Bab 05. Bocah Tengik

1004 Words
Felix berjalan dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya. Lelaki itu memainkan pisau lipat yang ada di tangannya, matanya menatap fokus ke depan. Lalu tertawa kecil melihat lelaki yang tangan dan kakinya diikat. “Halo, kau menikmati waktumu di sini?” Tanya Felix tertawa kecil. Lelaki itu menggeleng dan menatap takut pada lelaki yang tidak dikenal olehnya. Siapa lelaki itu? “Kau siapa? Kenapa kau menculikku?! Kau lebih baik menculik kekasihku dibanding menculikku yang tidak memiliki uang. Kekasihku orang kaya, aku akan meneleponnya lalu menyuruh dia mengirim uang untukmu. Asalkan kau membebaskanku dari sini.” Felix tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan lelaki bau kencur itu yang mau menghubungi gadis kecilnya untuk meminta uang. Ulu-ulu dimana Balbara mendapatkan b******n tengik ini. Yang hanya mau uang Balbara saja, lalu tidak segan mengatakan kalau kekasihnya adalah orang kaya dan bisa menculik Balbara dibanding dirinya. “Kau tidak punya uang?” Tanya Felix memasang wajah kecewa. Seolah dirinya salah menculik orang. Lelaki tengik itu mengangguk. “Iya, saya tidak punya uang Tuan. Saya hanya punya dua puluh lima dollar. Dan ini untuk makan saya. Kekasih saya belum mengirimkan uang, padahal saya meminta lima ratus dollar padanya. Sampai sekarang lima ratus dollar belum terkirim. Dimana ponselku? Aku akan meneleponnya, dan mengatakan aku diculik. Kau butuh berapa? Seribu dollar? Dua ribu dollar? Atau tiga ribu dollar? Dia pasti mengirimnya, karena dia begitu cinta padaku, tidak akan membiarkanku diculik.” Romantis sekali. Maksudnya lelaki itu besar kepala sekali kalau Balbara mencintai dirinya. Felix mengambil kursi di sana, lalu duduk setelah lima belas menit dirinya berdiri, membuat ia merasa lelah. “Ponselmu? Ahh, benda butut itu? Sayang sekali, benda butut itu sudah hancur berkeping. Karena itu ponsel keluaran dua tahun yang lalu, sudah tidak layak untuk dipakai. Lebih baik dihancurkan saja. Ngomong-ngomong siapa nama kekasihmu? Aku akan menculiknya dan menggantikan posisinya di sini, lalu kau bisa aku lepaskan. Karena aku hanya mau uang.” Pungkas Felix memancing lelaki di depannya itu. Lelaki tengik itu tersenyum berbinar ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Felix yang mau melepaskan dirinya dari sini. “Namanya Balbara Herdanson, kau bisa mencarinya dan dia memang orang kaya dan punya banyak uang. Kau pasti akan beruntung kalau berhasil menculiknya.” Tukas lelaki tersebut dengan senyumannya yang percaya kalau lelaki ini pasti melepaskannya setelah mengatakan siapa kekasihnya yang bisa diculik dan mendapatkan uang yang banyak. “Anak dari Harris Herdanson dan Yola Herdanson, bukankah mereka salah satu orang terkaya di dunia?” Tanya Felix mengusap dagunya merasa tertarik ketika lelaki itu mengatakan Balbara Herdanson. “Kau benar sekali! Dia anak dari orang terkaya. Aku menjalin hubungan dengannya, dia selalu memberikanku uang yang sangat banyak sekali dan tidak pernah menuntut tentang uang yang ia berikan padaku. Kau bisa menculiknya.” Ucap lelaki tengik yang masih terikat tangan dan kakinya. “Hem… menarik sekali. Saya bisa mendapatkan uang yang banyak. Tapi sangat disayangkan sekali, kau harus mengucapkan selamat tinggal pada hidupmu. Asal kau tahu, Balbara Herdanson adalah gadis kecil yang aku incar untuk aku dapatkan dalam dekapanku. Kau tahu siapa aku? Felix Frans Taylor. Kau pasti kenal dengan marga Frans Taylor bukan? Orang yang lebih kaya dibanding keluarga Herdanson.” Felix tertawa kecil melihat wajah pucat lelaki tengik yang masih ditahan olehnya. “KAU LELAKI TUA YANG DICERITAKAN KEKASIHKU?!” Felix mengusap telinganya mendengar teriakan dari lelaki miskin dan hanya mengharapkan uang Balbara saja. Felix menatap pada anak buahnya yang berdiri dengan badan tegap dan menunggu perintah Felix. “Kalian cepat urus bocah tengik itu. Teriakannya membuat kupingku sakit. Saya mau pulang dulu, melihat apakah gadis nakal itu sudah pulang atau belum. Buat seolah lelaki ini menghilang bak ditelan bumi dan jangan sampai teman-teman atau keluarganya tahu kalau dia dibunuh.” “Siap bos! Kami akan melaksanakan pekerjaan kami dengan baik. Pengawal itu menunduk dan mulai melaksanakan perintah dari Felix, melenyapkan bocah yang mereka tahan dan tidak membuat orang-orang terdekat bocah itu tahu kalau dia sudah mati. *** Felix berjalan masuk ke dalam rumah Herdanson. Matanya mencari gadis nakal yang siang gadi dikuntit olehnya dan tahu ternyata, kekasih bocah itu hanya seorang lelaki miskin yang ketampanannya jauh di bawah Felix. “Kau sudah pulang?” Tanya Felix menatap Balbara yang berbaring di sofa, dengan pakaian rumahannya begitu minim sekali. Kekurangan bahan. Balbara mencibir. “Kau tidak bisa melihat Uncle, kalau aku sudah ada di sini maka aku sudah pulang. Kau itu seharusnya aku tanya, kau ke mana? Bukannya di rumah menjagaku malah kau melayap. Aku akan melaporkan pada Daddy!” Felix terkekeh kecil mendengar ancaman dari Balbara. Lucu sekali. “Laporkan saja sayang. Uncle tidak takut manis. Lagian Uncle bukanlah orang pengangguran yang hanya meminta uang pada orang tuanya, lalu orang tuanya tak mau memberi uang. Maka mengentak kaki dan bibir manyun.” Sindir Felix menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. “Ya. Kau memang bukan pria tua pengangguran. Tapi kau harus melaksanakan amanat dengan baik, menjagaku dengan baik bukan malah jam sebelas malam baru pulang. Bilang saja kau habis dari hotel melakukan hubungan tidak terpuji dengan wanita bayaran.” Felix mengangkat sebelah alis. “Kau cemburu sayang? Tenang saja, walau banyak wanita bayaran di luar sana yang bisa memuaskan burungku yang jantan dan perkasa ini. Tapi, aku masih menunggu kue tembemmu itu untuk dimasuki oleh burungku, dan kita akan mendesahkan nama satu sama lain membuat ranjang roboh layaknya Edward Cullen dan Bella Swan.” Felix tertawa kecil, melihat wajah Balbara yang merenggut dan setelahnya gadis nakal itu berdiri. “Mau ke mana sayang? Mau ke kamar langsung? Ahh, tunggu dulu. Kita bisa berbicara dulu sebentar sebelum kita berjatuhan keringat di atas ranjang. Duduklah dulu manis, berbicara intim sebelum melakukan hubungan intim itu menyenangkan sekali.” Tanda Felix langsung mendapatkan lemparan bantak sofa dari Balbara. “Lelaki tua m***m! Kau tidak punya otak. Aku akan mengadukan pada Daddy dan Mommy tentang kelakuan tak terpujimu ini!” Felix semakin tertawa mendengarnya. “Adukan saja sayang. Aku tidak takut.” Felix semakin suka melihat Balbara yang kesal padanya. Tambah lucu dan Felix ingin menghantam lubang Balbara yang pasti sangat sempit dan legit sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD