10

2705 Words
'Kupu -kupu indah harus mendapatkan tempat tinggalnya yang indah. Maka,  aku menyiapkan toples kaca sebagai tempat tinggal barunya ketika kupu-kupu itu sepenuhnya menjadi milikku'- Ares Pratama Kini, Ares dan Mikaela sudah selesai melihat-lihat aquarium. Mikaela memutuskan untuk langsung pulang karena merasa tak enak pada suaminya. Dia sudah jalan dan berbincang dengan Ares sampai sore. “Eum… sepertinya aku harus segera kembali! Marcel pasti khawatir padaku.” Mikaela berujar. “Mungkin saja tidak. Dia menyuruh orang untuk mengawasimu. Pasti orang itu sudah melaporkan kondisi terkini pada Tuan Buana.” Perkataan Ares sontak membuat Mikaela terkejut. Wanita itu langsung berbalik ke belakang sambil mencari-cari siapa yang disuruh oleh Marcel untuk mengawasinya. “Aku tidak melihat siapa pun. Kenapa anda bisa tahu?” Mikaela tak menemukan siapa pun. “Instingku kuat, Mikaela! Hanya untuk mengetahui hal sekecil itu adalah hal mudah buatku,” jawab Ares terus terang. Lalu dia berhenti sambil berbalik,”Keluarlah! Kami sudah tahu kalau kami diawasi!” Setelah itu, orang itu langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Dia menundukkan kepalanya kepada Ares dan Mikaela. “Maaf, Nyonya! Tetapi, tuan Marcel memang menyuruh saya mengawasi anda diam-diam. Saya bersyukur nyonya baik-baik saja.” Orang itu mengatakan hal sejujurnya pada Mikaela. Mendengar itu, Mikaela tersenyum senang karena merasa suaminya sangat perhatian padanya. “Ya, sudah! Kita bisa langsung kembali! Oh iya, terima kasih untuk hari ini, Ares Pratama! Senang bisa menjadi temanmu,” ujar Mikaela sambil berpamitan pada Ares. Dia langsung ikut dengan bawahan suaminya untuk kembali ke apartemen. Sedangkan Ares hanya memandangi kepergian Mikaela sambil mengepalkan tangannya kuat. ‘Aku harus segera memilikimu! Harus!’ tekad Ares dalam hatinya sambil memasuki mobilnya. Dia sudah tidak sabar lagi! Dia ingin segera mempercepat rencananya untuk memiliki Mikaela. ~ARES~ Apartemen Marcel Mikaela sudah tiba di apartemennya. Dia segera masuk karena yakin suaminya sudah menunggu dirinya. Wanita itu langsung menekan password apartemennya dan masuk ke dalam. Ternyata memang benar dugaannya, Marcel sudah menunggunya di ruang tamu. Pria itu masih agak sibuk dengan beberapa dokumen pekerjaannya. ‘Dasar si gila kerja!’ batin Mikaela tersenyum sambil menghampiri suaminya. Mikaela duduk di sebelah Marcel lalu langsung memeluk pria itu. Wanita itu juga menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Marcel sangat senang dengan kembalinya Mikaela. Dia mengecup dahi sang istri sebagai tanda sambutan . “Bagaimana tadi? Sudah merasa puas?” tanya Marcel membuat istrinya memberengut. “Apaan sih? Cuma mengobrol, doang! Kamu cemburu, ya?” tanya Mikaela terus terang. “Wajar kan kalau aku cemburu? Tapi aku tahu, kalau kamu setia. Tapi, Ares gimana? Apa dia terlihat tertarik padamu?” Marcel bertanya dengan nada khawatir Tapi, Mikaela malah tertawa sebagai tanggapannya. “HAHAHAHAHA!” “Apa yang lucu kalau suaminya cemburu?” Marcel sedikit kesal karena ditertawakan oleh istrinya. Mikaela lalu mencubit pipi suaminya karena merasa sangat gemas dengan kecemburuan Marcel. “Dia tak terlihat seperti itu. Dia begitu datar dan terlihat biasa saja menanggapiku. Asal kamu tahu, ya! Aku ini punya insting kalau seorang pria berbahaya! Lagian, Ares sepertinya tertarik sama Siska,” jelas Mikaela merasa Ares tidak berbahaya. Dia merasa instingnya tajam, tetapi memang Ares-lah yang memang seorang penipu ulung. “Siska? Aku memang melihat mereka bersama saat acara kemarin, tapi bukan berarti dia tertarik, bukan?” Marcel tidak begitu yakin kalau Ares tertarik pada Siska. Ares memang tak mengeluarkan aura kecurigaan apapun, tetapi perasaan Marcel tetap saja tidak enak. “Aku juga pernah bertemu dengan mereka saat di taman bersama Selena beberapa hari yang lau. Aku yakin kalau mereka sedang kencan.” Mikaela teringat ketika dia bertemu Ares dan Siska di taman. Marcel membelalak tidak percaya mendengar ini. Bagaimana bisa Ares tertarik begitu cepat dengan Siska yang notebane-nya adalah mantan istri mendiang Raymond? Marcel tak habis pikir, kalau sampai Ares tahu soal kematian adiknya yang disebabkan oleh Raymond. “Kenapa bingung, gitu? Siska juga cantik, kok! Wajar saja kalau dia jatuh cinta. Lagian katanya zaman sekarang lebih menggoda janda. Hihihihihi!” Mikaela tertawa melihat kebingungan Marcel. “Ya, semoga mereka langgeng.” Marcel akhirnya mengangguk sebagai tanggapan. Entah apa yang dirasakan Marcel saat ini. Meski sedari tadi bawahannya tidak memberi laporan yang mencurigakan soal Ares, tapi tetap saja perasaannya tak enak. Semenjak Adinata menyuruhnya berhati-hati dan mengawasi gerak-gerik Ares Pratama, rasa curiga besar selalu bertumbuh walau dia tidak menemukan bukti kecurigaannya. ‘Semoga hanya perasaanku saja,’ batin Marcel berharap. ~ARES~ Gama Tower, Hotel Room Ares sudah kembali di hotelnya untuk beristirahat. Padahal 15 menit lagi sampai ke apartemennya, tapi dia lebih memilih berada di sini. Dia ingin segera melakukan pekerjaannya dan rencana untuk menghancurkan Adinata Djuanda. Segera setelah itu, dia akan mendapatkan Mikaela untuk dijadikan wanitanya. “Helios! Cepat datanglah ke ruanganku! Ada beberapa rencana yang harus kita percepat,” perintah Ares pada bawahannya Helios untuk menghadapnya. Tak lama, bel pintu hotelnya berbunyi. Ares yakin Helios sudah datang, tapi ini lebih cepat daripada yang dia perkirakan. Saat membuka pintu, dia dikejutkan dengan kehadiran Siska disini. “Ares! Kaget aku disini?” Siska berujar sambil tersenyum dan memeluk Ares begitu saja. ‘Sial! Dari mana dia tahu aku ada disini? Perempuan sial ini semakin dibaikin, semakin melunjak saja!’ kesal Ares dalam hatinya. Tapi, pria itu tetap membalas pelukannya dan tersenyum palsu pada wanita itu. “Kamu sudah makan malam? Ayo, kita makan malam bareng! Aku beli makanan di restoran tadi.” Siska langsung masuk begitu saja di kamar hotel dan duduk di sofa tamu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Padahal belum ada sebulan saling mengenal, tapi Siska merasa Ares sudah jatuh hati padanya. Wanita itu memang terlalu bodoh jika bepikir demikian. Ares hanya memicing sambil berjalan menyusuli Siska. Wanita itu masih sibuk menyusun makan malam mereka di meja dengan perasaan senang. Ares sesungguhnya sudah dongkol terus berakting di depan Siska, tapi dia masih membutuhkan wanita ini sedikit lagi. Ya, hanya tinggal sedikit lagi, dia akan selesai dengan akting cinta palsu ini. “Tadi aku menanyai bawahanmu. Dia bilang kamu ada disini, jadi aku langsung susuli,” ujar Siska sambil menatap hangat pada Ares. Pria itu hanya mengangguk sebagai jawabannya. “Eumm… apa makanan ini adalah selera kamu? Aku minta maaf sekali kalau tidak cocok buatmu. Kita baru saja saling kenal, maaf kalau bersikap lancang. Sebenarnya, aku berpikir untuk menghabiskan akhir pekan bersamamu.” Siska meminta maaf karena bersikap lancang. ‘Oh, sadar juga rupanya!’ Ares masih kesal walau dalam hatinya. Dia baru saja merasa beruntung dan bahagia karena bisa berdua dengan Mikaela tadi siang. Sekarang dia harus menghadapi wanita bodoh dihadapannya ini. “Jangan sungkan! Perhatianmu adalah segalanya, Siska! Harusnya aku yang berterima kasih.” Ares berterima kasih walau dongkol di hati. Dia masih membutuhkan wanita itu sedikit lagi demi kemajuan rencananya. “Ayo cepat dimakan! Nanti dingin, lho!” Siska mengajaknya makan malam. Ares menerima saja makanan yang di tawarkan wanita ini. Mereka makan malam berdua dengan khidmat. Ares sebenarnya ingin berdiskusi dengan Helios soal rencananya, tapi Siska merusak segalanya. Kalau dia tidak membutuhkan wanita itu untuk menutupi ketertarikannya pada Mikaela, sudah lama nama Siska Arumi lenyap dari dunia ini. Setelah selesai dengan makanan, Siska menyeduhkan minuman yang di belinya juga. Dia memberikannya pada Ares, sambil sedikit menyeringai menatap Ares. Pria itu terlihat meminumnya, tapi sebenarnya tidak. Untung saja, minuman ini ada labelnya dan gelasnya cukup tebal sehingga bayangan volume air tak kelihatan. Ares sudah sadar kalau Siska memang merencakan sesuatu padanya. “Terima kasih banyak! Semuanya memang sangat nikmat. Kamu terlihat sangat terampil untuk menjadi seorang istri,” puji Ares sengaja membuat Siska terbang ke langit ke tujuh. Setelah beberapa menit, Siska kemudian berdiri dari sofanya dan menghampiri Ares. Wanita itu lancang duduk di pangkuan Ares sambil mengalungkan tangannya di leher Ares. ‘Siala.n perempuan ini! Berani sekali dia! Tapi, ini yang rupanya dia rencanakan.’ Ares mengerti kemana maksud semua ini. Dia menyeringai mengikuti rencana dari Siska. “Kamu mencampurkan apa di minuman itu, dasar wanita nakal?” tanya Ares menggoda membuat Siska terkikik. “Sedikit pemanas, tuan tampan!” jawab Siska jujur tak lupa dengan nada nakal untuk menggoda Ares. Tapi, terus terang saja, bukan tergoda, Ares malah kesal lebih tepatnya. “Kalau begitu, ayo segera kita selesaikan!” ajak Ares tanpa basa-basi membuat batin Siska ingin menjerit kesenangan. “Ya! Miliki aku Ares!” pintanya saat pria itu membaringkannya di ranjang. Tapi jujur saja, dia akan lebih menikmati jika membunuh waniat ini dibanding menyentuhnya. “Aku punya bad habit, Sayang! Aku ini… sedikit sadistic,” bisik Ares sebagai rencananya untuk menghindar. “Bukan masalah sayang! Kamu mau apa? Menutup mataku atau mengikatku? Semua itu malahan membuatku lebih bergairah.” Siska sama sekali dan malah memberikan ide untuk Ares. Pria itu menyeringai sambil mengambil seutas tali dan mengikat wanita itu. Tak lupa juga dia menutup mata wanita itu dengan dasinya. “Akan kumatikan lampunya,” bisik Ares dibalas anggukan cepat oleh Siska. Dia melangkah menuju saklar lampu. Dia ingin kabur, kalau tidak, dia tidak akan sengaja menghabisi wanita itu di sini dan sekarang juga. Emosinya sudah memuncak dan dia harus melampiaskannya sekarang. Tak lama, bel berbunyi! Itu merupakan lampu hijau untuk Ares pergi dari sini. Dia membukakan pintu dan melihat Helios baru saja datang. Ares emosi dan langsung menarik kerah kemeja bawahannya itu. Dia menyudutkan Helios sambil sedikit mencekik bawahannya itu. “Kenapa bisa terlamabat, hm? Kau hampir saja membuat rencanaku hancur!” Ares melampiaskan kekesalannya pada Helios. Pria itu sama sekali tak melawan dan menerima segala tindakan Ares padanya. “Ma-maaf tuan! Jalanan sangat macat! Ampuni kesalahan saya!” Helios meminta maaf. Dia bahkan meminta pengampunan Ares karena tahu, jika Ares marah dan tak senang padanya, dia akan dihabisi begitu saja. “Baiklah! Tapi, tetap saja aku menghukummu! Sekarang, ladeni w************n yang ada di dalam itu! Aku sudah menutup matanya dan mematikan lampu. Jangan sampai dia tahu, kalau yang menidurinya bukan aku. Kalau sampai dia tahu, kau yang akan kuhabisi!” titahnya pada Helios dan langsung pergi dari situ. Ares tak mau lama-lama disini, dia perlu segera melampiaskan emosinya yang sudah mencapai puncaknya. Melihat kepergian tuannya, Helios menghela napas panjang lalu masuk ke dalam kamar hotel. Dia sudah menemukan Siska yang terikat dengan mata tertutup di ranjang. Dia sebenarnya tidak mau melakukan ini, tapi tetap saja, ini adalah perintah dari orang yang sangat dia hormati. Pria itu ragu, karena hal seperti ini bisa dibilang adalah pertama kali dalam hidupnya. “Ares~~ kenapa kamu lama sekali?” rengek Siska. Helios segera menanggalkan pakaiannya untuk melakukan keinginan wanita itu. Dia mendekati wajah wanita itu lalu menciumnya. Wanita itu sangat pandai membalas ciuman dan berhasil menaikkan birahi seorang Helios. Dia akhirnya bernafsu dan mengikuti naluri kelelakiannya. ‘Terima saja hukumanmu, Helios! Nikmati saja!’ Helios menyugesti dirinya untuk menerima dengan ikhlas hukuman yang diberikan Ares. Jadilah, Siska yang ditiduri oleh bawahan Ares dimalam itu. Dalam hatinya, dia merasa kasihan pada Siska yang hanya dijadikan boneka oleh Ares untuk menutupi niatnya mendekati Mikaela. Tapi tetap saja, bagi Helios, perintah Ares adalah segalanya. Seluruh nyawa dan raganya sudah dia abdikan untuk tuannya, Ares Pratama. Walau sebenarnya, dia menikmati hukuman dari tuannya itu. *** Di sisi lain, Ares sedang menghancurkan banyak barang pecah belah. Dia kini berada di ruangan kantornya. Dia mengambil stik golf lalu memukuli semua yang ada di hadapannya. Memecahkan dan merusak barang adalah kebiasaan buruknya saat emosinya sedang memuncak. Pria itu akan puas setelah menghancurkan sesuatu. Karena kalau tidak, mungkin saja tadi Siska sudah mati. Dia tidak mau itu terjadi, ah! Lebih tepatnya belum mau. “Wanita jala.ng itu berpikir aku akan mau menyentuh tubuh kotornya itu? Mana mau aku menempatkan diriku pada wanita serendah dia!” kesal Ares sambil mematahkan stik golf yang dia pegang. Lalu, pria itu memilih ke bar untuk minum. Dia tidak akan pergi dari sini, karena esok hari, dia harus berada disini dan seakan-akan bersama Siska sepanjang malam. ‘Hanya Mikaela yang kuizinkan menyentuh diriku. Hanya dirinya!’ batin Ares sambil menenggak cairan beralkohol itu. Dia tidak akan tidur sepanjang malam ini sampai ada laporan dari Helios soal wanita jalan itu. Beberapa jam kemudian, Helios menghampiri Ares setelah memberi tahu kalau dia sudah menyelesaikan hukumannya. Ares langsung menepuk-nepuk pundak Helios sambil berkata,” Kelihatannya kau sangat menikmati percintaan kalian. Sampai dua jam aku menunggu.” “Maafkan saya, Tuan.” Helios merasa bersalah. Dia tak mau mengakuinya, tapi dia memang sangat menikmati perbuatan bejatnya tadi. Memang, semua pria sama saja kalau sudah soal bercinta. “Bukan masalah! Sekarang, kamu harus melakukan hal lain lagi. Kamu harus mendapatkan surat-surat pribadi milik Adinata Djuanda dan putranya. Setelah ini, akan ada hal besar yang terjadi,” suruh Ares diangguki patuh oleh Helios. “Aku sudah menyusun sebuah rencana besar. Urus penerbanganku ke Boston malam ini juga. Tapi, bukan aku yang akan pergi.” Ares melanjutkan penjelasannya soal rencananya. Sejujurnya, Helios tak sepenuhnya mengerti, tapi dia hanya akan melakukan tugas yang menjadi bagiannya. Hal lainnya pasti bisa diurus oleh Ares dan yang lainnya. Setelah itu, Ares kembali ke kamar hotelnya untuk melanjutkan aktingnya. Tak lama, fajar pun menyingsing. Siska merasa matahari mengganggu tidur pulasnya setelah malam menyenangkan yang dia kira dilewatinya bersama Ares. Wanita itu terbangun tetapi saat ini dia sudah dipakaikan kimono tidur. Memang, Helios tidak membiarkannya begitu saja semalam. Pria itu melepaskan ikatan tangannya lalu memakaikannya kimono tidur saat selesai melakukan semuanya. Untunglah, Siska sudah tak sadar saat Helios meninggalkannya. “Sudah bangun, Sayangku?” Ares datang sambil membawakan segelas teh lalu memberikannya kepada Siska. “Kenapa kamu tidak ada di sampingku saat aku bangun?” tanya Siska manja. “Kamu terlihat lelah, aku ingin membangunkanmu tadinya. Tapi yang pasti, aku ada disini sekarang,” jawab Ares dengan senyuman palsunya. Yang sebenarnya terjadi adalah, Ares memilih tidur di kamar lain dan bangun pagi-pagi supaya telihat bersama wanita bodoh di hadapannya ini. “Kamu yang membuat aku lelah, tahu! Tapi, semalam sangat luar biasa!” Siska berujar senang mengingat percintaan yang dianggapnya hebat. Ares hanya tersenyum bangga karena bawahannya ternyata pemain hebat. ‘Aku kagum padamu, Helios. Ternyata, kau punya bakat terpendam,’ pujinya dalam hati pada bawahannya itu. “Begitukah? Terima kasih untuk pujiannya.” Ares berterima kasih. Lalu, Siska menerima teh yang di beri Ares padanya. Wanita itu merasa menjadi wanita paling bahagia dan beruntung hari ini. Dia sangat senang apalagi teringat sesuatu tadi malam. ‘Ini masa suburku, dan semalam dia mengeluarkannya di dalam. Aku yakin, pasti aku bisa hamil dengan cepat,’ batin Siska licik. Oh, ayolah! Kalau Siska itu piciknya masih tingkat newbie. Belum tahu dia siapa lawannya! Ares adalah seseorang dengan tingkat kepicikan tertinggi. Harus berencana lebih matang untuk mengelabui Ares. “Ares? Apa kamu ada rencana untuk menikah denganku? Menurutku, kita sudah berhubungan cukup jauh.” Siska mulai menuntut sesuatu pada Ares. “Aku sudah berencana serius denganmu. Tapi, aku akan ada beberapa urusan di Amerika dalam waktu dekat ini. Setelah kembali nanti, kita akan bicarakan rencana pernikahan kita ya,” balas Ares berusaha meyakinkan Siska dengan pernyataan palsunya. Mana mau dia menikah dengan jalan.g dihadapannya ini. Setelah rencananya selesai, dia akan ke Amerika dan menganggap semuanya tidak terjadi. Jika wanita itu berani mengganggunya, maka dia kan segera menghabisinya saja. “Benarkah? Aku akan menunggu saat itu Ares.” Siska berujar kesenangan sambil memeluk Ares. “Terima kasih sudah mau mengerti, sayangku. Kamu memang wanita terbaik yang pernah aku temui. Sejak pertama kali mengenalmu, entah kenapa aku langsung memilihmu. Kau sempurna,” puji Ares sambil menyambut pelukan wanita itu sambil tersenyum mengingat rencanan besarnya akan segera terjadi. Ah, lebih tepatnya malam ini juga dia akan membuat sebuah kejutan luar biasa! Siska begitu polos jatuh dalam jebakan Ares. Dia hanyalah pion yang digunakan untuk melindungi jalan sang raja. Ares tidak pernah mau menjadi raja, jika dia adalah bidak catur. Dia adalah Mentri yang bisa bergerak kemana pun dia mau. Bidak raja melambangkan rencananya yang hanya bisa bergerak jika adanya Ares. Setelah ini, Ares tidak akan memerlukan pionnya lagi dan membiarkan musuh menghabisinya atau jika beruntung, dia akan tetap hidup. Dalam hidupnya, Ares sangat suka dengan permainan catur. Baginya kehidupannya malah seperti bertahan diatas papan catur. Untuk bisa terus bertahan, maka kita harus membuat banyak rencana dan langkah jauh di muka. Mungkin akan ada sedikit kesalahan, tapi rencananya jangan sampai gagal. Tetap saja, strategi baru harus terus dibuat demi tetap bertahan. Sambil bertahan, maka dia harus menghabisi musuh-musuhnya satu persatu. ‘Bukankah itu pemikiran yang luar biasa?’ batin Ares sambil memandangi papan catur dimeja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD