BAB 4

1763 Words
HENRY POV Sejujurnya aku tidak bisa melupakan wanita yang tidak sengaja menabrakku di jalan. Setelah aku mendapatkan nomor kontaknya, aku berusaha menghubunginya dan tidak beberapa lama telfon tersambung. Aku sangat senang mendengar suara wanita yang menurutku terdengar sangat merdu. Sejak pertama kali melihatnya, aku mulai suka padanya dan rasanya aku sangat ingin mendekatinya. Aku merasa wanita itu sangat berbeda dari wanita yang pernah aku temui karena wanita itu sangat sopan dan ia tidak berusaha menggodaku. Hal ini membuatku sangat penasaran sehingga aku berusaha untuk mengajaknya pergi ke pasar malam yang letaknya tidak jauh dari rumah kami dan wanita itu setuju untuk pergi bersamaku. Aku merasa ia menyukaiku karena ketampananku dan sampai saat ini belum ada seorang wanita yang menolak ajakanku sehingga aku yakin bisa mendapatkan Emma. Setelah selesai menelfon, aku melihat isi dompetku dan aku bersyukur masih ada uang untuk pergi nanti malam karena aku tidak ingin terlihat seperti orang yang tidak memiliki uang di depan Emma. Rasanya sudah seminggu ibu tinggal di rumah tante Mira dan beliau tidak ingin pulang ke rumah karena beliau sangat takut bertemu dengan ayah. Sepertinya ayah tidak tahan lagi untuk mencari keberadaan ibu dan beliau seperti gelisah memikirkan keadaan ibu. Aku sudah terbiasa melihat ayah yang merasa bersalah ketika melihat ibu tidak kembali ke rumah dan itu semua karena sikap ayah yang sangat keterlaluan kepada ibu. " Henry, ayah ingin kau berkata jujur tentang keberadaan ibumu!" kata ayah dengan sorot mata yang tajam ke arahku. " Aku tidak tau dimana ibu berada." kataku dengan sikap acuh dan hal ini membuat ayah semakin murka padaku. " Dasar anak pembohong! ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi seorang pendusta!" Bentak ayah sambil menampar wajahku dan rasanya saat itu aku semakin membenci ayah karena sikapnya yang kasar padaku. Saat itu aku mencoba melawan ayah tetapi usahaku di gagalkan oleh Liza karena saat itu ia baru saja tiba di rumah dan ia berusaha menghalangiku untuk memberi pelajaran kepada ayah. Liza menyuruhku untuk pergi dan saat itu aku memutuskan untuk pergi dari rumah sambil menenangkan pikiranku yang sedang kalut. Saat aku berada di jalan, aku memutuskan untuk menemui Emma di rumahnya karena saat ini aku sangat membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahku tentang masalah yang kuhadapi saat ini. Tiba - tiba aku melihat sebuah mobil berhenti di depanku dan saat itu aku sangat terkejut melihat Chelsea, mantan pacarku yang keluar dari mobil dan ia menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam mobilnya. Entah apa yang ada di pikiran Chelsea sehingga ia berusaha untuk menggodaku tetapi aku tidak tergoda dengan rayuannya karena aku sudah muak dengannya apalagi setelah aku tau ia berselingkuh dengan seorang anak pejabat yang sangat terkenal di kampus. Saat itu Chelsea berusaha meminta maaf padaku atas apa yang terjadi dan entah kenapa dengan mudahnya aku memaafkan kesalahannya karena menurutku ia salah satu wanita terkaya yang berada di kampusku. " Maafkan atas kesalahanku padamu. Aku sangat menyesal telah berselingkuh dan aku sangat ingin kembali padamu karena menurutku hanya kau yang bisa membahagiakanku." kata Chelsea sambil memelukku dengan erat. Saat itu aku hanya terdiam membisu sambil mencium aroma tubuhnya yang sangat memabukkan. Tiba - tiba ada yang membuka pintu mobil dan aku sangat terkejut melihat Gerald yang menarik tubuh Chelsea dan ia menariknya keluar dari mobil. Waktu itu aku berusaha keluar dari mobil dan aku tidak tega melihat Gerald yang bersikap kasar kepada Chelsea sehingga aku berusaha menarik Chelsea pergi meninggalkan Gerald tetapi Gerald tidak membiarkan Chelsea pergi dari hadapannya. " Tidak ada satupun yang bisa membawa Chelsea pergi dariku! ia hanya milikku!" Bentak Gerald padaku dan aku tidak takut dengannya sehingga aku mengajaknya bertarung denganku dan ia menerima tawaranku tetapi Chelsea berusaha mencegah kami berkelahi dan tidak beberapa lama ada beberapa orang yang berusaha menjauhkanku dengan Gerald dan aku langsung mengajak Chelsea pergi denganku. Saat itu aku menaiki mobil Chelsea dan ia mengajakku pergi ke apartemennya. Aku tau apa yang di inginkan Chelsea saat ia mengajakku ke apartemennya dan aku tidak sabar ingin menantikan apa yang akan dilakukan Chelsea untuk menghiburku yang sedang terbawa emosi. Tidak beberapa lama kami tiba di apartemennya dan ia mengajakku masuk ke dalam apartemennya. Lalu Chelsea mengajakku untuk duduk di sofa sambil ia duduk di pangkuanku. Saat itu ia berusaha menciumku tetapi aku tidak meresponnya karena aku tersadar jika malam ini aku ada janji untuk bertemu dengan Emma sehingga aku berusaha untuk pergi meninggalkan Chelsea meskipun ia berusaha untuk menahanku tetapi aku tidak menghiraukannya dan ia terlihat sangat jengkel padaku. " Kenapa kau ingin pergi dariku? apa kau masih marah?" tanya Chelsea " Aku ada urusan dan biarkan aku pergi!" kataku sambil menjauh darinya tetapi ia tidak mau beranjak dariku. " Aku tidak mau kau pergi dariku! aku sangat membutuhkanmu." kata Chelsea dengan nada manja yang selalu ia keluarkan ketika aku ingin pergi darinya. Saat itu aku berusaha menjauh darinya dan aku pergi begitu saja tanpa menghiraukannya. Aku langsung mencari angkutan umum untuk sampai ke rumah Emma karena aku tidak sabar ingin segera menemuinya. Lima belas menit kemudian, ada angkot yang lewat dan aku langsung menaiki angkot itu menuju ke rumah Emma. Aku yakin Emma pasti akan sangat terkejut dengan kedatanganku yang tiba - tiba karena aku memang sengaja ingin membuat kejutan padanya. Tidak beberapa lama aku sampai di depan rumahnya. Setelah itu aku bertamu di rumahnya. Saat itu aku melihat ada seorang wanita yang aku yakin adalah ibu kandung Emma. Wanita itu menanyakan kedatanganku ke rumahnya dan saat itu aku mengutarakan niatku untuk menemui Emma dan beliau memanggil Emma untuk keluar dan saat itu Emma sangat terkejut melihat kedatanganku di rumahnya. Lalu ibunya meninggalkan kami sehingga kami berbincang di teras rumahnya. " Ada apa kau datang kesini? bukannya kita sudah berjanji akan bertemu nanti malam?" tanya Emma sambil merapikan rambutnya yang berantakan. " Aku hanya ingin bertemu denganmu. Apakah salah?" tanyaku sambil menatap matanya yang membuatnya salah tingkah. Emma mengggelengkan kepalanya dan aku tau jika ia sangat senang dengan kehadiranku. Tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul lima sore dan saat itu aku merasa Emma hanya tinggal berdua dengan ibunya. Aku tidak berani bertanya banyak hal tentang hidupnya karena aku tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman padaku. Tiba - tiba ibu Emma memanggil kami untuk makan bersama dan rasanya aku sudah lama tidak merasakan kebersamaan seperti ini. Rasanya aku sangat ingin memiliki hubungan yang erat seperti hubungan yang dimiliki oleh Emma dengan ibunya. Setelah selesai makan, aku menunggu Emma selagi ia berdandan. Tidak beberapa lama Emma keluar dari kamar dan aku sangat terkejut melihat ia yang sangat cantik dengan baju yang ia kenakan. Lalu kami pergi ke pasar malam dengan hati yang gembira dan rasanya kesedihanku pudar begitu saja. Sekitar lima belas menit kami sampai di pasar malam dan saat itu aku mengajaknya berkeliling. Tiba - tiba Emma mengajakku untuk menaiki bianglala dan rasanya sudah lama aku tidak menaiki wahana permainan yang pernah aku naiki ketika aku masih kecil. Waktu itu kami antri dengan banyak orang sampai akhirnya giliran kami yang menaiki wahana itu. Emma terlihat sangat bahagia dan rasanya aku sangat senang melihat wajahnya yang terlihat sangat cantik ketika ia tersenyum. " Lihatlah, kita bisa melihat keramaian kota dari sini!" kata Emma bersemangat. " Aku teringat ketika usiaku sepuluh tahun menaiki wahana ini bersama kakak dan adikku." kataku sambil memandangnya. Tidak beberapa lama kami turun dari wahana itu, lalu kami berkeliling sambil melihat orang yang lalu lalang di depan kami. Tiba - tiba Emma berteriak ketika ada seorang pria yang menarik tasnya dengan paksa dan aku berusaha menyerang pria itu hingga ia babak belur dan aku langsung menarik Emma untuk segera pergi dari sana dengan berlari sekencang mungkin sampai akhirnya kami berhenti di pinggir jalan dan kami memutuskan untuk menenangkan diri sejenak. " Apa kau baik - baik saja?" tanyaku padanya dan ia hanya mengangguk. " Sebaiknya kita pulang saja. Aku tidak ingin membuat ibuku khawatir karena aku pulang terlambat." kata Emma sambil merapikan rambutnya yang berantakan. " Ayo ku antar kau pulang ke rumah." ajakku sambil menggenggam tangannya. Saat itu aku merasakan Emma terlihat gugup saat aku menggenggam tangannya dan entah kenapa aku merasa senang sudah membuatnya salah tingkah di depanku. Meskipun begitu Emma tidak melepaskan tangannya dari genggamanku. Tidak beberapa lama kami sampai di rumah Emma dan saat itu aku berpamitan pada ia dan ibunya. Lalu aku memutuskan untuk ke rumah tante Mira karena aku tidak ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan ayah. Tiba - tiba ponselku berbunyi dan ternyata Brian yang menghubungiku. Ia menyuruhku untuk segera pulang ke rumah tetapi aku tidak menghiraukannya dan memutuskan telfon karena saat ini aku tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Saat aku tiba di rumah tante Mira, ibu sangat terkejut melihat kedatanganku dan aku memberitahunya jika hari ini aku bertengkar dengan ayah sehingga aku memutuskan untuk menginap di rumah tante Mira. Lalu tante Mira menyuruhku untuk tidur di kamar tamu tetapi aku lebih memilih tidur di samping ibu karena aku sangat merindukannya dan ibu hanya bisa terdiam saat mengetahui perselisihanku dengan ayah. Ku akui sejak kecil tidak pernah akur dengan ayah dan aku sering membangkang dengan perintah ayah karena aku sangat membenci sikapnya yang sangat kasar terhadap ibu. Seandainya jika ia bukan ayahku maka dari dulu aku sudah melenyapkannya dari dunia ini tetapi aku tidak melakukannya karena aku tidak ingin menyakiti perasaan ibu. " Kenapa ibu tidak memilih untuk bercerai dengan ayah sejak dulu?" tanyaku sambil menatap wajah ibu yang menyiratkan kesedihan. " Karena ibu tidak ingin melihat kau dan saudara - saudaramu tumbuh tanpa seorang ayah. Ibu tidak ingin kalian bernasib sama seperti ibu yang sejak kecil tidak tau seperti apa wajah ayah ibu." kata ibu sambil meneteskan air mata dan aku langsung memeluk ibu dengan erat. " Berhentilah menangis. Aku tidak ingin melihat ibu bersedih." kataku sambil menghapus air mata yang menetes di wajah ibu. Lalu aku mengajak ibu untuk beristirahat agar ibu bisa menenangkan dirinya dari masalah yang ia hadapi dan sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan kesalahan ayah yang telah menyakiti perasaan ibu. Aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti ibu karena beliau sangat berarti bagiku. **** Keesokan harinya aku terbangun dari tidur dan aku sangat terkejut melihat jam di dinding menunjukkan pukul enam pagi. Lalu aku bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Aku tidak sengaja melihat ibu yang sedang berbincang dengan tante Mira. Sepertinya mereka membicarakan hal yang sangat serius dan aku berusaha mendengarkan pembicaraan mereka tetapi aku tidak berhasil mendengarkan. Aku teringat jika aku tidak membawa ganti baju sehingga aku terpaksa pulang ke rumah untuk mengambil baju. Lalu aku meminta ijin kepada ibu untuk pulang ke rumah dan sebelum aku pulang, ibu memberitahuku untuk tidak bertengkar dengan ayah dan aku mendengarkan nasehat ibu sebelum aku pulang ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD