Bab 07. Bajinga'n Tua!

1046 Words
“Uncle! Kau harus memanggil tukang bersih untuk membersihkan kamarku Uncle. Ada binatang yang masuk ke dalam kamarku.” Ucap Balbara berkacak pinggang di depan Felix yang sedang menikmati kopinya lalu melihat pada Balbara yang begitu cantik. Mata Felix terpejam. Ia masih membayangkan bagaimana tubuh molek Balbara yang tidak dibalut oleh sehelai benangpun, membuat bagian bawah tubuhnya kembali berdiri. Oh s**t! Dia sungguh ingin menarik Balbara sekarang dan duduk di atas pangkuannya. Lalu menurunkan celana dalam gadisnya itu dan membuka celananya juga. Felix menghentak masuk miliknya ke dalam lubang surgawi Balbara yang sempit dan legit. “Uncle! Kau tidak mendengar apa yang aku katakan hah?! Ada hewan di dalam kamarku. Dan kau tahu? Pahaku terkena cairannya.” Balbara menyikap roknya dan memperlihatkan pahanya yang putih mulus pada Felix— si lelaki kurang ajar yang membuat hewan terfitnah dengan kelakuannya pada Balbara. “Hewan apa Balbara? Bukankah rumah ini selalu dibersihkan dengan baik. Bahkan pekerja di rumah ini tidak pernah absen untuk membersihkan kamarmu.” Felix menyuap roti panggang yang ada di piringnya ke dalam mulut. “Ck! Kau tidak mendengar apa yang aku katakan Uncle! Aku tidak tahu binatang apa. Yang jelas aku tidak mau pahaku terdapat lendir yang berbau amis dan rasanya— iyuhhhhhh--- tidak enak.” Ucap Balbara dan memperagakan dirinya yang mau muntah lagi. Felix akan membuat gadis kecilnya itu merasa ketagihan dengan cairannya nanti. Ya, sekarang Balbara boleh tidak suka dengan cairannya, tapi lihat saja nanti. Balbara pasti suka dengan cairannya yang begitu dibanggakan oleh Felix. “Aku mendengarnya Balbara. Tapi kau tidak menyertakan bukti, aku tidak melihat apapun di pahamu. Bahkan pahamu ini terlihat mulus dan menggoda sayang.” Tangan Felix dengan kurang ajarnya mengelus paha Balbara. Balbara melotot dan menepis kasar tangan Felix lalu memundurkan tubuhnya tiga langkah dari depan Felix. “Jaga tanganmu Uncle! Kau tidak bisa menyentuhku dengan cara kurang ajar itu. Aku akan menendangmu keluar dari sini saat orang tuaku pulang.” Balbara menatap tajam pada lelaki tua yang selalu saja bersikap m***m padanya. Felix tertawa kecil. Perlahan Felix berdiri menarik pinggang Balbara mendekat padanya. “Kau mau mengadu sayang? Coba saja kau mengadu pada ayahmu dan ibumu. Apakah mereka akan mendengar ucapan dari anak nakalnya ini, yang hanya tahu mengahmburkan uang untuk laki-laki. Aku akan mengatakan pada Harris lebih dulu, uang yang diminta oleh putri kecilnya selama ini untuk membiayai lelaki.” Ucap Felix terkekeh kecil melihat wajah Balbara yang tegang. “Dari mana kau tahu?!” tanya Balbara penasaran. “Tidak perlu bertanya sayang, dari mana aku tahu itu. Yang jelas aku akan mengadukan pada ayahmu.” “Jangan berania mengadu pada Daddy!” Balbara mendorong tubuh Felix agar menjauh darinya. Felix tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Balbara. “Hem… baiklah sayang. Uncle mu yang tampan dan baik hati ini. Tidak akan mengadu pada ayahmu sayang. Asalkan kau menjadi model di agensiku. Kau tidak akan rugi sayang, menjadi model di agensiku. Malahan kau bisa mendapatkan uang dengan hanya bergaya di depan kamera, tidak perlu merengek lagi meminta uang pada ayah dan kakakmu sayang.” Balbara menepis tangan lelaki itu yang berusaha untuk mengelus rambutnya. Ia tidak suka pada Felix yang menatapnya dengan tatapan mesumnya. “Aku tidak mau. Jangan paksa! Kembali ke topik awal. Kau harus memanggil tukang bersih Uncle. Aku tidak mau kamarku dihuni oleh banyak binatang!” Balbara menghentak kakinya dan matanya menatap pada lelaki di depannya sekarang. Felix tersenyum. “Nanti aku panggil. Kau mau ke mana? Mau bertemu dengan lelakimu itu lagi? Memberikan uang yang banyak untuknya?” tanya Felix. “Ya! Aku mau bertemu dengannya. Ternyata dia meneleponku, dan aku tidak menjawab panggilannya. Kasihan sekali kekasihku. Dia harus tahu kalau aku tidak sengaja menjawab teleponnya kemarin.” Ucap Balbara tersenyum senang. Felix mengulum senyum. “Silahkan pergi. Tapi ingat, jangan pulang malam Balbara. Dan kau harus tetap pergi ke kampus dan belajar yang benar cantik. Karena aku tidak suka istri bodoh yang mengabaikan pendidikannya.” “Siapa yang mau menikah dengan lelaki tua sepertimu Uncle. Aku tidak mau menikah denganmu Uncle.” Balbara mengibas rambut ke belakang, lalu ia berjalan melewati Felix dengan menabrak pundak lelaki itu. Felix melihat kepergian Balbara tertawa kecil. “Tidak mau menikah denganku sayang? Umm… kita lihat saja nanti sayang. Kau pasti mau menikah denganku sayang. Siapa yang bisa menolak pesona lelaki tampan dan mapan ini? Tidak ada.” Felix tertawa kecil, mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar dari dalam rumah keluarga Herdanson. *** Felix masuk ke dalam agensinya, lalu melihat pada wanita cantik yang beberapa hari ini dekat dengannya. “Melani sayang, kau tambah seksi.” Felix memeluk Melani dan meremas b****g wanita itu sensual. Melani tertawa kecil. “Kau juga tambah tampan dan seksi. Sudah lama sekali kau tidak datang kemari, aku merindukanmu.” Melani memainkan kancing kemeja Felix, matanya menggoda Felix yang tertawa kecil melihat Melani yang sudah mulai merapatkan payudaranya pada Felix. “Kau merindukanku sayang? Atau kau merindukan milikku yang selalu menghantam lubangmu itu?” tangan Felix mengusap milik Melani yang langsung mendesah dan mendongak ke atas. “Hem… ya, aku merindukan milikmu. Aku mau kau memasuki milikku sekarang. Ayo, masuki aku Felix. Aku mau merasakan bagaimana milikmu itu keluar masuk di dalam milikmu. Toilet perusahaan bagaimana?” tanya Melani, langsung menarik tangan Felix tanpa menunggu lelaki itu untuk menjawab pertanyaannya. Felix tertawa kecil, dan menuruti apa yang dimau oleh Melani. Anjing yang diberi tulang mana mungkin menolak. Felix pasti menerima dengan baik wanita yang menjatuhkan diri padanya. Balbara yang baru datang ke perusahaan Felix, melihat Felix yang berjalan masuk ke dalam toilet bersama wanita lain. Ia menggelengg pelan. “b******n tua. Kau berlagak tertarik padaku, tapi ternyata kau tertarik setiap pada wanita seksi yang memberikan lubang vaginanya suka rela padamu. Akh! Untuk apa aku ke sini? Aku tadi mau meminjam uang tapi tidak jadi. Dad! Brian! Kalian menyebalkan sekali. Aku pasti mati dengan uang yang hanya $250 di rekeningku. Aku tidak bisa membayangkan hidup dengan uang sebanyak itu. Menyebalkan!” Balbara menghentak kaki, dan berjalan menuju mobilnya. Ia membawa mobilnya pergi dari perusahaan Felix. Tidak mau menunggu b******n tua itu yang sedang mantap-mantap dengan salah satu modelnya. Memang lelaki suka lubang v****a! Sekarang Balbara harus memikirkan bagaimana dapat uang? Menelepon ayah dan kakaknya juga percuma, mereka tidak menjawab panggilan Balbara. Mereka mau menyiksa Balbara. Kejam sekali mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD