Bab 04. Menguntit

1060 Words
“Kau mau ke mana?” Balbara menghentikan langkahnya, ketika mendengar pertanyaan dari lelaki m***m yang hanya memakai celana pendek dan membiarkan bagian tubuh atasnya tereskpose seolah menggoda Balbara sekarang. Memanggil Balbara untuk membeli roti sobek yang begitu keras dan mengkilat akibat keringat dari lelaki itu yang sengaja berolahraga di depan Balbara dari pagi. “Melacur! Kenapa? Bukankah Balbara tidak diberi uang oleh Mom dan Dad. Maka Balbara akan mencari uang dengan menjual diri.” Jawaban ketus dan senyuman manis yang ditunjukan pada Felix. Membuat lelaki tua yang seksi dan matanya tajam bak seorang iblis itu, menyeringai dan melipat tangannya di depan. “Melacur cantik? Bukankah sudah ada sugar daddy di depanmu sekarang. Kau bisa membuka pakaianmu sekarang, lalu mengakang di depanku. Tentu saja aku memberimu bayaran yang sangat tinggi. Satu juta dollar. Dua juta dollar. Atau kau mau lima juta dollar sayang? Akan saya berikan. Mumpung hanya kita berdua saja di rumah. Kita bisa bermain Mama Papa.” Senyum lelaki itu sudah berubah m***m. Balbara mengibaskan rambutnya ke belakang mengelus leher jenjangnya yang putih bersih, seolah menggoda lelaki tua di depannya sekarang. “Papa… sini sentuh Mama, Pa. Mama sudah tidak tahan. Tidak tahan tendang burung Papa itu!” Ucap Balbara melepaskan sandal tinggi tumitnya, melempar ke arah Felix yang sigap mengelak. “Ck! Kau hobi sekali melemparku sayang. Daripada kau melempar lelaki tampan sepertiku ini. Lebih baik kau berlutut di depanku sekarang, memasukan burungku yang gagah perkasa ini ke dalam mulutmu yang tajam itu sayang. Itu lebih berguna manis.” Felix berdiri sembari mengelus miliknya yang berdiri setengah. Ahh, sudah lama sekali Felix tidak mencari lubang untuk memasukan burungnya ini. Menggenjot wanita untuk memuaskan miliknya. Namun dia masih tahan untuk tidak keluar, kalau di rumah ini ada si manis yang bersikap begitu kasar namun sangat menarik sekali dilihat oleh dirinya, ia melihat gadis itu yang mendengkus kasar. “Mulutku ini! Wow! Kau begitu terobsesi sekali untuk aku memuaskan dirimu ya Uncle. Sayang sekali, Balbara yang cantiknya bak Gigi Hadid ini, sudah punya pacar Uncle. Pacar Balbara tentu saja tidak tua. Dia masih muda, tampan, manis, uhh! Lucu sekali.” Ucap Balbara, tanpa menyadari wajah Felix yang berubah datar. Tidak suka mendengar apa yang dikatakan oleh Balbara barusan. Gadis kecilnya sudah punya pacar. Tidak! Balbara hanya miliknya. Balbara, the little girl who belonged to him! “Kau sudah punya pacar? Sekarang kau mau bertemu dengan kekasihmu sayang?” tanya Felix. Balbara mengangguk semangat. “Ya, dan aku akan memgirim fotonya padamu nanti Uncle. Betapa tampannya pacarku itu. Kau tidak bisa menyaingi ketampanan pacarku.” Balbara tertawa sembari menutup mulutnya. Felix mengangguk saja, sembari memasukan tangannya ke dalam saku celananya. “Silahkan pergi sayang. Anak muda memang harus menikmati waktunya bersama lelaki yang dicintainya. Uncle mu ini tidak akan mengaturmu dan tidak marah kalau kau punya kekasih manis. Tapi, jangan pulang malam sayang, tidak baik.” Pesan Felix tersenyum manis. Balbara mengangkat sebelah alis. “Kau mengizinkanku pergi? Kau tidak melarang?” tanya Balbara bingung. “Untuk apa aku melarang sayang. Semua yang Uncle katakan tadi kemarin, semalam, semuanya hanyalah candaan saja sayang. Bukan hal yang serius yang harus kau dengarkan. Lagian Uncle ini memang lelaki tua yang tidak bisa bercanda ala anak muda. Bercandanya hal dewasa.” Felix terkekeh kecil. Balbara menelan salivanya. Kekehan Felix seperti iblis. Balbara dengan cepat berjalan keluar dari dalam rumah. Ini sudah jam lima petang! Balbara tidak mau membuat kekasihnya menunggu terlalu lama, lebih baik ia pergi sekarang. Felix yang melihat Balbara sudah keluar dari dalam rumah. Ia dengan santai berjalan menuju kamarnya. Ia memakai pakaiannya dengan cepat, lalu dia kembali turun ke bawah. Masuk ke dalam mobil dan melihat GPS di handphone nya. Hem… gadis kecilnya sudah berada di salah satu kafe ternyata. Cepat sekali sayang. Felix tertawa kecil, dengan cepat menghidupkan mobilnya, dan menancap gas menuju tempat Balbara. Felix mau melihat seperti apa rupa lelaki yang dikatakan oleh Balbara begitu tampan dan dirinya tidak akan bisa mengalahkan lelaki itu. Felix menghentikan mobilnya di parkiran kafe. Ia membuka kacamatanya perlahan, lalu melihat ke dalam. Umm… baru kali ini dirinya menguntit perempuan. Dan perempuan yang dikuntit adalah anak kecil yang teteknya saja baru tumbuh. Namun begitu cantik sekali. “Dimana gadis nakal itu?” tanyanya melihat ke dalam. Tidak menemukan gadisnya di dalam. Felix begitu malas sekali masuk ke dalam sana. Dirinya akan menjadi daya tarik orang-orang di dalam sana, yang menatap lelaki mapan dan tampan masuk ke dalam kafe tempat anak-anak muda yang sedang nongkrong, duduk dengan teman sebaya atau kekasih mereka. Membicarakan hal yang jauh dari pembahasan Felix tentu saja. Namun dengan terpaksa Felix masuk ke dalam sana. Memakai topi dan kacamatanya kembali. Lalu dia memakai kaos berwarna hitam yang begitu kontras sekali dengan kulitnya yang coklat dan otot lengannya yang membuat kaum hawa menitikan air liurnya melihat penampilan Felix sekarang. Felix berjalan masuk ke dalam kafe. Matanya dengan cepat menemukan gadis kecilnya yang duduk di depan seorang lelaki muda yang urakan dan terlihat bandel. Ohh… itu kekasih Balbara? Miskin dan lebih kaya raya dia. Felix tahu mana orang kaya mana orang miskin. Karena dia sudah kaya dari lahir, atau dari dalam kandungan ibunya. Sehingga dia tahu mana orang kaya dan miskin. Lihat saja kemeja itu? Kemeja yang sudah usang dan warnanya memudar. Balbara sayang, kenapa kau mencari lelaki seperti itu. Padahal di sini ada lelaki yang sudah mapan dan tentunya membuat kau bahagia dengan uang. “Baby, aku butuh uang lima ratus dollar. Motorku rusak, kau tahu aku susah untuk pergi ke sana kemari tanpa adanya motor.” Felix yang duduk di belakang Balbara, mendengar apa yang dikatakan oleh kekasih Balbara, menyeringai. Oh! Uang Balbara habis karena menghidupi lelaki miskin. Kalau Harris tahu ini, pasti temannya itu akan marah pada putrinya. “Bagaimana ini, aku tidak ada uang. Ayahku tidak mau memberikanku uang. Aku harus mencarinya dimana?” tanya Balbara bingung. “Sayang, kau bisa memintanya pada kakakmu. Ayolah! Aku butuh uangnya sayang.” “Baiklah, aku akan mencoba untuk menghubungi Brian. Meminta uang padanya. Mudahan saja dia mau memberiku uang.” “Terima kasih sayang. Aku cinta padamu.” “Aku juga cinta padamu.” Felix mengusap telinganya kasar. Cinta padamu! Hei! Dia tidak suka mendengar itu, tangan Felix menari di atas keyboard ponselnya. Makan itu cinta. Karena Felix tidak suka gadisnya dimanfaatkan. Dan lelaki itu harus diberi pelajaran. Felix berdiri dari tempatnya, lalu keluar dari dalam kafe dengan menyeringai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD