Bab Dua. Odalis Nayla

1120 Words
Selamat membaca. *** Aku suka dia karena cerewetnya hanya kepadaku saja. ***             Keral memijit kepalanya pelan, gambarannya yang jatuh temponya minggu ini masih belum rampung, membuat kepalanya berdenyut hebat, kalau saja pekerjaan lain bisa mengalihkan pikirannya, mungkin Keral akan mengerjakan yang lain, tapi tidak, semenjak tadi pagi fokus laki-laki itu menghilang, hanya karena pelukannya dibalas oleh Kanaya.             Tatapan Keral jatuh pada gambar utama di ponselnya, sedari tadi ponselnya bergetar, banyak pesan yang masuk dari Nayla – kekasihnya, tapi urung Keral buka.             Keral tak mengelak pertemuannya dengan Kanaya membuat rasa itu kembali datang, sialan, harusnya Keral bisa membuka mata lebih lebar, ada Nayla yang tangannya sedang ia genggam, ada hati Nayla yang sedang ia jaga, Keral sangat tidak pantas kalau menyukai perempuan lain, terlebih itu adalah orang dari masa lalunya.             Panggilan ke lima sejak tadi sore Nayla berusaha menelponnya barulah Keral angkat, belum juga satu detik alat komunikasi itu berada di telinganya, Keral sudah mendapatkan teriakan yang selalu menyambutnya saat menerima telpon dari Nayla.             “Aku sibuk, Nayla,” jelasnya yang membuat Nayla tetap tidak percaya.             Nayla memang perempuan yang selalu curigaan, mulutnya juga cerewet terlebih sifatnya yang manja dan over terhadap Keral, terkadang membuat Keral harus menghela napas kuat-kuat.             “Kamu masak?” tanya Keral tidak percaya setelah apa yang Nayla katakan pasalnya Nayla memang tidak pernah bisa memasak, Nayla sungguh tidak peduli dengan apa yang dikatakan Keral, mau dia sibuk atau tidak, Nayla tetap menceritakan bagaimana hari ini ia menjalani harinya, Nayla akhirnya memutuskan untu belajar masak, ikut khursus memasak.             “Iya, tadi aku mau minta kamu mampir buat makan bareng, tapi kalau kamu sibuk enggak apa-apa kok, kamu selesain dulu pekerjaan, terus langsung pulang aja, lagian sudah malam, kamu pasti capek,” jelas Nayla di seberang sana.             Mendengar sahutan yang panjang dari Nayla entah mengapa, perasaan Keral menghangat, ini salah satu penyebab Keral mampu bertahan di sisi Nayla, walau Nayla cerewet, walau Nayla bicara terus menerus dan menggangunya tanpa mengenal waktu, Nayla selalu perhatian padanya, tak peduli berapa lama Keral mengabaikan pesan dan panggilan darinya, setelah menjelaskan alasan dibalik itu, Nayla berubah menjadi baik lagi.             Perasaan ingin bertemu Nayla membuat Keral dengan cepat membereskan beberapa berkas yang masih ada di atas mejanya, tak lupa juga ia mematikan komputer dan membawa laptop dengan satu set tasnya.             Menjadi direktur di perusahaan ini, tentu Keral mempunyai supir juga sekretaris pribadi. Melihat Keral yang terkesan buru-bur, Vido yang baru selesai membuat kopi untuk Keral pun menegurnya.             “Saya pikir, Bapak akan lembur sampai malam,” tegurnya yang membuat Keral sadar bahwa ada orang yang masih menunggunya di kantornya.             Keral mengganguk dan mengatakan ia akan pulang, Vido tahu betul apa penyebab bosnya itu secepat kilat ini untuk pulang, Vido juga disuruh Keral untuk segere berkemas.             “Baik Pak, silahkan, selamat malam,” katanya melepas kepergian Keral.             Supir pribadi Keral menghentikan laju mobilnya di depan gedung apartemen kekasih Keral, lalu Keral turun dan menyuruhnya pulang.             “Baik, Pak,” kata sang supir saat menutup kembali pintu mobil Keral saat laki-laki itu sudah melangkah ke luar.             Detingan bel membuat Nasya menautkan alisnya, ia tidak merasa mempunyai janji dengan siapa pun, tapi tak urung perempuan itu mengenakan kaos untuk menutupi bajunya yang tipis.             “Keral?!” serunya bahagia, saat membuka pintu utamanya, ia mendapati pacarnya yang sudah bersamanya selama kurang lebih lima tahun ini.             Senyum yang Nayla tampilkan, membuat Keral ikut tersenyum, syukurlah perasaannya sangat tenang saat bertemu perempuan itu, Nayla terlihat sangat bahagia, tentu, siapa yang tidak bahagia saat mendapati pacar ada di depan pintu?             “Aku kira kamu bakal lembur lagi, mau makan enggak? Aku bikin capcay loh, percobaan pertama,” katanya dengan kekehan.             Nayla mengerjap tak percaya saat Keral tiba-tiba mengecup bibirnya singkat, perempuan itu tentu tidak terima dengan perlakuan Keral itu.             “Kamu berisik,” kata Keral membela diri saat Nayla sudah mulai mencubit perutnya.             “Aku kan cuman nawarin, kalau kamu enggak mau ya enggak usah cium juga kali,” sahutnya sewot sambil berlalu menuju dapur.             Keral tentu hanya tertawa geli dengan apa yang dikatakan Nayla, laki-laki itu menyusul Nayla ke dapurnya, saat melihat ada dua buah lilin yang masih ada di meja makan itu, tiba-tiba saja Keral merasa aneh, apa tadi Nayla menyiapkan makan malam romantis dengan lilin bersama dirinya, dan Keral tidak datang, apa itu membuat Nayla kecewa?             “Apa kamu marah padaku?” Keral berbisik saat sudah memeluk Nayla dari belakang, perempuan yang tengah menyiapkan nasi untuk Keral itu menyipitkan matanya dan berhenti sejenak, tangannya turun memegang tangan Keral yang melingkar di perutnya.             “Tidak, aku tidak marah padamu, untuk apa?” tanyanya bingung sambil membalikkan badan.             Keral melirik ke arah lilin itu tergekletak, yang membuat Nayla mengikuti lirikan matan Keral.             “Oh, iya, awalnya sih gitu tapi kamu enggak angkat terpon aku, yaudah, enggak jadi,” jelas Nayla lalu melanjutkan pekerjaannya, dan ingin beranjak dari tempatnya guna menyusun beberapa makanan yang akan ia makan dengan Keral nantinya, tapi lagi-lagi pergerakannya terhenti karena Keral kembali memeluknya, kali ini tidak hanya memeluk Nayla, laki-laki itu mencium pucuk kepala Nayla.             “Ma’af ya Nay, aku buat kamu nunggu,” katanya lirih.             Nayla menarik napas saat merasakan Keral mencium pucuk kepalanya berkali-kali, perempuan itu kembali menyentuh tangan Keral yang ada di perutnya, ia kembali teringat dengan apa yang dikatakan temannya dulu, katanya hubungan Nayla tidak akan bertahan lama dengan Keral, karena mereka memiliki sifat dan sikap yang berbeda, dulu Keral cukup pendiam, Keral memang banyak punya teman, tapi gimana ya menjelaskannya istilahnya Keral itu cowok yang cool, tidak banyak omong.             Berbeda dengan Nayla, karena kecerewetannya Nayla cukup dikenal di angkatannya, perempuan dengan tanpang imut itu pun menjawab, ia dan Keral  cocok, dan terbukti sampai sekarang, Nayla dan Keral menjalin hubungan ini hingga tahun ke lima.             “Enggak papa dibuat nunggu, asal dikasih kepastian,” sahut Nayla saat Keral sudah membebaskannya dari pelukannya.             Nayla akhirnya menyiapkan kembali makanan yang sempat ia masak tadi, hanya ada ayam bakar, capcay, dan nasi putih, oh serta bawang goreng kesukaannya.             “Kamu belajar masak?” tanya Keral sambil melihat ada menu selain MCD, KFC, Ayam geprek, ada di atas meja makan Nayla.             Nayla mengangguk semangat, mengingat dirinya yang jauh dari orangtua, mengingat dirinya yang sekarang sudah berumur dua puluh delapan tahun, mengingat ia ingin bisa masak untuk keluarga kecilnya nanti, dan karena Nayla lagi nganggur – tidak Nayla tidak nganggur, Nayla memiliki butik di kota ini, butik pakaian perempuan dengan sasaran market berumur dua puluh hingga empat puluh tahun, ia hanya ingin siap bila nanti Keral melamarnya dan menikahinya.             “Yakan, buat nanti kita menikah, jadi kamu enggak perlu beli makanan di luar lagi,” sahut Nayla seadanya yang seketika membuat Keral terbatuk karena keselek.             Yang jadi pertanyaannya kini, bisa kah, Keral mewujudkan keinginan Nayla itu sedangkan Keral kembali jatuh cinta dengan perempuan selain Nayla? ___
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD