Desember

1195 Words
sampai hari ini aku belum mendapat panggilan, sangat membosankan jika harus tinggal di rumah setiap harinya.hanya makan, tidur, makan, mandi benar-benar rutinitas sejak seminggu aku di sini, ingin mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga pun, rasanya aku masih sangat kaku, terlebih aku jarang sekali mengobrol dan bertukar cerita dengan orang lain, selain dengan teman lamaku. ya sungguh menyebalkan menjadi diriku. aku membuka ponselku, tidak ada wa dari siapapun. yang tahu nomorku hanya ayah saja, yang lain tidak ku beri tahu. aku takut ayah khawatir, meski rasanya ayah tidak akan mengkhawatirkan Ku. tiba-tiba ponsel ku berdering. aku kaget bukan main ku pikir panggilan dari perusahaan. tapi ternyata dari ayahku. halo ada apa yah? tanyaku dari balik telfon alma, pamit ngga sama orang orang di Jakarta? ngga ayah, Alma diem diem perginya. ucapku "oh pantesan, tadi ibu Gaga telfon dia kaget rumah kita ko ada orang lain yang nempatin." "ayah bilang kalau alma di Bogor?" tanyaku "ngga sayang, ayah bilang ngga tau. ayah yakin, kalau Alma pergi diem-diem itu tandanya emang Alma lagi ga enak sama orang sana" ucapnya "Iyah ayah, biar jadi urusan Alma aja. ayah jangan kasih tau Alma dimana ke siapapun" ucapku "Iyah sayang, jaga diri baik baik. ayah belum bisa pulang. oh iya tadi kata ibu Gaga, tolong hubungi beliau" "sampaikan maaf dan terimakasih telah menjaga Alma" ucapku menutup telfon aku benar-benar lupa prihal ibu Gaga, dia benar benar sangat baik, sampai aku tidak bisa berkutik atas kebaikannya. sama sepeti gaga. hanya beliau yang tidak pernah meninggalkan aku. hanya beliau yang bersedia berada di sampingku. yang juga mencintai aku sama seperti dia mencintai anaknya. aku banyak berhutang pada beliau, kasih sayang saat aku merindukan ibu ku, beliau yang memberikannya. namun jika aku memberitahu dimana, diriku sekarang. aku takut Gaga menemukan ku lagi. kurasa aku berhak memulai hidup baru tanpa merepotkan siapapun. suara ponselku terdengar nyaring di telinga. nomer yang tidak di kenal meneleponku, pikiranku tiba-tiba sedikit negatif aku takut Gaga yang menelpon ku. atau bahkan Panji yang menyadari kepergian ku. ragu ragu, tapi akhirnya aku menggeser tombol hijau. "hallo selamat siang, kami dari rumah sakit alam sejahtera, telah menerima permohonan pekerjaan dari saudari melalu email, apakah saudari bisa interview pekerjaan siang ini? jika bisa mohon datang ke rumah sakit, dan langsung keruangan 103 bertemu dengan kepala rumah sakit ibu Shinta. memakai baju hitam putih dan membawa lamaran lengkap" aku masih kaget bukan kepalang, kapan aku mengirim lamaran ke rumah sakit ini. aku mencoba mengingat namun tidak bisa mengingatnya. "mohon maaf Bu, untuk posisi apa ya?" ucapku benar aku hanya lulusan management bagaimana bisa aku bekerja di rumah sakit. "silahkan datang ke rumah sakit nanti kami jelaskan" katanya aku mengiyakan, lalu langsung bergegas mempersiapkan diri mengikuti interview hari ini. aku menaiki bus trans pakuan Bogor, sistemnya hampir sama dengan trans Jakarta hanya saja mobilnya tidak sepanjang panjang trans Jakarta, namun sedikit lebih nyaman pengguna trans Pakuan masih belum banyak, mereka masih lebih suka menyetop angkot yang kapan saja tersedia di jalan. aku sudah mengenakan pakaian hitam dan putih, memakai sepatu slip hitam dan membawa surat lamaran, bus ini berhenti tepat di rumah sakit alam sejahtera, rumah sakit yang besar. aku sedikit ragu entah tiba-tiba aku sedikit nervous. apakah aku bisa bekerja di rumah sakit? yang harus menangani manusia setiap harinya. ah aku tidak tahu. langkah kakiku menuju ruang 103, mencoba merapihkan diri sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan. adrenalin ku terpacu. seorang ibu paruh baya duduk di meja kantornya, aku sedikit gugup. "silahkan duduk" ucapnya sangat sopan hampir saja suaranya tidak bisa kudengar "saudari Alma, mengapa melamar ke rumah sakit ini?" tanyanya aku diam sejenak, coba mengingat beberapa hari yang lalu, dan kemudian aku baru teringat, saat di kereta ketika aku hendak pergi ke Depok, ada seorang ibu yang mengobrol dengan rekannya, menceritakan bahwa di rumah sakit tempat dia bekerja, sedang membutuhkan tenaga administrasi, sudah banyak yang lamar, namun selalu di tolak karena tidak bisa menggunakan aplikasi yang ada. sedangkan ruang administrasi rawat anak membutuhkan 1 tenaga administrasi lagi. aku yang hanya iseng mencoba apply lamaran ku, meski jurusanku management, kurasa jika hanya mengaplikasikan komputer aku bisa. "kebetulan mendengar sedang membutuhkan tenaga administrasi, maka saya mencoba melamar, syukur jika saya bisa, jika tidak mungkin rezeki ku tidak di sini" aku hanya menjawab sekenanya saja. jujur untuk pertama kalinya interview aku sangat gugur. bahkan lebih dari itu, aku terlihat ceroboh. memilah kata kata yang tepat untuk di ucapkan kepada atasan. aku benar-benar takut salah bicara atau semacamnya. "baik, bisa langsung bekerja?" katanya aku tidak bisa menjawabnya, ko bisa langsung di suruh bekerja, sedangkan yang aku tahu interview itu sangat sulit, lantas mengapa semudah ini. "langsung Bu?" tanyaku "keputusannya ada di tangan saudari, jika saudari merasa nyaman bekerja di lingkungan seperti ini, silahkan mulai hari ini saudari coba untuk adaptasi" katanya pernyataan ibu itu benar benar menusukku, aku seperti di beri pilihan terjun atau mundur. namun karena aku tidak ingin berlama-lama menganggur maka aku langsung mengiyakan tawarannya. tidak lama dari itu, datang seorang perawat wanita usianya mungkin sudah 30tahun, hampir dibuat kaget, wanita itu terlihat seperti Laras, namun rupanya dia hanya sekedar mirip. "mba, nanti satu ruangan sama saya" katanya "oh iya, saya Risma, salam kenal mba" "oh iya salam kenal, saya Alma" ucapku aku memasuki ruangan di lantai 2, ruangan ini khusus rawat anak-anak. di depan pintu kaca ada tulisan pediatri, mungkin bahasa medis dari anak-anak. aku tidak begitu memahaminya. aku di sodorkan satu buah komputer di atas meja, bidan Risma menjelaskan bagaimana aplikasi ini di gunakan, aku rasa sebelum ada tenaga administrasi beliau yang memasukan data pasien ke komputer, bahasanya sangat jelas dan aku sangat memahami setiap penjelasan dari bidan Risma. "mba sudah paham" katanya aku mengangguk, lalu di sodorkan 10 rangkap nama pasien, aku mulai bekerja, memasukan data ke aplikasi. "oh iya mba, kalau sudah di masukin ke aplikasi nanti mba taro di sini, ini informconsen pas ada dokter keliling, harus di letakkan di sini ya , soalnya bakalan di minta jadi, harus sesuai urutan kamar ya" katanya aku mengangguk, aku memulai memasukan satu persatu data pasien, pukul 16.30 ada yang dinamakan kunjungan dokter. dokter yang jaga hari itu akan berkeliling menemui pasien satu persatu, ditemani oleh bidan dan perawat. "inform consentnya mana?" suara laki-laki yang berada di atas kepalaku, "hah?" aku reflek menjawab hah, kaget bukan main, dia tiba-tiba datang dan berteriak di hadapanku "anak magang baru ya, makanya ga bisa kerja cepat, kalau ngga bisa kerja ga usah disini, sana pergi" katanya aku naik pitam, bahasanya yang kurang sopan membuat kesal diriku, aku menggebrak wadah yang berisi data pasien, ke lelaki yang mengenakan jas putih tersebut. aku yakin dia seorang dokter. "Gilak ya? anak baru tapi ga ada sopannya" lalu dia pergi meninggalkan aku di tempat kerjaku. dokter itu pergi bersama perawat dan satu bidan. kebetulan bidan Risma tidak beranjak, dia diberi tugas menangani ibu yang akan konseling sore ini. "mba Alma dia dokter Andri, maaf ya sifatnya emang gitu. mba harus tau semua yang masuk sini ga betah karena selalu di teriaki beliau" aku menatap dokter Andri dari luar, dia sedang berbincang dengan keluarga pasien. "denger ya dok, gue ga bakalan kalah cuma karena Lo doang" gerutu ku aku menunjuk jari telunjuk ku kearah dokter Andri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD