Seorang pria tinggi berdiri tepat di depan sebuah rumah yang menjulang di depannya. Ukurannya tidak terlalu besar tapi bentuknya cukup unik. Reza memandang sekitar dan ponselnya bergantian berulang kali. Benar, ini alamat yang Sarah kirimkan padanya. Tapi, kenapa malah rumah ini yang ada di hadapannya sekarang? Bukannya rumah tempat dia menjemput gadis itu tempo hari. Tapi, yasudah Reza mengesampingkan hal tersebut dan segera memasuki area dengan pagar kecil. Reza mulai mengetuk pintu berbahan kayu tersebut. “Sarah?” panggilnya hati-hati. Tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia di sana bahkan bergerak saja tidak, pintu itu. Rahang Reza mengencang. Serius, kalau sampai ini hanya akal-akalan Sarah saja untuk mengerjainya, Reza tidak akan tinggal diam. “Sarah, jangan main-main!” Dua