dokter Andri

1110 Words
saat aku sedang merapihkan barang ku, tiba tiba ponselku berdering, satu pesan masuk dari dokter Andri mengembang di layar ponselku. kaget bukan main namun jantungku terpacu sangat cepat. "pulang saya yang jemput" katanya pipiku merona, aku menahan senyum namun tidak bisa. apa yang sedang aku rasakan kali ini. kenapa ada bahagia bercampur nyaman jika bersamanya. "aku tunggu" balasku aku merapihkan meja kerjaku lagi, sembari tak sengaja bernyanyi nyanyi kecil. semua mata tertuju kepadaku. "Al, why?" sapa Risma "gapapa ka" kataku aku yakin semua sudah memikirkan hal yang aneh aneh, tapi tidak apaa. rasanya semua tidak begitu memikirkan hal jelek tentangku. "Al, aku pulang dulu ya" katanya "Iyah ka" kataku setelah risma pulang, ganti Nina yang dateng. kami tukar sift jam 3 sore, sedangkan aku pulang jam 3.30 sore, sekarang waktu sudah menunjukan pukul 3.20 menit. sedang menunggu seseorang datang. aku mencoba bersantai diatas meja kerjaku. "dokter Andri? tumben kesini" kata Nina yang tiba-tiba mengagetkanku jantungku berdetak kencang, sangat kencang aku pelan pelan melihat ke arah pintu masuk ruangan, memastikan apa benar dokter Andri ada di sini. saat aku ingin mengangkat kepala, dokter Andri sudah ada di depan ku. "ada apa?" tanyanya aku diam seribu bahasa. "jangan ngeliat saya, kaya ngeliat monster" katanya lagi aku mengelus d**a, sialan sikap menyebalkan nya, selalu muncul jika berada di Rumah sakit. "nin, dokter umi masih ada?" tanyanya pada Nina "ada dok" jawabku dokter Andri melihat kearah ku, tanpa senyum lalu berlalu meninggalkanku. ponselku berdering, satu pesan masuk dari dokter Andri. "tunggu sebentar, saya ada perlu sama dokter umi" katanya aku membalas pesannya dengan kata Iya. kemudian aku berjalan keluar ruangan. menelusuri rumah sakit yang cukup besar, lantainya hanya 6 lantai ke atas, namun lebar, di ruangan ku saja, ruang rawat inap lebih dari 10 kamar, ruang dokter ada 2, ruang staf dan istirahat juga ada. dapur wajib banget ada untuk gantian makan. hehe nyaman sekali rasanya kerja disini, yang setiap hari mencium bau obat obatan. dan selalu degdegan saat mendengar suara ambulan dan apalagi mendengar suara tangisan yang menyayat hati, hampir ikut tersayat rasanya. aku sudah sampai lobby, tapi dokter Andri belum juga terlihat batang hidungnya. lagi pula aku tidak mungkin menaiki mobil dokter Andri di lobby rumah sakit, mungkin lebih baik aku menunggunya di mini market samping rumah sakit. aku mengirimi nya pesan, aku mengatakan kepadanya bahwa aku menunggu di mini market, dia hanya menjawab oke kesal sekali rasanya. aku duduk di kursi yang di sediakan oleh pihak mini market, melihat hilir mudik kendaraan di depanku, masih belum ada tanda tanda dokter Andri datang, namun tidak lama dari itu mobil dokter Andri datang, dan parkir di halaman mini market, aku berdiri reflek. maksudku agar aku bisa langsung masuk ke mobilnya. namun ternyata dokter Andri keluar dari mobil, dan masuk kedalam mini market, dia tidak melihat kearah ku, aku jadi ragu bahwa aku ini nyata, buktinya dokter Andri seperti tidak melihatku. aku membuntuti dokter Andri kedalam mini market, mengendap endap, seperti seseorang yang sedang mengintai pasangannya selingkuh, namun saat aku memalingkan sebentar saja pandanganku dari dokter Andri, dia sudah tidak ada di hadapanku, aku kaget. namun rupanya dia berada tepat di belakangku. "dok" kataku tersentak dia mengelus rambutku. "anak baik, jangan nakal ya, ga boleh ngikutin om om belanja" katanya om-om kurasa kami hanya beda 6/7 tahun dia terlihat muda, tidak seperti om om yang dia maksud. penampilannya yang keren dan rapih, mana ada yang berpikir bahwa dia sudah berkepala 3. lagi pula apa peduliku prihal umur. dia baik, dia sopan, dia pintar, dia punya attitude, dia dewasa, dia yang cepat paham. itu sudah cukup untuk aku mudah jatuh cinta padanya. walau aku sendiri belum tahu, apakah perasaanku ini berbentuk cinta atau hanya kagum. bagaimanapun masih butuh waktu lebih lama untuk meyakinkan diri bahwa aku mencintainya. btw kurasa dia tidak mencintaiku. "dok" kataku baru saja ingin di lanjut dia sudah lebih dulu menebak isi pikiranku "coklat? es krim? kurasa kamu tidak bisa jauh dari ini" katanya "ko dokter tahu" kataku "kita baru kenal, tapi kita sering bareng. jadi wajar" katanya "terimakasih dok" kataku "kenapa terimakasih sih, kan aku ga ngasih apa apa. lagi pula cuma coklat dan es krim, saya bisa kasih setiap hari" katanya "ngga usah nanti aku gendut dok" kataku kami membayarnya di kasir, kemudian langsung menuju mobil dokter Andri, aku melihat ke arah mobil dokter Andri, kacanya sangat gelap sampai tidak terlihat apa yang ada didalam, kurasa dia mendesain ulang. tapi ini cukup untuk menyembunyikan aku. aku masuk lebih dulu ke dalam mobil dokter Andri, dan tidak lama dari itu, ada dokter Ais yang tiba tiba datang entah dari mana. dia menghentikan langkah dokter Andri, dan kau tahu. aku mengkhawatirkan diriku terlihat olehnya. hanya sekelebat mereka berbincang kemudian dokter Andri masuk ke dalam mobil. dia menatapku, dan aku mengalihkan ke arah lainnya. "Al" katanya "iya dok" kataku sialan, jantungku tidak bisa ku kontrol, dia berdetak sangat kencang. "tadi dokter Ais ngomong apa?" tanyaku "tumben hari Selasa ada di RS" katanya "terus?" "lagi ada perlu sama dokter umi" jawabnya singkat "udah gitu aja, gaaaa percaya sih aku" kataku "gapapa, nanti juga percaya" katanya kami saling diam kembali, aku lebih memilih memakan coklat dan es krim yang dokter Andri beli tadi. dokter Andri diam sembari menyetir mobilnya "Al, mau es krim dong" katanya "eh sebentar di bukain dulu" kataku "ngga usah, yang punya kamu aja" katanya aku yang kaget tidak merespon apapun, dokter Andri mau makan di bekas makananku? apa aku boleh seperti ini? "gapapa dok bekas aku?" tanyaku "kenapa ga boleh? apa kamu punya penyakit yang mematikan" katanya "ngga dok" kataku, akhirnya aku menyodorkan es krim ke mulut dokter Andri, dan tidak sengaja menyentuh dagunya, aku buru buru mengelap pakai tanganku, dan reflek aku memasukan bekas es krim itu ke mulutku. dokter Andri menatapku. aku sekali lagi dibuat tak berdaya dengan tatapannya. "Al kamu tau?" tanyanya "apa?" tanyaku balik "katanya, belakangan ini aku hidup?" "maksudnya dok?" tanyaku lagi "kata dokter umi, dia sering merhatiin aku yang suka curi curi pandang ke kamu, pas dokter umi dan aku satu dinas" katanya "hah, dokter suka liatin aku?" tanyaku "ngga wkwkw, Al dokter umi bilang, untuk memulai sebuah hubungan harus dengan kepercayaan?" katanya aku diam tidak ingin menjawab, kurasa aku hanya perlu mendengarkan dia dulu menceritakan apapun yang ada di hatinya "Al, saya pantes bahagia ngga? menurut kamu?"tanyanya aku menatap matanya, mobil dokter Andri menepi di sudut kota, sore itu sunyi sekali, tidak ada yang bisa kulihat dan ku dengar selain dari dirinya. "dok, semua orang berhak bahagia. aku juga berhak bahagia. tinggal gimana kita menemukan seseorang yang bisa menemani kita menjalani hari dalam segala hal" ucapku. dokter Andri menatapku, dia menyentuh pipiku, mengusapnya sembari tersenyum. "Al, .... @)(#+$&@/@+_&@(@" suara bising kelakson membuyarkan konsentrasi ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD