Aku melihatnya

1047 Words
seseorang yang memelukku dari belakang tak sama sekali mengajakku bicara, aku pun ragu untuk menoleh ke arahnya, lebih dari 20 menit aku seperti menahan nafas, mencoba menyeka air mata dan mencoba untuk tidak terisak lagi. "saya reflek, maaf" suara dokter Andri membuat aku bernafas lega. aku bersimpuh dibawah kaki dokter Andri, menangis sejadinya, 20 menit yang lalu aku menahan tangis, dan kali ini aku sudah tidak bisa menahannya. terserah jika semua orang menganggap aku aneh. "Alma, tunggu sebentar lagi mobil saya sampai" katanya aku pikir dokter Andri bisa membaca pikiranku yang kalut, wajahku yang panik, dan perasaanku yang tak karuan. dokter Andri mengandeng tanganku, dia langsung membukakan pintu mobil untukku. dan dia sesegera mungkin melajukan mobil memecah kebisingan sore itu. "kamu kenal sama orang tadi?" tanyanya "siapa?" tanyaku balik "pas kamu melambaikan tangan ke arah saya, ada laki-laki yang sepontan nyebut nama kamu, dia mau mendekat ke arah kamu, dan saya buru meluk kamu dan manggil Lo dengan sebutan sayang.. "kamu kenal dia?" tanyanya lagi aku masih menatap lurus ke arah depan, tak berniat membahas prihal ini. kurasa baru saja luka ini ku buka. baru saja aku membalutnya. lantas mengapa harus ku buka lagi, mau berapa kali aku menambah cuka dalam luka ini? "oke ngga usah di bahas kalau kamu ngga nyaman" katanya lagi aku menyukai sosok lelaki yang berada di sampingku ini, dia memang sedikit kasar dan blak blakan. tapi setidaknya dia bisa di andalkan. "dok, dokter tau? ada hal yang jika di ceritakan akan menambah sesak. namun pasti. ada lega setelahnya" ucapku "saya paham" katanya "dok terimakasih untuk hari ini" kataku "terimakasih untuk apa?" tanyanya "untuk pelukan, dan untuk reflek yang sangat cepat" kataku "jadi kamu suka hal yang secepat kilat?" tanyanya padaku aku tertawa, dan dokter Andri juga tertawa, kami membicarakan seminar yang baru saja dokter Andri ikuti, ada kejadian lucu katanya. saat pembagian dorprize yang dapet namanya Andri, dia pikir dia yang menang, tapi ternyata orang lain. padahal dia udah masuk ke atas podium. dia bahkan lupa dengan namanya sendiri. wkwkw aku ikut tertawa saat dia mengulang kejadian lucu itu. "selamat kepada dokter Andri silahkan maju ke atas podium" "terus aku maju tuh, ga lama dari itu ada yang maju lagi. nah kita suruh nunjukin nama peserta yang kita dapet pas masuk, eh taunya nama saya Andrian" aku tidak menyangka, orang seperfect dokter Andri bisa se kikuk itu. "terus kamu tau ngga, aku bilang apa ke panitia?"tanyanya "ngga tau, emang dokter ngomong apa?" tanyaku "maaf pak, saya lupa kirain nama saya Andri, eh taunya nama saya Andrian" katanya "dan kamu tau? panitia nyuruh saya ngecek KTP terus saya malah ambil dompet ambil KTP dan meriksa nama" "eh taunya beneran, Andrian Rosyada faza" "eh tapi aku tetep dikasih bingkisan dong" katanya berbincang dengan dokter Andri ternyata sangat menyenangkan, andai jika aku tidak menemani dokter Andri seminar! aku yakin, aku tidak akan tahu sisi manis dari dokter Andri. aku yakin aku pasti akan tetap berpikir dokter Andri kasar, pangus, dan perfecly. aku bersyukur tidak menilai seseorang hanya dari tampilannya saja. sebab luar biasa dia bisa di andalkan "Alma, terimakasih" katanya aku melihat ke arah dokter Andri, merasa aneh dan heran dia berterimakasih kepadaku, padahal aku yang banyak di untungkan disini. bagaimana bisa dia yang mengucapkan terimakasih. "sama-sama dok, tapi... "ko tapi" dia langsung memotong pembicaraanku "saya belum selesai ko udah di potong" kataku "eh iya kenapa kenapa?" katanya "dokter harus traktir saya makan" ucapku "makan doang? ga butuh yang lain?" katanya aku sedikit berpikir, yang lain? apaaa? kurasa aku membutuhkan seseorang yang bisa menjagaku, yang bisa menemaniku dalam setiap hariku, namun tidak mungkin bukan jika aku meminta itu keapadanya. "Alma, boleh pinjem hape" katanya aku tidak menjawab, namun langsung ku sodorkan handphoneku kepadanya "ini nomor saya" ucapnya kemudian dia mengambil foto Selfi saat lampu merah sedang menyala. Selfi kami berdua di dalam mobilnya "ini sengaja aku kasih foto saya juga, takut kangen bisa di hubungi dan di telfon ya" ucapnya aku tidak bisa menahan tawa, aku tertawa lepas lalu dokter Andri yang ikut tertawa denganku. "dok terimakasih buat segalanya" kataku "terimakasih buat apa?" tanyanya "untuk pelukan yang tak di sengaja itu" kataku "oh iya kembali kasih" katanya kami mengobrol hal ringan, tentang apa yang disuka, apa yang dia harapkan, alasan dia menjadi dokter spesialis anak, alasan dia kenapa terlihat canggung dan lain lain. aku baru tahu ternyata dokter Andri emang tidak bisa seperti orang lain, mengekspresikan yang dia inginkan, berbicara sedikit santai. dia selalu merasa apa yang dia utarakan sudah sesuai dengan kaidah tatanan bahasa. padahal kalian ingat? bagaimana dia mengejekku, bagaimana dia meremehkan ku. haha aku sangat ingat. namun kata dokter Andri, itu hanya motivasi agar aku tidak keluar dari pekerjaan. ah sialan karena dia aku merasa aku perlu membuat dia mengakui kehebatan ku. kami sudah sampai di Bogor, dan aku langsung di antar sampai depan rumahku, dokter Andri langsung pamit pulang, dan aku bergegas membersihkan tubuhku. "rinduku sudah ku bayar tuntas" kataku "lebih kuat lagi ya hati" kataku lagi aku buru buru ke kamar mandi, badanku sudah lelah dan ingin segera ku rebahkan di tempat tidurku. satu pesan mengembang di layar ponselku. "Al, semua orang punya masa lalu. kamu ngga perlu terpuruk lagi. banyak orang yang sayang Alma, semoga Alma bisa lebih baik dari hari ini. sekali lagi terimakasih banyak banyak untuk hari ini" dokter Andri mengirimi ku pesan, sangat menyentuh. aku ingin membalasnya, namun aku tidak tahu cara menanggapi pesan itu. aku membiarkan pesan dokter Andri mengembang di ponselku, aku mencoba menjernihkan pikiranku yang hari ini kalut, seseorang yang baru saja aku lihat, dan aku yakin dia juga melihatku. ada perasaan sesak yang tiba tiba menikam. dan seketika pikiranku benar-benar kalut. hari ini aku melihat Panji, seseorang yang pertama kali menghancurkan hatiku, kau tahu? apa yang seketika muncul di pikiranku? apa lagi selain kenangan di atas ranjang, berbagi perasaan atas nama, cinta. padahal aku sendiri tidak tahu? antara cinta dan nafsu apa bedanya? keduanya samar-samar tersembunyi di balik kata kata. dan kata kata itu terkadang meluluhkan siapapun yang mendengarnya. "aku cinta kamu" ah sial, padahal hanya 3 kata, namun membuat seluruh tubuh bergetar bahagia. aku membenci Panji teramat sangat. dan aku juga membenci diriku yang selalu membutuhkannya. tapi itu dulu, untuk hari ini aku tidak membencinya, hanya menjaga jarak, agar tidak tergoda lagi. dengan hal yang aku sendiri belum tentu bisa menahannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD