Prolog
Selamat membaca.
***
Aku tak ingin semuanya terjadi, tapi kamu masih saja bisa merebut hatiku derngan handal.
***
Ini sudah hari ketiga Kanaya lembur di kantornya, hari ke tiga juga ia menikmati indahnya bulan di atas atap tempatnya bekerja, awalnya Kanaya tidak tahu ada tempat sebagus ini di kantornya, tempat membuang penat karena sudah beraktifitas seharian, berkutat dengan berkas, dan angka di layar komputernya.
Tapi, untungnya ada Keral, pemilik perusahaan ini dan orang yang pernah berurusan dengannya enam tahun lalu berbaik hati memberikan tempat yang juga menjadi kesukaannya, tempat di atas gedung ini benar-benar indah, seolah Kanaya mampu memandang seluruh tempat di kota Banjarmasin melalu tempat ini.
Karena ini adalah tempat favorit pemilik perusahaan ini, tentu Keral tak segan membeli meja juga bangku, sebagai penunjang rasa nyaman saat ia berada di sini.
Saking fokusnya Kanaya berdiri dan menatap lamngit hitam, menghitung satu persatu bintang yang ada, perempuan itu tak menyadari, laki-laki itu sudah memperhatikannya sejak tiga menit lalu.
Langkahnya yang pelan mulai menyusuri tempat Kanaya berdiri, tangannya ia rentangkan saat hampir mendekati tubuh langsing Kanaya yang dibalut kemeja juga rok hitam, lengan kekar sedikit berotot dan berwarna putih bersih itu berada di sisi tubuh Kanaya, setelah itu sebuah bisikan mampu membuat Kanaya tahu tangan siapa itu.
“Lagi ngapain, kamu di sini, Kanaya?” bisiknya tepat di telinga Kanaya.
Kanaya tersenyum saat membalik badannya, jarak antara dirinya dan pemilik perusahaan ini sangat lah dekat, tetapi tenang, Kanaya melakukan ini hanya kepada orang yang sudah ia kenal saja, jika kepada orang lain Kanaya tak akan sudi.
“Lagi ngitung bintang,” jawaban polos dari bibir munyil itu membuat Keral tersenyum miring, tangannya terangkat membenarkan rambut Kanaya yang ditiup angin malam.
“Kanaya.” Panggil Keral pelan. “Boleh aku jatuh cinta, sekali lagi padamu?” lirihnya sebelum Keral menempelkan bibirnya kepada bibir halus Kanaya, mengecupnya dengan lembut. “Aku jatuh cinta padamu, sekali lagi, Kanaya.” lirihnya sebelum benar-benar membawa Kanaya dalam pelukanya.
***