BAB 5

2850 Words
EMMA POV Rasanya hari ini aku sangat senang karena hidupku berubah semenjak mengenal Henry. Henry sosok pria yang baik dan perhatian padaku. Ia sering berkunjung ke rumah dan bertemu dengan ibuku dan sepertinya ibu sangat menyukai Henry yang terlihat sangat baik pada ibu. Suatu hari Henry mengajakku bertemu di sebuah taman dan saat itu ia menyatakan perasaannya padaku. Saat itu aku sangat terkejut sekaligus bahagia karena aku dan Henry menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih. Meskipun begitu, ada suatu hal yang sepertinya di sembunyikan Henry dan sampai saat ini ia belum pernah bercerita tentang keluarganya padaku. Aku sangat ingin Henry membawaku untuk bertemu dengan orang tuanya karena aku sangat ingin tau tentang keluarganya. Seperti biasa hari ini aku mengajar dan saat selesai jam mengajar, aku kembali ke ruang kerjaku dan saat itu aku tidak sengaja bertemu dengan Roy. Ia terlihat merasa tidak nyaman padaku, lalu ia datang menghampiri dan meminta maaf padaku atas apa yang terjadi. Saat itu hubungan kami kembali membaik dan aku bersyukur karena Roy berjanji padaku untuk tidak membahas kejadian yang lalu. Entah kenapa aku merasa Roy menyimpan perasaan padaku tetapi rasanya hal itu tidak mungkin terjadi karena ia sudah beristri dan memiliki anak. Saat itu hanya ada kami di dalam ruangan sehingga Roy banyak bercerita tentang keluarganya. Ia memiliki lima anak dan sepertinya ia sangat menyayangi keluarganya. " Jujur saja aku sangat menyayangi keluargaku terutama anak - anakku karena mereka penyemangatku untuk aku semakin berjuang dalam hidup ini. Tanpa mereka, hidupku terasa hampa." kata Roy sambil menghabiskan makanan yang ada di depannya. " Bagaimana dengan istrimu?" tanyaku sambil memainkan pulpen di tanganku. Saat itu Roy terdiam cukup lama hingga akhirnya ia menceritakan tentang masalah yang ia hadapi bersama istrinya. Ternyata sudah lama hubungan mereka bermasalah dan sepertinya Roy sudah tidak sanggup untuk mempertahankan rumah tangganya yang berada di ujung tanduk. " Sudah lama hubunganku dengan Wina bermasalah dan sepertinya pernikahan kami sangat sulit untuk di pertahankan karena Wina...." kata Roy sambil mengusap kedua wajahnya  Saat itu aku berusaha memberikan dukungan kepadanya dan aku tidak menyangka jika ia akan bercerita tentang masalah yang ia hadapi. Tiba - tiba ada orang yang masuk ke dalam ruangan sehingga aku berusaha menjauh dari Roy agar tidak terjadi kesalah pahaman dan aku tidak ingin orang berpikiran jika aku dan Roy memiliki hubungan yang lebih dari teman kerja. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari ruangan dan mencari udara segar. Tiba - tiba ponselku berbunyi dan ternyata Henry yang menghubungiku. Ia ingin mengajakku bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempatku mengajar. Setelah selesai menelfon, tiba - tiba terdengar suara bel yang menandakan jika waktunya mengajar. Rasanya aku sangat senang ketika bertemu dengan murid - muridku karena mereka sangat bersemangat ketika aku mengajar. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat sehingga terdengar suara bel yang menandakan jika jam belajar berakhir. Satu persatu muridku keluar dari kelas dan aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan Henry. Setelah dari kelas, aku kembali ke ruang kerja dan membereskan barang - barangku yang berada di atas meja dan saat itu Roy mendekatiku dan ia ingin mengajakku makan bersama tetapi aku menolaknya secara halus dan aku beralasan jika ingin bertemu dengan teman lama. Roy terlihat sangat kecewa tetapi ia berusaha menyembunyikan dengan bersikap datar dan setelah itu aku langsung pergi menuju ke sebuah kafe untuk bertemu dengan Henry. Saat tiba disana, aku melihat Henry yang melambaikan tangan ke arahku dan aku langsung datang menghampirinya. Rasanya aku sangat senang bertemu dengannya dan saat itu Henry mengatakan sesuatu yang membuatku tercengang karena ia ingin melamarku sebagai istrinya dan aku hampir tidak percaya mendengar perkataannya. " Emma, aku sangat ingin melamarmu sebagai istriku meskipun saat ini aku belum lulus kuliah tapi aku memiliki tekad yang kuat untuk membahagiakanmu dan aku berharap kau menerima lamaranku." kata Henry sambil menyematkan sebuah cincin di jariku dan rasanya aku sangat bahagia mendengar keseriusannya padaku. " Tentu saja aku menerima lamaranmu." kataku sambil tersenyum padanya. " Terima kasih Emma." kata Henry sambil memelukku dengan erat. Rasanya saat itu aku dan Henry sangat bahagia dan aku tidak sabar ingin segera menikah dengannya. Lalu Henry memberitahuku jika ia ingin memperkenalkanku kepada keluarganya dan aku sudah lama menantikan hal ini terjadi. Kemudian aku mengajak Henry ke rumahku untuk membicarakan tentang pernikahan kami kepada ibuku. Tidak beberapa lama kami tiba di rumah dan saat itu ibu sedang memasak di dapur. Lalu kami menunggu ibu selesai memasak sehingga kami bisa membicarakan pernikahan kami kepada ibu. Saat itu Henry memberanikan diri untuk melamarku di depan ibu dan saat itu terlihat sangat bahagia karena aku tidak lama lagi akan segera menikah. Aku sangat bersyukur ketika ibu merestui hubungan kami dan rasanya aku tidak sabar ingin segera menjadi seorang istri. Lalu Henry mengajak aku dan ibu untuk bertemu dengan keluarganya dan ibu segera berganti baju. Setelah itu kami pergi ke rumah Henry dan saat tiba disana, aku melihat ada pria yang seusia dengan ibuku sedang bercocok tanam. Lalu Henry memperkenalkan kami kepada orang tuanya dan sepertinya ayah Henry bukanlah sosok pria yang ramah dan beliau bersikap datar kepada kami. Tidak beberapa lama Henry memperkenalkan kami kepada ibu dan saudara - saudaranya. Disana ada kakak dan adiknya yang sedang berkumpul di ruang tamu dan saat itu Henry membahas rencana pernikahan kami kepada keluarganya dan mereka terdengar sangat terkejut mendengar Henry akan segera menikah denganku. " Aku ingin memberitahu kalian jika tidak lama lagi aku akan menikah dengan Emma." kata Henry sambil memegang tanganku. " Syukurlah kalau begitu. Kami sangat senang mendengarnya." kata ibu Henry sambil memeluk Henry dengan erat. Saat itu saudara Henry memberi ucapan selamat kepada kami dan aku melihat ayah Henry terlihat biasa saja mengetahui hal ini. Entah kenapa aku merasa hubungan Henry dengan ayahnya kurang begitu baik dan saat itu ayah Henry pergi meninggalkan kami dan ia terlihat tidak tertarik untuk bergabung bersama kami. Setelah itu kami membahas tentang rencana pernikahan dan semua sepakat acara pernikahan kami akan dilaksanakan secara sederhana dan hanya mengundang keluarga terdekat saja. Tidak beberapa lama kami berpamitan kepada keluarga Henry dan aku pulang ke rumah bersama ibu menaiki motorku. Di sepanjang jalan, aku dan ibu membahas tentang keluarga Henry. Saat itu ibu sangat heran dengan ayah Henry yang terkesan acuh terhadap Henry dan ibu merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Henry. Entah kenapa ibu bertanya padaku tentang keyakinanku untuk menikah dengan Henry karena firasat ibu mengatakan jika aku tidak akan bahagia menikah dengan Henry dan aku berusaha meyakinkan ibu jika aku akan baik - baik saja. " Ibu tenang saja karena aku yakin akan bahagia menjadi istri Henry karena Henry berjanji padaku akan membahagiakanku dan tidak mengecewakanku." kataku sambil berusaha meyakinkan ibu. " Ibu berharap semoga saja Henry tidak mengingkari janjinya padamu karena ibu tidak ingin melihat kau sedih." kata ibu sambil memelukku dari belakang. Tidak beberapa lama kami tiba di rumah dan ternyata kakakku, Arini datang ke rumah. Arini membawakan makanan untuk kami dan ia memberitahu jika anaknya, Ferry akan berangkat ke luar negeri untuk bekerja disana. Arini terlihat gamang mengetahui Ferry akan tinggal di luar negeri tetapi ibu berusaha meyakinkan kakakku jika semuanya akan baik - baik saja. Arini memiliki enam orang anak yaitu Eva, Ferry, Iza, Willy, Igor dan Kenzo. Suaminya sudah lama meninggal karena kecelakan mobil sehingga Arini membesarkan anaknya seorang diri. Beruntung ia memiliki harta peninggalan suaminya sehingga ia bisa menghidupi anak - anaknya.  Aku dan Arini beda usia lima belas tahun dan kami memiliki ayah yang berbeda. Meskipun kami satu ibu tetapi hubunganku dengan Arini berjalan baik dan ia sudah menganggapku seperti adik kandungnya sendiri. Sudah lama Arini tidak datang ke rumah karena ia sibuk mengurus anak - anaknya dan ibu terlihat sangat menantikan kedatangannya. " Bagaimana kabarmu dan anak - anakmu?" tanya ibu sambil menyerahkan secangkir teh kepada Arini. " Kabar kami sangat baik dan aku kesini ingin memberitahu ibu jika minggu depan Ferry akan bekerja di luar negeri dan menetap disana." kata Arini sambil menyesap teh " Syukurlah kalau begitu. Ibu sangat senang mendengarnya. Akhirnya Ferry mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya." kata ibu sambil menyilangkan kedua tangannya. Tidak beberapa lama kami mengajak Arini makan malam bersama dan rasanya aku sangat senang bisa berkumpul dengannya. Setelah makan malam, Arini berpamitan kepada kami dan aku berharap ia panjang umur sehingga kami bisa berkumpul kembali. **** Dua Minggu Kemudian Rasanya hari ini aku tidak menyangka akan menjadi bagian dari keluarga Henry. Pernikahan kami dilaksanakan secara sederhana dan dihadiri oleh keluarga. Aku dan Henry berencana akan menyelenggarakan resepsi satu minggu kemudian dan aku sangat bahagia menjadi seorang istri. Setelah acara pernikahan usai, aku dan Henry beristirahat di kamar dan rasanya kami sangat lelah. Kami menghabiskan malam pertama kami sebagai pasangan suami istri dan rasanya aku sangat bahagia sampai akhirnya kami tertidur lelap. Keesokan harinya aku terbangun di samping Henry dan aku melihatnya masih tertidur lelap. Lalu aku bangkit dari ranjang dan aku keluar dari kamar. Saat itu aku melihat ibu mertuaku bersama dengan Brian. Mereka seperti membicarakan tentang sesuatu dan aku tidak sengaja mendengar sesuatu yang sangat mencengangkan yaitu rencana ibu mertuaku untuk bercerai dengan suaminya. Aku tidak tau masalah apa yang sebenarnya terjadi sehingga beliau memutuskan untuk bercerai. Tiba - tiba ayah Henry memergokiku ketika aku mendengarkan pembicaraan ibu Henry dan Brian. Saat itu ayah Henry mengancamku untuk tidak membocorkan hal ini kepada Henry jika tidak ia akan menghancurkan pernikahanku dengan Henry. Rasanya saat itu aku sangat ketakutan dengannya sehingga aku hanya mengangguk dan pergi dari sana. Lalu aku memutuskan masuk ke dalam kamar dan aku mendengar Henry sedang mandi. Tidak beberapa lama Henry keluar dari kamar mandi dan saat itu aku mengajak Henry berbincang. Aku meminta Henry untuk pindah ke rumah ibuku dengan alasan aku ingin menjaga ibu. Waktu itu Henry menolak keinginanku dan aku tidak diperbolehkan untuk pergi dari rumah. " Sampai kapanpun kita akan tetap tinggal disini! apa kau mengerti?!" bentak Henry dan saat itu aku merasa sangat ketakutan padanya. " Iya aku mengerti dan maafkan kesalahanku." kataku sambil menunduk. Saat itu Henry mendekatiku dan ia meminta maaf padaku karena sudah membentakku. Lalu ia memelukku dengan erat dan rasanya ketakutanku hilang begitu saja. Tiba - tiba ada yang mengetuk pintu dan Henry membuka pintu. Ternyata Brian meminta tolong kepada Henry untuk melerai orang tua mereka yang sedang bertengkar. Aku melihat Henry pergi bersama Brian dan aku mengikuti mereka sampai aku melihat orang tua Henry yang terlibat pertengkaran hebat. Aku merasa kasihan melihat ibu Henry yang tidak bisa berbuat apa - apa ketika ayah Henry melakukan kekerasan padanya. Saat itu Henry dan Brian berusaha menahan ayahnya untuk berhenti memukul ibunya. Lalu aku membantu ibu Henry berdiri dan menjauhkannya dari suaminya. Saat itu ibu mertuaku menangis histeris dan ia tidak bisa menahan kesedihannya ketika merasakan sakit di tubuhnya. Aku berusaha mengobati beliau dan menyuruhnya untuk beristirahat di kamar tetapi beliau tidak mau dan lebih memilih untuk bersamaku. Tiba - tiba kami mendengar suara teriakan Henry dan ibu Henry semakin histeris mendengar anak dan suaminya yang terlibat pertengkaran hebat. Saat itu aku tidak tega meninggalkan ibu mertuaku sendirian di kamar dan aku berusaha memeluk beliau seerat mungkin. Tidak beberapa lama Brian masuk ke dalam kamar dan ia mengajak ibu mertuaku untuk pergi ke rumah tantenya yang merupakan kakak dari ibu Henry. " Sebaiknya ibu sekarang ikut bersamaku ke rumah tante Mira. Saat ini kondisinya tidak kondusif jika ibu berada di sini." Kata Brian sambil menarik ibunya dan saat itu beliau hanya pasrah ketika Brian mengajaknya pergi. Setelah mereka pergi, aku melihat Henry adu mulut dengan ayahnya dan saat itu ayahnya ingin menampar wajah Henry tetapi aku berusaha mencegahnya dan beliau terlihat sangat marah padaku sehingga ia mendorong tubuhku hingga aku terjatuh ke lantai. Saat itu Henry membantuku untuk bangun dan ia terlihat sangat emosi kepada ayahnya dan Henry mengajakku pergi dari rumah dan akhirnya kami pergi ke rumah ibu. Aku dan Henry mengemasi barang - barang kami dan saat kami ingin pergi, ayah Henry hanya diam tanpa berusaha mencegah kami untuk pergi. Saat itu kami menaiki motorku hingga kami sampai ke rumah ibu. Saat itu ibu sangat terkejut ketika melihat kami membawa tas karena setau beliau, aku dan Henry memutuskan untuk tinggal di rumah Henry setelah menikah. Lalu ibu mengajak kami masuk ke dalam dan saat itu kami tidak memberitahu ibu tentang masalah yang terjadi antara ayah dan ibu Henry. Kami meminta ijin kepada ibu untuk menginap selama beberapa hari sampai kami menemukan rumah kontrak untuk kami tinggal. Ibu sempat menanyakan alasan kami keluar dari rumah Henry dan saat itu Henry beralasan jika kami ingin memiliki rumah sendiri agar bisa lebih mandiri. " Syukurlah kalau kalian ingin hidup mandiri. Ibu tidak keberatan jika kalian ingin tinggal dirumah ini daripada kalian menghabiskan uang untuk mengontrak rumah yang biayanya tidak murah." kata ibu sambil mengupas buah " Saya sebagai kepala rumah tangga tidak ingin merepotkan ibu dan kami lebih memilih untuk hidup mandiri." kata Henry dengan tegas dan saat itu aku tidak bisa menolak keputusan Henry karena aku yakin Henry akan marah padaku jika aku menentang keinginannya. " Terserah kalian saja. Ibu hanya menyarankan saja. Lagipula rumah ini suatu saat akan menjadi milik kalian jika ibu sudah tiada." kata ibu sambil menyerahkan sepiring buah kepada kami. Sejujurnya aku lebih memilih tinggal serumah dengan ibu karena aku sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada ibu sedangkan tidak mungkin menyuruh Arini untuk tinggal bersama ibu karena ia sibuk mengurus anak - anaknya. Aku tau Henry tidak akan mau tinggal serumah dengan ibuku karena ia lebih memilih tinggal di rumah kontrak bersamaku dan aku tau Henry sosok pria yang sangat posesif dan banyak aturan. Tidak beberapa lama ibu menyuruh kami untuk beristirahat di kamar dan saat itu aku menyuruh Henry untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan aku lebih memilih untuk berbincang dengan ibu. Saat itu ibu bertanya banyak hal tentang rumah tanggaku bersama Henry dan ibu merasa jika aku tidak bahagia bersama Henry. " Nak, katakan kepada ibu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ibu yakin ada sesuatu yang kalian sembunyikan dari ibu." kata ibu sambil membujukku untuk memberitahu tentang apa yang sebenarnay terjadi tetapi aku diam membisu dan memilih untuk pergi ke dalam kamar. Saat aku masuk ke dalam kamar, aku melihat Henry yang sedang menelfon seseorang dan ia langsung mematikan ponsel dan menarikku ke atas ranjang. Saat itu Henry memelukku sangat erat dan ia membisikkan kata cinta di telingaku. Akhirnya kami melakukan hubungan intim dan saat itu aku merasa Henry sangat terpuruk akibat pertengkaran yang terjadi antara ibu dan ayahnya. *** Satu minggu kemudian, kami pindah ke rumah kontrakan dan saat itu Henry terlihat sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamaku tanpa ada seorang pun yang mengganggu kami. Aku tau inilah keinginan Henry daridulu dan tidak beberapa lama ponsel Henry berbunyi dan saat ia mengangkat telfon, raut wajahnya berubah cemas. Setelah selesai menelfon, ia mengajakku ke rumah sakit karena ayahnya sedang di rawat. Henry memberitahuku jika ayahnya pingsan di tengah jalan saat membeli makanan. Beruntung ada tukang becak yang membawa ayah mertuaku ke rumah sakit. Tidak beberapa lama kami tiba di rumah sakit dan saat itu kami mencari informasi tentang ayah Henry. Tidak beberapa lama kami melihat Liza dan Brian memanggil Henry dan saat itu kami menghampiri mereka. Terlihat mereka sangat cemas memikirkan orang tua mereka. Tidak beberapa lama dokter memberitahu kami tentang ayah dan saat ini beliau mengalami kritis dan kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar ayah mertuaku diberi mukjizat oleh Tuhan. Kami sangat terkejut ketika melihat ibu mertuaku datang dengan seorang wanita yang aku duga wanita itu adalah tante Mira. Saat itu ibu mertuaku terlihat sangat sedih dan ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan suaminya. Tidak beberapa lama kami di persilakan untuk menjenguk ayah dan kami menyuruh ibu untuk masuk ke dalam ruangan untuk menjenguk ayah. Henry bersama ibunya masuk ke dalam sedangkan kami menunggu di depan kamar. Rasanya aku tidak menyangka jika ayah mertuaku akan mengalami peristiwa seperti ini. Tidak beberapa lama mereka keluar dari kamar dan aku melihat ibu mertuaku menangis dan kami berusaha menghiburnya. " Sebaiknya kau bawa ibu pulang ke rumah untuk beristirahat." kata Liza sambil menyuruh Henry untuk membawa ibunya pulang ke rumah. " Sebaiknya aku saja yang mengantar ibu pulang ke rumah. Kau dan Henry disini saja." kata Brian sambil mengajak ibunya pulang ke rumah tetapi beliau tidak mau pulang ke rumah dan lebih memilih berada di rumah sakit. Akhirnya kami sepakat untuk menjaga ayah secara bergantian dan kami hanya bisa berdoa agar ayah mertuaku segera membaik.  *** Beberapa hari kemudian, kondisi ayah mertuaku semakin membaik dan dokter membolehkan ayah mertuaku untuk pulang ke rumah dengan catatan beliau tidak boleh melakukan aktivitas yang berat. Saat itu ibu mertuaku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah karena beliau ingin mengurus ayah mertuaku yang membutuhkan bantuan. Sepertinya ibu mertuaku sudah melupakan pertengkaran yang dulu pernah terjadi dan beliau sudah memaafkan kesalahan ayah mertuaku. Aku berharap semoga mereka tidak bertengkar seperti dulu karena mereka sama - sama sudah tua dan sudah saatnya mereka menjalin hubungan yang baik. Aku melihat Henry yang tampak sangat tegang ketika melihat ibunya berusaha memegang tangan ayahnya dan aku tau Henry sangat takut jika ayahnya suatu hari akan menyakiti ibunya. Aku berusaha menenangkan Henry agar ia tidak berpikir negatif kepada ayahnya. Aku berharap suatu hari nanti Henry dan ayahnya bisa berbaikan sehingga hubungan mereka semakin baik
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD