan. Novan menceritakan kejadian yang ia lihat kemarin, saat ia bertemu dengan Karyo dan pacarnya di mall dan menghampirinya. Gilang dan Andi geleng- geleng kepala mendengarnya. “Oalah, bucin ternyata dia,” komentar mereka serempak. Novan mengedikkan bahunya. “Tapi ya, aku masih bingung. Kok kamu jadinya yang terseret soal itu? Kan harusnya dia aja toh yang diskors,” Tanya Gilang. “Ya, soalnya dia ngaku kalau aku ikut kerjasama, gitu. Dia bilang kalau dia mau curi soalnya terus suruh aku kerjain biar bisa di jualin jawaban yang kemungkinan benar, gitu.” “Oalah, licik juga,” ujar Gilang. “Tapi kok kepikiran buat minta tolong ke kamu?” Novan melirik Andi, yang di balas dengan mengedikkan bahu. “Hem, entahlah. Kemarin itu aku sempat bantu dia kerjain tugas sih, mungkin karena itu kali ya …” Jawab Novan bohong. Gilang mangut- mangut. “Parah juga sih orang kayak gitu.” Bel tanda masuk berdering nyaring. Mereka bertiga tersentak kaget. “Heh, belum habis! Ayo cepet habisin, sebelum bu Julia patroli!” “Heh, cepet kalian makannya! Nanti akang yang di marahin bu Julia kalo ada yang belum masuk kelas!” Pinta kang Ujang sambil membersihkan meja di sebelah. Mereka menghabiskan makanan dengan cepat, seperti sedang latihan militer. “Makasih kang!” Mereka serentak bangkit dari duduk. Mereka mendengar langkah sepatu hak milik bu Julia. Tanpa pikir panjang, mereka berlari sekencangnya ke kelas. **** Nafas mereka tersendat- sendat begitu sampai di kelas. Syukurlah mereka pergi duluan sebelum di tegur oleh bu Julia. Tadi banyak murid yang terjerat oleh bu Julia dan akhirnya di hukum untuk push up dan sit up di tempat. Novan berselonjor di kursi dengan napas yang tak beraturan. “Van …” Panggil Andi. Novan meliriknya. “Kamu .. nanti … jangan lupa ya … pergi ke rapat OSIS …” Ujar Andi terbata- bata. Novan mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Ia menarik napas panjang dan mengatur napasnya. “Oh ya, jadinya kamu tahu soal itu?” Tanya Novan. Andi mengernyitkan alisnya. “Soal apa?” “Soal itu … soal aku diskorsing …” Jawab Novan setengah berbisik. “Oh, itu …” Andi mengangguk. “Tau, ya tau gitu aja sih. Tapi yang tahu alasan kamu diskorsing itu baru aku dan Valdi yang tahu di OSIS, oh sama Kirana juga.” “Jadi kamu tahu tentang tempat persembunyian itu? Tentang yang aku lakuin sama Karyo?” Tanya Novan. Andi mengernyitkan alisnya. “Hah? Apaan dah? Emangnya kamu sama Karyo lakuin apa?” Tanya Andi bingung. Novan menggeleng. “Oh, nggak apa.” Andi menatap Novan dengan tatapan curiga. “Nggak, nggak apa. Nggak ada apa- apa, nggak usah di tengokin gitu!” Gerutu Novan. Ia memalingkan wajahnya. “Aku cuma tahu sekilas, kalau kamu diskorsing juga karena buka jasa joki itu ke anak- anak di sekolah, terus Karyo nyeret kamu tentang nyuri soal ujian. Itu aja, tempat rahasia atau apalah itu aku nggak tahu.” Novan menghela napas lega. “Terus, hasil dari kalian ngejoki itu gimana?” “Kamu bisa tebak nggak tuh hasilnya di kemanain?” Tanya Novan balik. Mereka salign bertukar pandang, lalu Andi mengangguk. “Oh ya, kayaknya aku mulai paham.” Andi mangut- mangut. “Jangan ceritan di sini. Kalau mau ceritain detail nanti aja waktu rapat tertutup. Karyo dan Kirana juga ada di sana. Kamu ceritain semuanya, jangan ada yang di tutupi. Valdi butuh dengar kesaksian dari kalian berdua.” Novan mengangguk. “Oke, siap bos!” ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD