2.3

2060 Words
Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Kamu tidak harus berlari ke ujung dunia untuk menemukan jodohmu. Dia juga boleh bersembunyi ke tempat tergelap atau terjauh sekalipun namun diakhir cerita, saat dimana selamanya atau bahasa kerennya forever baru akan dimulai, kamu akan tetap menemukannya. Sama seperti Kevin yang akhirnya menemukan Bebinya sedang makan bersama beberapa orang yang belum pernah dilihatnya selama ini di salah satu restoran. Kevin segera mendekat pada cewek yang sangat sering membuatnya menunggu itu setelah terlebih dahulu membatalkan janjinya dengan seseorang. “Hai sayang..” Nisa, Raja, Egin, Mita, Puspa dan Arin serempak menggerakkan leher ke arah asal suara. Namun mereka menjadi cukup t***l karena memperhatikan seseorang dengan mulut menganga, oke Raja ga yang sampai menganga juga kok, yang justru hanya menyeringai pada salah satu di antara mereka, yaitu Amira Queensha Amzari. Sementara yang dipandangi juga melakukan hal yang sama dengan teman-temannya. Mata Amira membesar, sejak ia dan Kevin pacaran mereka sepakat hanya menggunakan kata sayang, bebi dan sejenisnya saat hanya ada mereka berdua saja seperti saat duduk berdua di kantin, di chat atau saat diam-diam telfonan sebelum tidur. Lalu apa itu barusan yang Amira dengar? Kenapa Kevin melanggar kesepakatan mereka dan membuat dirinya malu terlebih di depan teman-teman barunya? Kenapa Amira malu karena nanti teman-temannya pasti menuntut cerita dan ending hubungan mereka serta alasan dibaliknya itulah yang membuatnya malu. Eh.. itu tadi Kevin panggil sayangnya benar untuk Amira ‘kan ya? Kevin bukan yang sudah punya pacar baru tapi tetap sok masih sayang padanya ‘kan? “Boleh aku gabung sama kamu?” Amira ingin menunjuk dirinya sendiri tapi ia tau hal itu hanya akan membuatnya tampak bodoh, apalagi saat ini ia sudah yakin bahwa memang dirinyalah yang diajak bicara oleh mantan pacar tampannya itu. “Kevin! Kenapa kamu bisa ada disini?” “Masih benci telur ya?” gumam Kevin melihat Amira menyisihkan telur pada ramennya. “Kevin!!!!” “What???” Kevin mendengus kesal dan menoleh pada Amira, posisi keduanya yang cukup dekat membuat wajah Kevin langsung berhadapan dengan wajah gadis pujaan hatinya. “Waw.. di mana Queensha-nya, Amira?” ejek Kevin seketika setelah menyadari wajah cantik Amira yang no make up. Amira tersedak ludahnya sendiri. Ah ia memang menanggalkan segala riasan yang biasa ia pakai sejak penampilannya yang dulu ditambah image preman yang coba ia bangun malah mengantarkan beberapa orang cowok dengan maksud ingin menjadi pacar padanya. Tampaknya lain sekolah lain pendekatan yang harus ia gunakan. Pintar sekali memang orang yang menciptakan pribahasa lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Astaga, apa sekarang Kevin menganggapnya tidak cantik lagi? “Tapi aku suka.. karena kalo aku nyium kamu aku jadi ga bersin-bersin lagi dan kamu ga harus benerin lipstik kamu lagi,” kekehnya kemudian mencoba untuk mengecup Amira. Apa? Bersin? Memang Kevin pikir dirinya pakai bedak atau pakai tepung di mukanya? Lalu lipstik? Siapa yang pakai lipstik?? Pekik batin Amira. Suara terkesiap dari sekitar membuat Amira sadar bahwa sekarang ia tak hanya berdua dengan Kevin seperti biasa, terlebih ada bocah SD yang juga pasti mendengar ucapan mantan gilanya satu ini. Amira segera bangkit dan menarik Kevin agar ikut dengannya. Entah kenapa ia merasa begitu beruntung karena barusan merasa begitu tersinggung dengan komentar Kevin sehingga teman-teman barunya ini tidak harus mendapat tontonan gratis. Danis tidak pernah menyangka bahwa akan ada orang yang jauh lebih berani dari Farel yang memegang pergelangan tangan Amira, Rehan yang menembak Amira di tengah lapangan sambil berteriak tidak peduli banyak yang mendengar kekonyolannya itu, lalu barusan Raja yang memegang pipi Amira yang tampak seperti pipi bayi yang menggemaskan sampai barusan ketika ia melihat dalam jarak yang tidak sampai satu meter, bahwa pria sialan ini bermaksud untuk mencium bibir si cewek pisang yang selama ini digunakannya untuk mengeluh dan berbohong. Danis bersumpah ia sudah akan membuat perhitungan tapi ia ingat ada kedua adiknya yang harus ia jaga matanya. Danis berdiri dan meminta adik-adiknya agar segera meninggalkan makanan mereka. Abi dan Nada untuk kali pertama setuju dan berlari untuk mengisi sisi kanan dan kiri Abang mereka, memegang tangan Abang dan mengikuti langkah abang ke kasir untuk membayar makanan. “Aku ga lihat apa-apa,” ucap Abi. “Aku ga dengar apa-apa,” lanjut Nada setelah memberikan anggukan persetujuan pada Abi. Sementara Danis yang masih diam sebenarnya mengutuk cewek pisang sialan karena sudah mencemari mata dan telinga adik-adiknya. Sialan. Dan ia merasa makin sial ketika ia mendapati bahwa Amira diam saja saat benar-benar dicium oleh cowok itu saat Danis mencoba mencari tau apa yang terjadi pada Amira satu detik yang lalu. Sumpah, Danis tidak pernah peduli pada siapapun selain keluarganya tapi melihat Amira hari ini, ia menjadi sangat marah. “Bang?” panggil Abi pada Abangnya. “Oh, ayo kita pulang.” Nada dan Abi salng pandang, belum pernah nada Abang terdengar semenakutkan ini. >>>  “Apa sih, Bi?” tanya Kevin tidak mengerti dengan Amira yang terkesan tidak suka dengan kehadirannya. Kevin bahkan masih sempat menatap ke belakang sana, dan menemukan bahwa teman-teman baru Amira sangat tertarik dengan keberadaan dirinya. “Kamu yang apaan, Kev??” “Apa kamu akan jadi cewek polos selama jadi siswi BB?” “NO! Tutup mulut kamu Kevin! Aku benci disebut polos!” “Well perkara selesai, boleh aku kenalan sama mereka? Sekalian minta awasin kamu kalau-kalau mode jelalatan kamu kambuh?” sindir Kevin sambil memandang kesal Amira dari puncak kepala sampai ujung kaki. Ia sangat tau bahwa cewek di depannya ini sangat hobi memperhatikan cowok tampan, dan sialnya bukan dia satu-satunya cowok tampan di dunia ini sehingga Kevin cukup was-was kalau-kalau Amira berpaling. Bahkan kemaren Amira sudah mulai memancingnya dengan mengaku sudah memiliki pacar baru di kolom chat mereka. “We were kissing-” ucap Amira, belum sempat semua katanya terucap Kevin buru-buru memotongnya. Kevin memang selalu bersemangat soal ciuman. “-Ya.. we did, we do.” Kevin mengecup bibir Amira setelahnya, “And we will,” terang Kevin bahwa dia tidak akan melepaskan Amira begitu saja. Selamanya Amira akan menjadi miliknya. Sementara bagi Amira yang bukan hal baru menerima kecupan mantan pacar yang sialnya sangat tampan ini hanya bisa menampilkan ekspresi datar. “Tapi ga pernah yang sampai aku harus benerin riasan aku, ‘kan?! Kamu nyium atau jilatin wajah aku? Kamu tau kalo omongan kamu bisa bikin semua orang salah paham?” tuntut Amira. Kevin menggendikkan bahu, kemudian meninggalkan Amira begitu saja. Ia kembali pada teman-teman Amira. Sekedar basa basi dan juga menyampaikan niatnya agar mereka membantu Kevin untuk mengawasinya, tak lupa juga membeberkan fakta bahwa Amira sangat suka dengan cowok tampan, “Beruntung gue memang tampan,” tambahnya. Mita mengangguk setuju dengan pengakuan penuh percaya diri Kevin. Saking terpesonanya Mita pada Kevin bahkan kalau disuruh minum racun ia akan langsung meneguknya. “Itu cewek lo kenapa duduk di sana?” tanya Egin menunjuk Amira yang duduk di meja kosong dan membelakangi mereka. “Amira mantan gue kok, dan biar aja.. nanti juga baik sendiri dianya,” ucapnya sambil menghabisakan makanan pesanan Amira. “Man-tan?” Tanya Nisa kaget sementara Mita masih sibuk memandangi cowok paling tampan yang pernah ia temui. Kevin hanya tertawa geli melihat ekspresi teman-teman Amira. Well, apakah Bina Bangsa adalah tempat berkumpulnya anak-anak polos? Memang apa salahnya dengan menjadi sepasang mantan selagi masih bisa melakukan semua hal seperti waktu masih pacaran? Kalau memang anak-anak Bina Bangsa sepolos ini maka Kevin pikir ia bisa menghilangkan kekhawatiran soal Amira yang akan direbut siapa saja di sana. “Gue boleh minta id line lo?” tanya Mita dengan ponsel di d**a. Malu-malu sebenarnya tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa menjamin untuk bisa bertemu lagi dengan Kevin. “Kepinami.” Amira menoleh ke belakang demi memberikan tatapan tajamnya pada mantan pacarnya itu. Memang beginilah kelakuan Kevin aslinya. Id line yang Kepinami itu artinya Kepinnya Amira tapi nyatanya cowok gatal ini malah selalu membagi-bagikannya pada semua cewek yang baru ditemuinya. Ingin sekali Amira mengucapkan kata putus tapi ternyata mereka sudah duluan putus, fakta ini membuatnya semakin gondok saja. Selesai dengan teman-teman baru dari mantan tercintanya, Kevin terlebih dahulu membayari semua makanan mereka baru setelah itu menarik lengan Amira pulang. Tidak bisa pula dikatakan menarik karena Amira bahkan tidak protes dan tidak menunjukkan ekspresi kesakitan sama sekali. Mereka sampai di parkiran dan tanpa banyak perdebatan langsung menuju mobil milik Kevin setelah menguliahi Egin selama beberapa menit. Sekarang anak dari pemilik toko bunga itu sudah tau apa yang harus ia katakan kalau-kalau Ayahnya Amira menelfonnya untuk menanyakan keberadaan sang anak. Apakah kalian sama kagetnya dengan Egin sewaktu ayah tampannya Amira meminta nomor ponselnya? Tapi kalian akan lebih syok pas dengar omongan Amira setelahnya, “Tenang, Ayah gue ga bakal video call lo tiba-tiba atau justru minta pap* di siang bolong. Ayah gue bukan ayah genit.” *post a picture alias suruk kirim poto selpi.  Amira lupa sudah berapa lama ia tidak membaui aroma kopi lembut bercampur parfum Kevin yang ada pada mobil ini, tapi ini bukan waktu untuk bernostalgia apalagi mereka baru putus sepuluh hari yang lalu. “Kamu mau aku antar ke Nenek?” “Kamu bukan orang yang akan makan sendirian di restoran,” ucap Amira yang malah menjawab pertanyaan Kevin dengan sebuah pernyataan. “Yap, kamu memang sangat tau aku,” ucap Kevin memberikan senyum menawannya. “Haloo tuan mantan pacar, ini bukan saatnya menyanjung mantan pacar, siapa kali ini?” ucap Amira geram. “Cemburu?” “Ayolah, Kev..” “Siapapun itu tidak penting karena aku duduk menemani teman-teman baru kamu sementara kamu merajuk, see? Aku mementingkan kamu, selalu.” “Tapi kamu juga selalu hampir selingkuh, aku heran kenapa kita masih bisa pacaran kalau kamu masih berusaha nyari cewek baru.” “Karena kita itu sepaket, emang aku ga tau kamu juga selalu nyari cowok baru?” “Aku ga nyari, aku cuma-” “Cuma seneng aja gitu liat cowok ganteng, tau kok aku. Apa bedanya kita?” Waah.. Amira sungguh tidak bisa berkata-kata. Apa ada yang bisa melihat perbedaan antara dirinya dan Kevin? Kevin merayu cewek-cewek itu sedang Amira hanya menatap cowok-cowok itu dari jauh. Apa mantan pacarnya ini tau cobaan apa yang menantinya di Bina Bangsa? Yaitu sebentuk teman sebangku yang maha ganteng tapi ketus dan bisu. Meski dalam hati kecilnya ada keinginan untuk terus menoleh ke arah kanannya tapi Amira tidak pernah membiarkan kepalanya bergerak sedikit saja. Ia tau dirinya lemah dengan cowok tampan jadi ia tidak mau main-main dengan cowok tampan, cukup Kevin si gatal saja. “Sayang.. berhari-hari ga ketemu apa kita harus bahas cewek-cewek itu lagi? Toh mereka ga pernah bener-bener aku peduliin.” Kevin merasa ia agak salah bicara sampai membuat Amira melihatnya dengan bola mata yang hampir melompat ke luar. “Ckck.. bener juga sih, kamu lihat cowok yang ganteng yang makan sama aku tadi kan?” “Jangan lagi, Bi,” ucap Kevin penuh peringatan. “Dia pacar baruku,” ucap Amira dengan senyum tiga jari membuat Kevin berusaha mati-matian menahan kekesalannya. Bagaimanapun Kevin tidak akan menghardik ataupun menyakiti cewek yang sangat disayanginya ini. Sekarang ia benar-benar kehilangan cara untuk mengancam Amira. Mau di ancam dengan kata putus eh mereka memang sudah putus, terima kasih pada calon ayah mertua. Oh ya?? Pacar baru? Mari kita lihat sampai mana pacar baru itu bisa bertahan. Kevin dengan segala ketenangan yang dimilikinya mulai mengemudi, mengantarkan Amira ke rumah neneknya karena hanya beliau yang mengenalnya juga hubungan mereka. Senior Amira di Garuda yang juga merangkap sebagai mantan pacarnya ini ternyata tak mampu untuk fokus hanya pada jalanan saja. Ia sering menoleh pada Amira yang tiba-tiba ikutan diam. Masih kesal dan makin kesal karena Kevin malah mengungkit-ungkit hobi aneh cewek yang benar-benar tampak seperti bayi di mata Kevin hari ini. “Bisakah kita bekerja sama?” tanya Kevin saat mobilnya sudah memasuki area perumahan Nenek Tari. Kerja sama katanya? Gumam Amira membatin. Dia yang meminta kerja sama lalu selalu Amira yang ditinggalkan untuk bekerja sendirian. Kerja sama apaan itu namanya? Dimana-mana kerja sama itu ya bekerja bersama, tapi kenapa Amira selalu harus bekerja sendirian untuk mengusir cewek-cewek peliharaan Kevin seperti Pika? “..” Kevin ikutan diam karena jangankan menjawab pertanyaannya, Amira bahkan tidak menggerakkan lehernya sedikitpun. Beginilah hubungan Kevin dengan Amira, mereka akan selalu berdebat saat bertemu dan berujung dengan Amira yang marah padanya. Sedangkan jika mereka berkomunikasi melalui media sosial maka Kevinlah yang sering dibuat uring-uringan. “Ada mobil Ayah,” ucap Kevin menyadari ada mobil lain di depan rumah Nenek, Amira langsung menoleh dan menemukan memang benar itu mobil ayahnya. “Aku turun disini,” ucap Amira was-was, ia tidak ingin perang lagi dengan Ayah di kondisi Bunda yang sedang hamil. Nanti ia bisa meyebabkan Bunda stres. “Kamu bisa bantu aku ‘kan?” “Apa?” tanya Amira penurut, tidak ada pilihan lain selain menjadi anak gadis paling penurut karena ia tidak mau Kevin turun dan menyapa semua orang yang ada di dalam rumah Nenek. “Delapan bulan ini aku harus menyiapkan diri untuk ujian nasional dan universitas, kamu bisa ‘kan hanya jadi anak baru di BB, hanya teman barunya siswi-siswi BB? Karena aku sama sekali tidak suka dengan ide kamu yang menjadi pacar salah satu siswa BB” “Oke..” ucap Amira yang beringsut mendekati Kevin dan mencium pipi kiri mantan pacarnya itu sebelum turun dan menemui neneknya. “Thats my baby.” “Ex-baby,” ucap Amira membenarkan dengan seringai jahilnya, kemudian ia berlari meninggalkan Kevin tanpa menoleh sekalipun. Dari dalam mobilnya Kevin masih bisa mendengar teriakan senang Amira yang memanggil orang rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD