Sarah membuka matanya perlahan, rasa sakit pada perut dan kepalanya mendera kuat. Ingin bergerak namun, tersadar ada sesuatu yang menempeli sebelah punggung tangannya. “Jarum infus?” lirihnya. Bahkan suaranya pelan sekali, lebih lembut dari sebuah bisikan. Saat meraba kepalanya, ada sebuah perban juga yang turut melingkari kepalannya. Pun perutnya yang ia sentuh perlahan. Tapi, sakitnya luar biasa. “Akh!!!” pekiknya. Ia menyerah, kembali mendiamkan segala pergerakkan tubuhnya. Semua yang ia lakukan, sekecil apa pun, sepelan apa pun, terasa sangat sakit sekali. Sarah memejamkan matanya kembali. Ia mencoba mengais sisa-sisa ingatan dalam kepalanya yang terbungkus kain kasa putih. Lalu, dalam ingatannya tergambar wajah reza dan... “Za...” “Gue butuh lo.” Oh God. Dia memang