22

1379 Words
' Orang lain mungkin menganggapku aneh dengan menyimpan seekor kupu - kupu di dalam toples. Sayangnya, aku sama sekali tidak peduli' - Ares Pratama  . . . “Hebat juga ya, ada wanita yang bisa mengendalikan Mr. Ares?” bisik-bisik beberapa pelayan. Mungkin mereka merasa majikannya tak mendengar, tapi telinga Ares sangat anti dengan orang yang membicarakan dari belakang. “Sekarang minum ya!” ujar Ares lagi dan diangguki oleh Mikaela. “Tolong segelas teh yang hangat!” perintahnya kepada maidnya. Para maid agak ketakutan tapi tetap berusaha mengambilkan segelas teh untuk majikan mereka itu. Ya takutlah, mereka baru saja membicarakannya dari belakang. Walau agak gemetaran, salah satu maid itu tetap memberikan segelas teh kepada Ares. Pria itu mendelik sinis kepada maid itu sambil sengaja membuat gelas itu terjatuh. Tentunya, tanpa disadari oleh Mikaela. ‘PRANG!’                  “Oh my God!” Pelayan itu sangat terkejut karena tahu Tuannya sedang marah padanya. “Aduh! Sampai pecah ya! Sini, biar saya bantu!” Ares berjongkok sambil menatap tajam pada maid-nya itu. Sang maid sudah pucat melihat tatapan mengerikan itu. Ares bukannya membantu, tapi malah menekan tangan maid-nya di beling pecahan gelas dengan sengaja. “Lain kali, anda hati-hati ya!” katanya bukan dengan nada perhatian tetap dengan nada penuh peringatan. “Ukhh! Baik Tuan!” Maid itu menahan rasa sakitnya sampai akhirnya Ares melepas tekanannya pada tangan maid-nya itu. Setelah memberikan sedikit hukuman kepada pelayang yang membicarakannya dari belakang itu, Ares mengambil segelas teh untuk Mikaela. “Minumlah, Baby!” katanya menawarkan kepada Mikaela. Wanita itu mengangguk menerima teh itu dari Ares. “Eh, tangannya berdarah?” ujar Mikaela seusai minum karena melihat tangan maid-nya itu berdarah. Dan darahnya cukup banyak untuk ukuran tersayat beling. Biasanya, darahnya hanya sedikit tapi ini terlalu banyak seakan dia menekan tangannya di beling itu. “Tidak masalah, nyonya!” Dia sama sekali tak merasa masalah. Yang dia malah takutkan adalah kemarahan Tuan mereka ini. Kalau masih seperti ini belum seberapa. “Bukannya tadi kamu bantuin dia? Kok bisa begini?’’ Mikaela malah bertanya kepada Ares. “Tak masalah, Nyonya!” Si pelayan cepat- cepat pergi karena melihat tatapan membunuh dari Tuannya. “Dia tidak mau dibantu, Baby.” Ares menjawab dengan santainya. “Cepat obati lukamu! Nanti bisa infeksi dan kamu bisa sakit! Jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan, nanti ada yang menggantikanmu. Istirahat ya!” suruh Mikaela sangat memperhatikan maid itu. Dia tersenyum menerima perhatian dari wanita yang dibawa majikannya. Yang membuatnya heran adalah Tuannya yang sama sekali tak memarahi atau memperingati wanita itu. “Terima kasih, Nyonya!” Dia berterima kasih.             Setelah selesai menyuapi Mikaela. Ares mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Selama makan, Mikaela tak henti-hentinya memerhatikan cara makan pria itu. Menurutnya, cara makan Wily (palsu) semakin elegan saja. Pria itu terlihat tampan walau sedang makan sekalipun. Ares sendiri, merasa agak risih diperhatikan saat makan. Bukan apa-apa, dia hanya tak terbiasa. Mana ada orang yang berani memerhatikannya se-intens itu. “Kamu makan aja tampan, kenapa sih suami aku ganteng banget?” Mikaela merasa gemas sendiri sembari memerhatikan Ares. “UHUKK!” Ares terbatuk karena Mikaela memujinya saat makan. Konsenterasinya saat makan jadi agak terganggu. “Hahahaha! Minum nah!” Mikaela menyodorkan segelas air minum untuk pria itu. Ares dengan cepat menyambar minuman itu dan meminumnya. “Minum ganteng, dong!” ejek Mikaela sambil tertawa. “Lucu ya?” Ares mendelik kesal. “Maaf!” Mikaela langsung meminta maaf kepada pria itu. Langsung saja, Ares menyelesaikan makannya. Dan setelah duduk beberapa saat, Mikaela berusaha berdiri dari kursi rodanya. “Hati- hati!” Ares mengingatkan. “Aku tidak mau terlalu lama duduk di kursi ini! Terlihat seperti nenek tua!” jawab Mikaela tapi sayangnya, dia malah terhuyung. Dengan cepat, Ares menangkap wanita itu dan menggendongnya ala bridal style. “Kamu masih lemah,” Ares berujar lembut pada wanita itu. Mikaela tersenyum karena perhatian pria ini dan langsung saja memeluk leher pria itu. Ares membalas senyuman Mikaela sambil membawa wanita itu ke kamar mereka. Dia meletakkan Mikaela dengan lembut di ranjang mereka. “Makasih,” Mikaela berterima kasih atas perhatian pria itu. “Sudah tanggung jawabku, Baby.” Ares duduk di sebelah wanita itu. “Wil, sebenarnya aku ingin jalan-jalan. Lucunya, aku merasa kota ini banyak berubah semenjak terakhir kali aku mengingatnya. Tapi, tubuhku lemah seperti nenek tua. Kamu jadi repot deh!” Mikaela merengut sendiri karena dia merasa merepotkan Willy (palsu)nya. “Kenapa harus repot, aku sangat mencintai dan menyayangimu! Apa sulitnya hanya menggendong dan mengurusmu? Untuk apa cinta kalau hanya sekedar kata saja,” balas Ares sambil mengelus lembut pipi Mikaela. “Benarkah? Kalau aku sudah tua dan keriput nanti, kamu masih sayang sama aku?” tanya Mikaela sambil meraih tangan pria itu. Dia sangat senang ketika pria itu mengelus pipinya dengan penuh kasih sayang. “Aku sudah bersumpah untuk mencintaimu seumur hidupku! Lantas, apa bedanya kamu yang sekarang dengan nanti? Kalau kamu tua maka aku juga tua, kenapa aku harus melupakan cintaku padamu?” Mendengar itu, Mikaela tersenyum penuh haru karena merasa sangat dicintai oleh pria di hadapannya ini. “Kamu harus ingat janji kamu ya! Jangan pernah melupakan cintamu padaku! Jangan pernah!” pinta Mikaela dibalas anggukan oleh Ares. Tanpa ragu, pria itu mengecup kening Mikaela dengan penuh kasih sayang. Dia sangat beruntung bisa membuat Mikaela di sampingnya. Dia bahkan merasa sangat dicintai saat ini.             Dia dulu merasa bisa hidup tanpa cinta, sekarang dia sangat bergantung pada cinta wanita ini. Dulunya, dia merasa wanita sangat mengganggu hidupnya, tapi sekarang dia tanpa wanita ini hidupnya tak lengkap. Dia merasa lengkap setelah wanita ini berada di sisinya. Dia merasa memang sangat membutuhkan cinta tapi hanya dari wanita ini saja! Dia hanya membutuhkan Mikaela Cassandra di hidupnya. “Mikaela Cassandra Simon, namaku jadi keren ya?” ujar wanita itu tiba-tiba membuat Ares tersenyum. Itu memang nama keluarga besarnya, hanya saja, dia lebih suka kalau terselip nama ‘Pratama’ di nama wanita itu. Untuk sementara ini, biarkan saja dulu. “Memang nama kamu sudah sangat bagus, My Baby!” Ares balik memuji wanita itu. “Begitu ya! Makasih sayangku!” Mikaela berterima kasih sambil terus menatap Ares dengan penuh cinta. Oh ayolah, Ares sudah merasa bahagia sekali! “Sama-sama, sayangku!” balas Ares. “Wil, aku mau mendengarkan sebuah dongeng darimu sebelum tidur! Boleh?” pintanya dan langsung diangguki oleh Ares. Sebenarnya, pria itu tak pandai mendongeng, hanya saja, dia bisalah sedikit mengarang sebuah cerita picisan. “Dahulu kala, ada seorang pelukis yang tinggal di sebuah menara. Dia hanya memandang dunia sebagai hitam dan putih. Dia tak pernah melukis dengan warna. Sampai suatu hari, dia melihat seekor kupu-kupu yang cantik dan herannya, kupu-kupu itu membuatnya melihat sebuah warna. Yang dia anggap sebagai warna baru dalam hidupnya. Sampai akhirnya, dia berusaha menangkap kupu-kupu untuk dirinya sendiri. Karena dia ingin memiliki kupu-kupu yang indah itu untuk dirinya sendiri.” “Tunggu! Pelukis itu kamu kan?” Mikaela langsung menjeda cerita Ares. “Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Ares bingung Mikaela mengetahui maksudnya. “Kamu itu kan buta warna! Dan kupu-kupunya adalah aku! Wow! Ternyata, selama ini kau berusaha menangkapku? Dasar!” jawab Mikaela membuat Ares agak tercengo. Mikaela bisa mengerti maksud ceritanya, tapi dia tidak buta warna seperti saudara kembarnya. Hanya saja, dia memang memandang dunia sebagai hitam dan putih, karena merasa hidup ini begini saja dan begitu datar. Dan Mikaela, dia membawa warna baru dalam artian sebuah cinta dalam kehidupannya yang datar ini. “Memangnya… aku tidak boleh menangkapmu?” tanya Ares dibalas gelengan oleh Mikaela. “Tidak! Kamu boleh menikahiku, tapi jangan dibilang menangkap! Kesannya, seperti kamu mengurungku dalam sebuah kurungan. Itu sangat tidak etis!” jawab Mikaela lagi. Ares agak tertegun mendengar jawaban wanita ini. “Begitu ya… maaf kalau begitu,” Ares meminta maaf karna sudah membuat Mikaela jadi merasa tak enak dengan ceritanya itu. “Bukan masalah! Ayo tidur! Kamu akan selalu di sebelahku sampai besok kan?” ajak Mikaela dibalas senyuman oleh Ares. “Aku akan selalu di sisimu, My Baby!” bisik Ares mengecup dahi Mikaela penuh kasih sayang sebelum mereka tidur bersama. Ares agak gugup sebenarnya, karena ini kali pertamanya tidur dengan seorang wanita. Berbanding terbalik dengan Mikaela yang malah tidur dalam dekapannya. Wanita itu terlihat sangat nyaman dalam tidurnya. ‘Kau ingin dibebaskan ya? Maaf Mikaela, tapi aku tak bisa,’ batinnya sembari menutup matanya dan ikut terlelap bersama wanita itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD