BAB 6

1252 Words
HENRY POV Sejujurnya aku sangat takut jika ibu di sakiti oleh ayah apalagi dulu ayah sering melakukan kekerasan kepada ibu. Entah kenapa aku merasa harus kembali pulang ke rumah untuk melindungi ibu dari ayah. Akhirnya aku membicarakan hal ini kepada Emma agar ia mau ku ajak pulang ke rumah dan ia setuju denganku. Akhirnya aku dan Emma mengemas barang kami dan kembali pulang ke rumah. Saat tiba disana, Brian memberitahuku jika ayah sedang beristirahat dan aku melihat ibu yang sedang berada di dapur. Aku bersyukur jika tidak terjadi sesuatu kepada ibu dan rasanya aku lebih nyaman jika berada di dekat ibu. Tiba - tiba ponselku berbunyi dan aku sangat terkejut ketika Chelsea menelfonku. Saat itu aku langsung pergi dari rumah agar Emma tidak curiga padaku. Ternyata Chelsea mengajakku untuk bertemu tetapi aku menolaknya dan memberitahunya jika aku sudah menikah. Saat itu Chelsea terdengar sangat terkejut dan aku langsung mematikan telfon. Setelah itu aku kembali ke rumah dan nampaknya Emma curiga padaku. Aku menjelaskan padanya jika pihak kampus yang menghubungiku dan saat itu aku mengajaknya masuk ke dalam rumah. Aku merasa Emma tidak percaya dengan perkataanku tetapi aku berusaha bersikap datar di depannya. *** BEBERAPA BULAN KEMUDIAN Entah kenapa akhir - akhir ini Emma sering mual dan setiap kali aku mengajaknya untuk memeriksakan diri ke dokter, ia tidak pernah mau karena takut di suntik. Akhirnya aku meminta bantuan ibu untuk membujuk Emma agar ia mau memeriksakan diri ke dokter dan ternyata ibu berhasil membujuk Emma untuk pergi ke dokter. Akhirnya aku mengantar Emma ke klinik dekat rumah dan setelah di lakukan pemeriksaan, ternyata Emma sedang mengandung dan usia kehamilannya memasuki tiga minggu. Rasanya saat itu aku sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Begitu juga dengan Emma yang bahagia mendengar hal ini. Aku menyuruh Emma untuk berhenti bekerja tetapi ia tidak mau dan lebih memilih untuk tetap bekerja. Aku menyadari jika penghasilanku tidak sebesar Emma dan selama ini Emma tidak pernah keberatan uang gajinya di pakai untuk kebutuhan kami sehari - hari sehingga aku bisa menabung penghasilanku selama aku bekerja. Entah kenapa Emma tiba - tiba berubah dan ia memintaku untuk menafkahinya dari gajiku dan saat itu aku sangat keberatan sehingga aku dan Emma bertengkar hebat. Emma sangat emosi padaku karena selama kami menikah, aku tidak pernah menafkahinya dan ia sudah muak hidup bersamaku. " Kau memang suami yang tidak bertanggung jawab! Selama ini aku yang bekerja keras untuk kehidupan kita sementara kau selama ini tidak pernah menafkahiku! Suami macam apa kau ini?!" Bentak Emma sambil mengemas barang - barangnya. " Aku mohon kau jangan pergi. Ingat kau sekarang sedang mengandung dan aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." kataku sambil memohon padanya. " Aku tidak mau bertahan selama kau tetap seperti ini!" teriak Emma sambil melempar barang ke arahku. " Baiklah, aku akan berusaha berubah demi kau dan anak kita." kataku sambil berusaha membujuknya. Saat itu Emma berhenti mengemas barang - barangnya dan aku memeluk tubuhnya dengan erat. Emma melunak dan aku tidak akan membiarkan ia pergi dari hidupku. Aku tidak ingin kehilangan kenyamanan yang selama ini ia beri padaku. Selama ini Emma selalu memberikan apapun yang ku mau dan aku tidak ingin kehilangan itu semua. *** BEBERAPA BULAN KEMUDIAN Aku sangat panik ketika membawa Emma ke rumah sakit karena ia tidak lama lagi akan melahirkan anak kami. Rasanya aku tidak sabar menanti kelahiran buah hati kami yang sudah kami tunggu sejak lama. Saat kami tiba di rumah sakit, Emma dibawa ke ruang persalinan. Sedangkan aku menunggu sambil memberitahu Liza dan Brian jika Emma sedang berada di rumah sakit. Tidak beberapa lama ibu dan saudaraku datang ke rumah sakit. Sedangkan ayah tidak ikut karena ia tidak pernah peduli dengan kami. Tiba - tiba kami mendengar suara tangisan bayi dan saat itu aku sangat senang mengetahui anakku sudah lahir. Tidak beberapa lama dokter keluar dari ruang operasi dan memberitahu jika anakku seorang perempuan. Kami sangat senang mendengar hal itu terutama ibuku karena ini cucu pertamanya. Saat itu Liza terlihat sedih karena aku tau ia belum di karunia seorang anak. Tidak beberapa lama kami di persilakan masuk untuk menjenguk Emma dan anak kami. Emma sedang menggendong anak kami dan saat itu aku mencium keningnya. " Terima kasih sudah memberiku seorang bayi yang sangat cantik." kataku sambil mengelus pipi anak kami. " Aku sangat ingin memberi nama anak kita dengan nama Elsa." kata Emma sambil mencium kening Elsa. " Aku setuju denganmu. Aku akan memberinya nama Elsa Priscilla. Apa kau setuju?" tanyaku sambil menatap matanya. Emma menganggukkan kepalanya dan rasanya aku sangat senang. Tidak beberapa lama ibu dan saudaraku datang sambil membawakan makanan. Ibu meminta ijin kepada Emma untuk menggendong Elsa dan beliau sangat bahagia melihat cucu pertamanya. Setelah ibu selesai menggendong Elsa, Brian meminta kepada ibu untuk menggendong Elsa dan sepertinya Brian sangat ingin suatu hari memiliki seorang anak perempuan. Tidak beberapa lama mereka pulang ke rumah, sedangkan aku menjaga Emma di rumah sakit. Rasanya aku ingin selalu berada di samping Emma dan Elsa karena aku ingin menjaga mereka. Aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti mereka karena aku sangat menyayangi mereka. **** DUA TAHUN KEMUDIAN Entah kenapa aku merasa pernikahanku terasa sangat membosankan apalagi Emma lebih sibuk mengurus Elsa daripada memperhatikanku. Kami setiap hari selalu saja bertengkar dan Emma menagih haknya padaku. Ia menganggap aku bukan suami yang bertanggung jawab kepada keluarga dan rasanya aku sudah muak terus - terusan di salahkan olehnya. Tiba - tiba Emma ingin bercerai dariku dan aku berusaha membujuknya agar ia mengurungkan niatnya untuk bercerai denganku. Aku meminta maaf padanya dan berusaha memohon tetapi ia tetap bersikukuh untuk berpisah dariku. Rasanya aku tidak ingin kehilangan anak dan istriku karena aku sangat menyayangi mereka. " Aku sudah muak denganmu! selama tiga tahun ini, aku mencoba bersabar untuk menunggumu berubah tetapi kenyataannya kau tetap saja tidak ada perubahan! Lebih baik kita berpisah karena aku tidak ingin terus - terusan di siksa olehmu!" Bentak Emma sambil mengemasi barang - barangnya. " Aku mohon maafkan kesalahanku. Aku berjanji padamu akan berubah menjadi suami yang baik." kataku sambil memohon padanya. Emma tidak menghiraukanku dan ia sibuk mengemasi barang - barangnya. Saat itu aku tidak bisa berbuat apapun dan di saat ia pergi, aku tidak mencegahnya karena aku sudah tidak tau harus berbuat apa untuk mempertahankan rumah tanggaku. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kami berdua dan aku berusaha melepaskannya. *** SATU BULAN KEMUDIAN Akhirnya aku resmi bercerai dari Emma dan hak asuh anak jatuh kepada Emma. Entah kenapa aku merasa Emma tidak akan mengijinkan aku untuk bertemu dengan Elsa karena ia sangat takut jika aku akan merebut Elsa darinya. Rasanya waktu berlalu dengan cepat dan sekarang aku sudah bekerja di salah satu rumah sakit. Aku berusaha beradaptasi dengan lingkungan kerjaku dan saat bekerja di sana, aku tidak sengaja berkenalan dengan seorang wanita bernama Sarah. Ia sering datang untuk berkonsultasi padaku masalah kesehatannya. Ia ternyata seorang jurnalis dan sepertinya ia masih sendiri. Aku melihat tidak ada cincin yang melingkar di jari manisnya dan menurutku ini kesempatan untuk mendekatinya. Entah kenapa aku merasa Sarah menyukai sehingga aku berani untuk mengajaknya pergi. Sarah terlihat sangat ramah dan sosok wanita yang sangat baik. Sekilas mengingatkanku dengan Emma. " Sarah, aku sangat senang bisa mengajakmu pergi bersama. Aku harap kau tidak menyesal pergi bersamaku." kataku sambil menghabiskan minumanku. " Tentu saja aku tidak menyesal. Aku sangat senang bisa pergi dengan dokter setampan dirimu." kata Sarah sambil menatapku Rasanya saat itu aku sangat bahagia karena bisa mengajak Sarah untuk pergi bersama. Aku berharap hubunganku dengan Sarah bisa lebih dari sekedar teman biasa dan aku sangat ingin menikah dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD