Mata mahasiswi yang lewat menatap nakal pada lelaki yang menyandar di mobilnya – bugatti chiron seharga 2,9 juta dollar (45 Milyar Rupiah) – siapa yang tidak akan tertarik melihat lelaki itu yang dari kalangan parlente dan memiliki pesona yang begitu mewah. Ahh! Jangan lupakan cerutu yang terus dihisap olehnya dan kedipan mata yang dilayangkan oleh lelaki itu pada gadis-gadis yang lewat di depannya.
“Bokongmu sangat meenggoda sekali. Uhh! Pasti pacarmu puas dengan bokongmu!”
Bukannya marah dengan apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Malahan gadis yang dikatakan bokongnya tadi, dengan sengaja menjatuh ponselnya, lalu ia mengambilnya dengan sedikit menungging di depan lelaki itu. Rok mini yang dikenakan olehnya tersikap memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna merah menyalah.
“G-string heh?” tanya lelaki itu tertawa kecil.
Pipi gadis itu bersemu merah sembari menggigit bibirnya. “Nomorku…” ucapnya memberikan ponselnya setelah mencari nomornya dan mengulurkan pada lelaki di depannya.
“Ck! Untuk apa kau di sini Uncle? Kau mau menggoda para jalang di kampus ini?” Balbara menatap sinis pada teman sejurusannya yang ia tahu sebagai simpanan dosen.
Felix tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh gadis kecilnya. Felix membuang cerutunya dan berjalan mendekati Balbara, membawa Balbara untuk mendekat dengannya, memeluk pinggang Balbara yang berulang kali Balbara tolak dan berusaha untuk menjauh dari Felix.
“Uncle menjemputmu sayang. Daddy mu mengirim pesan, kalau kau tidak bisa pulang dengan mobil. Mobilmu rusak di jalan katanya. Tidak pernah kau service. Buang saja mobilmu itu!” ucap Felix dengan enteng.
“Balbara! Kau sugar baby?” tuduh gadis yang masih mengulurkan ponselnya pada Felix dan menatap tajam pada Balbara yang dipeluk oleh Felix. Ia tidak suka dengan Balbara yang mengambil incarannya.
Balbara menaikan sebelah alis menantang. “Kepalamu sugar baby! Kau kira aku semiskin dirimu hah?! Menjual tubuhmu sendiri untuk mendapatkan uang. Dia adalah teman ayahku! Aku dititipkan padanya selama ayahku pergi.” Jawab Balbara tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu padanya.
Sialan!
Dia benar-benar ingin sekali meraup wajah yang penuh dengan riasan tebal yang dikenakan oleh wanita itu. Agar mulutnya itu bisa dijaga dan tidak sembarangan menuduh. Bagaimana mungkin Balbara Herdanson – Tuan Puteri Herdanson menjadi sugar baby. Bukan Balbara itu namanya. Balbara itu anak orang kaya dan tidak kekurangan uang.
Okey!
Yang terakhir sepertinya tidak benar. Karena Balbara sekarang kekurangan uang. Membuat dirinya tidak bisa untuk foya-foya membeli apa yang dimau olehnya. Terus kekasihnya?! Oh My God! Oh My No! lelaki itu meninggalkan dirinya. Tidak tahu dimana lelaki itu sekarang. Dia sungguh benci dicampakan setelah memberikan uang yang banyak pada lelaki miskin k*****t itu.
“Sayang, apakah benar dia itu keponakanmu dan kau teman ayahnya? Aku tahu. Kalau kau pasti tidak mau menjadikannya sugar baby. Bagaimana dengan aku?” tanya gadis itu, memeluk lengan Felix mendorong Balbara untuk menjauh.
Balbara menghentak kaki. Berani sekali wanita itu mendorongnya? Ya Tuhan! Selama ini tidak ada yang berani mendorong Balbara si primadona dan sering dibicarakan oleh wartawan tentang kecantikannya yang begitu paripurna yang setara dengan Gigi Hadid— mantan Zayn Malik, yang menjadi suami idaman Balbara juga.
“Berani sekali tangan kotormu itu mendorongku? Akan aku patahkan tanganmu itu!” geram Balbara yang akan maju.
Namun Felix dengan cepat mencegahnya. “Diam ditempatmu Balbara. Jangan berani membuat keributan. Sayang, kau mau menjadi sugar baby ku?”
Jerk! Umpat Balbara dalam hatinya, menatap kelakuan lelaki tua di depannya sekarang, berkata begitu lembut dan b******n pada gadis yang semuanya palsu. Lihat d**a silikon itu. Iyuhhh! Punya Balbara lebih asli dan enak untuk diremas.
“Tentu saja sayang. Aku jamin bisa memuaskan dirimu. Kau tahu, aku pandai menggoyangkan pinggulku dan membuat lelaki puas.” Gadis itu memainkan kancing kemeja Felix yang terbuka.
Mata Felix yang kurang ajar menatap pada belahan d**a gadis di dalam rengkuhannya. Tangannya yang b******n meremas p******a itu. Dan setelahnya menggeleng. “Saya lebih suka yang asli. Minggir!” Felix mendorong wanita itu sampai jatuh terjerebab.
“Balbara sayang, masuk ke dalam. Banyak sekali semut penggoda di kampusmu ini.” Felix membuka pintu untuk Balbara dan menyuruh gadis kecilnya itu untuk masuk.
Balbara menyibak rambutnya ke belakang dan mengangguk dengan senyuman anggun. Kaki Balbara melangkah masuk ke dalam mobil.
“Aw! Sakitt!” rintih gadis yang masih berbaring di tanah dengan tangan yang diinjak oleh Balbara.
“Ups! Sorry! Aku sengaja. Hehehe.” Balbara terkekeh sembari melambaikan tangannya, meninggalkan gadis itu yang tampak kacau dan menjadi tontonan para mahasiswi dan mahasiswa.
Gadis itu mengeram marah melihat mobil yang suka pergi menjauh meninggalkan dirinya. Sialan! Berani sekali Balbara melakukan itu padanya. Sakit! Gadis itu mengusap tangannya manja. Bukannya membuat orang kasihan pada gadis itu. Malahan mereka tertawa kecil. Memangnya enak.
***
Balbara menoleh sekilas pada Felix yang sedang menyetir. Tadi menoleh sekilas, sekarang Balbara menatap fokus pada lengan lelaki matang itu yang sedang menyetir. Uhh! Bagaimana tangan itu tampak begitu gagah dan perkasa sekali.
Balbara menelan salivanya. Telapak tangan itu yang sering nakal menyentuh tubuhnya, namun sekarang pikirannya berkelana. Uh! Membayangkan film dewasa yang ditonton olehnya bersama kedua sahabatnya tadi. Ketika telapak tangan lelaki dalam film dewasa itu meremas p******a wanita dan membuat wanita itu mendesah.
Gimana rasanya?
Sialan! Kenapa otak Balbara malah tertuju bagaimana rasa itu. Buang jauh-jauh. Balbara memukul kepalanya sendiri.
“Apa yang kau lakukan Balbara? Jangan menyakiti dirimu sendiri sayang.” Tangan Felix memegang lengan Balbara, menaruh ke samping tangan Balbara untuk tidak memukul kepalanya lagi.
“Aku hanya pusing memikirkan pelajaran tadi.” Bohong Balbara.
“Tidak usah dipikirkan. Lagian kau juga gadis pintar. Itu yang dikatakan oleh ayahmu, setiap kali membicarakan dirimu.” Ujar Felix tersenyum.
Mata Balbara terpaku menatap senyuman itu. Apa-apaan dirinya, kenapa tersenyum melihat senyuman Felix? Dia sudah gila. Karena melihat senyuman lelakii tua b******n itu.
“Oh! Aku memang pintar.” Ucap Balbara menegakkan tubuh dan dagunya terangkat tinggi penuh percaya diri sekali.
Felix tertawa kecil. “Ya, kau memang gadis pintar, dan tidak perlu susah memikirkan pelajaran. Mau mampir ke hotel?”
Mata Balbara melotot. “b******n tua! Jangan beraninya kau membawaku ke hotel b*****t!” Umpat Balbara.
“Aku tidak membawamu ke kamar hotel sayang. Tapi, aku mau membawamu ke hotel menemaniku sebentar untuk bertemu dengan klien. Hanya satu jam saja cantik. Tapi, kalau kau mau untuk menginap di kamar hotel bersamaku dan kita berdua telanjang tidak apa. Aku sangat bersedia sekali. Aku tidak akan menolak, saat kau melempar tubuhmu itu padaku.”
“IN YOUR DREAMS BASTARD MAN!”
Felix semakin tertawa mendengar umpatan dari Balbara barusan. “Ya, sayang. Dan mimpiku itu pasti menjadi kenyataan.”