Wisuda

1202 Words
perkenalkan, aku Salma Putri Edelweiss, putri pertama dan satu satunya dari ayah dan ibuku, ayahku pekerja keras, saking kerasnya dia tidak pernah berada dirumah, bahkan sampai dimana hari kematian ibuku. dia tidak sama sekali datang. kecewa dan marah, namun beginilah hubungan aku dan kedua orang tuaku, tidak pernah bisa disebut sebagai keluarga yang utuh. aku berusaha menjadi yang paling hebat diantara yang lain, mencoba mendapatkan apapun dengan segala usaha yang aku lakukan. aku mandiri dari kecil, meski masih sedikit bergantung pada ibuku. sejak kecil aku memang tinggal berdua dengan ibuku, ayahku hanya sesekali saja pulang. itupun kurasa seperti orang asing bagi kami. meski aku tahu prihal ayahku yang selalu berselingkuh, aku tetap ingin mengetahui bagaimana selingkuhannya. sampai sebesar ini, sampai sekuat ini aku tidak pernah tau keberadaan ayahku. kecuali dia yang dengan sukarela datang padaku sendiri. aku hidup sendiri, sejak ibuku meninggal aku menjalani hari sepi sendiri, bahkan saat aku merasa patah? aku tidak memiliki siapapun untuk berbagi. maka apa aku salah? mendambakan hidup yang indah? mendambakan hidup yang penuh kasih sayang? aku ingin sekali dimanja. namun oleh siapa? setelah pertengkaran yang lalu. aku memutuskan hubungan dengan semua orang yang mengenalku. Aku telah menyelesaikan study ku, dengan nilai yang cukup memuaskan. aku mengucapkan banyak terimakasih pada semua orang yang telah membantuku menyelesaikan study ku. kali ini semua persiapan kepergian ku sudah hampir 80% tanpa satu orangpun yang menyadarinya. aku menyicil satu persatu barang barang yang ku bawa ke tempat yang baru, aku sengaja meninggalkan kota yang sudah membesarkan ku, kota yang sudah mendewasakan ku, bukan karena aku membenci masalahku, tapi karena aku mencintai diriku maka aku memutuskan untuk menjauh dari segala lingkungan yang membuat aku semakin sesak. syukurnya uang tabungan ibu yang dititipkan padaku masih tersisa banyak, aku tidak menyangka, ibu selama ini menabung hanya agar, aku tidak kesusahan di kemudian hari. maka sejujurnya meski ibu telah tiada, beliau tidak pernah meninggalkanku. saat aku wisuda sungguh tidak berkesan apapun, aku datang sendiri, aku berdandan sendiri, dan aku tidak berfoto dengan siapapun. bagian yang paling menyakitkan adalah, melihat semua di temani oleh yang terkasih, aku hanya sendiri. siapa yang bisa ku hubungi dan bisa menemaniku untuk berfoto wisuda? tidak ada, tidak satupun. aku sudah tidak ingin merepotkan siapapun lagi. seperti yang terakhir kali Gaga ucapkan padaku, dia mengirimiku pesan singkat dan manis. namun tidak pernah ku balas satupun, aku tidak dendam padanya. hanya mencoba menjauhkan diri, dari segala hal yang seharusnya sudah kulakukan jauh - jauh hari. aku sudah berjanji akan melepaskan segalanya, meninggalkan segalanya dan membiarkan aku memulai kehidupan yang baru, di tempat baru. saat langkah kakiku keluar dari aula yang besar, bayangan ibu sepintas terlihat di mataku, dia tersenyum sembari melambaikan tangan. aku terdiam terpaku. melihat sosok ibu meski bayangan membuat aku meneteskan air mata. "Bu, Alma lulus, Alma hebat Bu, Alma kuat, ibu yang tenang di sana ya" ucapku lirih bayangan ibu perlahan menghilang dari hadapanku. aku mengendarai mobil mungil yang dikirim ayah sebagai ucapan selamat karena sudah lulus, dan ucapan permintaan maaf karena tidak bisa datang. menyedihkan sekali jadi aku, ayah yang sibuk bekerja dan bermain wanita, tidak pernah tahu bahwa anak gadisnya menderita. aku sudah membicarakan perpindahan ku pada ayah, beliau awalnya menolak karena takut nanti aku kesusahan di sana. padahal jika dia bertanya apakah aku merasakan kesepian dan kesusahan disini, maka akan ku ceritakan, kepedihan ku menjalani hari sendiri tanpa siapapun. dan ayah setuju, rumah yang aku tempati aku kontrakan kepada orang lain. awal Desember ini sudah di isi. maka aku sudah bersiap dari akhir November, bahkan sudah memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut. kebetulan sekali orang yang akan menempati rumahku sekeluarga yang sangat hangat, sudah ku ceritakan segalanya tentang mengapa aku memutuskan keluar rumah. mereka terlihat iba dan menyemangati ku. masih banyak barang yang ku tinggalkan seperi kulkas, lemari, sofa dll. aku membiarkan merkea memakainya asal di rawat, aku tidak berniat menjual rumah itu. rumah kenangan aku dengan ibuku. "halo Jakarta, terimakasih untuk segalanya" ucapku pamit kepada langit cerah siang itu aku memutuskan pindah ke kota hujan, rasanya ini cukup pantas untukku, jika aku menangis aku bisa berjalan di bawah hujan, agar orang lain tidak tahu bahwa aku sedang menangis . aku memutuskan membeli rumah mini di kota Bogor, rumah ini hanya memiliki 1 kamar tidur, sangat mini lebih kecil dari rumahku yang ada di Jakarta. namun sangat sejuk, udaranya masih asri, sedikit panas tapi tidak sepanas jakarta. aku memulai merapihkan rumah baruku, mencoba menghiasi dengan segala pernak pernik yang ku beli sebelumnya. rumah ini, rumah mini yang akan menjadi saksi aku menjadi lebih dewasa. ponselku berdering, ada satu pesan dari Gaga mengembang di layar ponselku. (Alma gue wisuda tanggal 16 Desember, bisa nyusul ke sini sama ibu) aku tidak membalas pesan dari Gaga, mungkin awal Desember nanti Gaga akan meneleponku, prihal siapa yang menempati rumahku. aku yakin dengan pasti, setelah ibu Gaga menyadari aku sudah tak ada di sana, setelah Panji menyadari aku sudah tidak tinggal di sana, aku yakin mereka akan menelpon ku. maka habis ini aku memutuskan mengganti kartu perdanaku. aku benar -benar tidak boleh setengah setengah, jika pergi maka pergi tanpa menyisakan jejak sedikitpun. aku memblokir IG, sss, TWITTER, WA dll aku menghapus semua akun ku, dan tidak berniat membuatnya kembali. mungkin nanti akan ku buat tapi tidak sekarang, tidak hari ini. biarkan saja mengalir apa adanya. aku duduk di teras rumah, sembari mengecek lowongan pekerjaan yang sekiranya cocok dengan jurusanku, namun jika tidak cocok, tapi sedang di butuhkan, ku rasa aku akan mengambilnya. aku tidak ingin menganggur terlalu lama. semua loker di internet ku apply semuanya, berharap sesegera mungkin aku mendapatkan panggilan. semoga hari baik berlimpah padaku, padaku seseorang yang sedang berusaha menjadi baik untuk aku, dan untuk hidupku. aku memiliki harapan besar pada kota ini, berharap hal baik selaras dengan langkah kaki ku. aku berharap Tuhan berbelas kasih mengirimiku seseorang yang penuh cinta, dan tidak mempertemukan aku dengan seseorang yang sudah memiliki kehidupan baik dengan keluarga kecilnya. aku tidak lagi ingin menjadi pelampiasan seseorang, dan tidak lagi ingin menjadi teman tidur seseorang. aku mengakui kebodohan ku waktu itu, kebodohan yang amat membelenggu ku. hari ini aku, adalah aku yang berbeda. ya semoga, semoga aku tidak tergoda oleh masa lalu ku lagi, semoga aku tidak lagi mengharapkan Gaga atau Panji lagi. ya semoga. semoga di tempat yang baru aku bisa menemukan seseorang yang lebih baik, seseorang yang akan mencintai aku dengan teramat sangat, yang tidak mempunyai alasan untuk meninggalkanku, yang tidak akan pernah membuat aku merasa tersakiti lagi, aku lelah jika harus merasakan sesak lagi, merasakan hari- hari buruk lagi. aku tidak ingin hidupku dikejar oleh masalahku yang lalu. aku ingin hidup lebih baik, lebih berwarna dan lebih bahagia dari sebelumnya. aku mencintai diriku dengan teramat sangat, meski kemarin aku tidak bisa mawas diri, aku tidak bisa menahan untuk tidak melakukan hal yang di larang tuhan, aku memang berdosa, maka perjalanan ini baru dimulai, perjalanan penembusan dosa atas kesalahanku, dan semoga aku tidak mengulanginya lagi. aku tidak melakukan kesalahan lagi. sekecil apapun semoga aku bisa menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan dalam bentuk tulisan, lisan, dan tindakan semoga tidak ada yang aku sakiti, agar rasa sakit itu tidak berbalik pada diriku, aku sedang berusaha berdamai dengan masa laluku, berusaha memaafkan aku yang lalu, dan mulai menikmati hidupku agar lebih baik dari sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD