Apa Kamu Hamil?

1976 Words
Selamat membaca! "Bagaimana mungkin kamu memiliki wajah yang cantik tanpa make up sama sekali, apalagi kamu juga tidak pernah melakukan operasi plastik?" Nona Keisha masih tampak frustasi dan tidak percaya melihat wajahku yang cantik seperti yang dia katakan. Aku harus berterima kasih padanya karena secara tidak langsung dia memujiku lewat kejujurannya. Meskipun tanpa pujian darinya aku sudah mengetahui hal itu. Ya, aku memang terlahir dengan wajah yang cantik. Bahkan dari aku masih duduk di bangku sekolah, banyak teman laki-lakiku sampai rela mengerjakan pekerjaan rumah milikku hanya agar bisa dekat denganku. Lagi pula jika aku tidak cantik, mana mungkin Arga memanfaatkanku untuk mendapatkan banyak uang dengan mengirimku ke tempat tidur seorang pria kaya. "Dia itu memang wanita aneh," gumamku masih meliriknya dengan tatapan heran. Rasanya aku ingin tertawa melihat wajah frustasinya. Namun, aku tidak sejahat itu dan lebih memilih memainkan ponselku kembali. Membiarkan dia melanjutkan aktivitas merias wajahnya yang sudah tebal karena terlalu banyak memakai bedak. Baru beberapa saat aku sibuk dengan ponsel dalam genggamanku, sosok pria yang ingin kami temui keluar dari lift. "Itu dia yang kita tunggu-tunggu," kataku memberitahu Nona Keisha agar sadar dengan kedatangan Tuan Firdaus yang sejak tadi dinantikannya. Sebelum aku mulai bereaksi, Nona Keisha langsung mencengkram kedua tanganku. Dia menyeretku sangat cepat untuk membawaku ke hadapan Tuan Firdaus. Namun, asisten pria itu dengan cepat mengulurkan tangan untuk menghentikan kami. "Stop!" Pria bertubuh tinggi dengan wajah tegas itu mengatakannya sambil menatap kami tajam. Pria ini adalah orang yang sama dengan yang aku temui di Restoran saat menagih uang hasil pengembalian barang-barang yang dibelikan oleh Tuan Firdaus. Aku dapat perkirakan bahwa selain menjabat sebagai asisten, dia juga berperan sebagai seorang pengawal atau biasa disebut dengan bodyguard. Tuan Firdaus pun kini mulai melihatku dan Nona Keisha dengan ekspresi dingin. Kedua alisnya saling bertaut. Aku tahu dia pasti bingung melihat kedatanganku, padahal baru 3 jam lalu kami bertemu di restoran. Aku dapat membaca pesan dari sorot matanya dan menyadari bahwa cara dia memandangku sama seperti menatap Nona Keisha. Mungkin saat ini, di matanya aku sama dengan Nona Keisha yang suka mengejar dan mengganggu hari-harinya. Hal yang seketika membuatku merasa sangat tidak nyaman. "Semuanya karena wanita ini yang memaksaku untuk ikut bersamanya, tapi aku juga penasaran, memangnya apa yang akan dia katakan kepada Tuan Firdaus," gumamku yang seketika dibuat terkejut saat Nona Keisha kembali menggenggam tanganku setelah sebelumnya sempat melepasnya. Dia mencengkeramnya dengan erat membuat permukaan kulitku terasa perih dan panas. Namun, aku memilih diam. Menunggu apa yang sebenarnya ingin disampaikannya. "Firdaus, aku datang ke sini untuk memberitahu bahwa wanita ini bukanlah wanita baik-baik. Jadi kamu harus tahu itu!" Suaranya terdengar lantang. Membuatku sadar bahwa hal ini memancing perhatian dari orang-orang yang terlihat akan pergi setelah menghadiri pertemuan bisnis dengan Tuan Firdaus. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu. Bisa-bisanya dia berteriak seperti itu hanya untuk mempermalukanku. Pasti Tuan Firdaus tidak nyaman dengan semua ini, apalagi kalau sampai rekan bisnisnya yang tadi ikut meeting dengannya sampai melihat semua ini," batinku seketika langsung membisikkan sesuatu pada telinga Nona Keisha agar segera menghentikan kekacauan yang sedang dibuatnya. "Nona, setidaknya kita keluar dulu dari sini untuk bicarakan hal semacam ini!" Dia menatapku dengan tegas. "Berhentilah berpura-pura menjadi orang baik! Aku masih tidak tahu apa yang kamu pikirkan!" Tuan Firdaus bersikap acuh mendengar perkataan Nona Keisha yang mungkin menurutnya tidaklah penting. Kemudian dia kembali melanjutkan langkah kakinya menuju pintu keluar. Sambil menggenggam tanganku, Nona Keisha dengan cepat mengikuti langkah Tuan Firdaus sampai ke area parkiran. Aku tidak pernah sekalipun memiliki pengalaman mengejar pria seperti ini dan hal ini rasanya sangat memalukan untukku. "Fir, apa kau mendengar ucapanku? Kenapa kamu hanya diam saja?" Nona Keisha bertanya sambil terus menyusul Tuan Firdaus dan asistennya yang tampak tak menghiraukan perkataannya. Setibanya di samping mobil, asisten Tuan Firdaus langsung membukakan pintu mobil. Mempersilahkan pria yang tengah memunggungi kami itu masuk, mungkin dia terlalu malas untuk melihat kami lagi. Namun, Nona Keisha bertindak nekat dia langsung menutup pintu mobil agar Tuan Firdaus tidak pergi meninggalkannya sebelum dia selesai mengatakan semua hal yang buruk tentang aku. "Fir, tolong jangan pergi dulu! Aku belum selesai bicara denganmu." Melihat pintu mobil yang sudah kembali tertutup, sorot mata Tuan Firdaus semakin menatap tajam. Kali ini aku benar-benar dapat melihat kemarahan di kedua matanya. "Keisha, aku sudah pernah memberitahumu dengan sangat jelas bahwa hubungan kita sudah berakhir sejak kemarin! Kamu bukanlah wanita yang cocok untuk menjadi kekasihku." Jawaban Tuan Firdaus membuatku mulai memahami situasi yang terjadi antara keduanya. Situasi di mana Nona Keisha masih terus mempertahankan hubungannya, sementara Tuan Firdaus sudah benar-benar muak terhadapnya. "Oh, ternyata dia sudah dicampakkan. Makanya, Nona Keisha sengaja mengajakku ke sini untuk menjelek-jelekkan aku agar Tuan Firdaus tidak tertarik denganku. Dia mengira jika aku berusaha mendekati Tuan Firdaus untuk menggantikan posisinya," gumamku menganalisa dari apa yang aku lihat. Seketika drama yang terjadi di depan mataku ini layaknya serial Korea yang sering aku tonton. Sungguh menarik dan benar-benar sesuai dugaanku jika hal ini seketika membuat rasa bosanku sedikit menghilang. “Tidak, Fir! Aku tidak ingin hubungan kita berakhir begitu saja karena wanita ini!" Nona Keisha meraih kedua tangan Tuan Firdaus dan menangis dengan terisak-isak. "Lepaskan! Sekarang tolong jangan ganggu aku!" Tuan Firdaus kembali memutar tubuhnya setelah berhasil melepaskan genggaman tangan Nona Keisha. Tanpa memedulikan tangisan dari mantan kekasihnya, dia pun mulai memasuki mobilnya. “Asal kamu tahu saja, Fir. Dia itu sudah bertunangan dan hampir menikah. Tapi pernikahannya gagal karena dia hamil anak pria lain, bukan hamil anak tunangannya. Dia bukan wanita baik-baik seperti yang kamu pikirkan. Apa kamu yakin ingin mengakhiri hubungan kita hanya gara-gara dia?" Kedua mataku dapat menangkap keterkejutan dari Tuan Firdaus. Seketika gerakannya terhenti. Tubuhnya yang membungkuk karena ingin masuk ke dalam mobil kini kembali tegak dan dengan cepat berbalik. Dia mulai menatapku dengan raut tidak percaya. "Apakah kamu benar-benar hamil?" Ketika dia bertanya akan hal itu, aku dapat melihat bahwa ekspresinya sangat natural. Dia benar-benar seperti orang yang baru pertama kali mendengar tentang kehamilanku ini. Tidak tampak sedikit pun kepura-puraan di wajahnya. Ketika seseorang tiba-tiba mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya, biasanya dia terkejut hanya pada saat di awal saja dan perlahan wajah pura-puranya pasti akan langsung terlihat. Namun, berbeda dengan hal ini. Reaksi Tuan Firdaus seketika mengirimkan sebuah sinyal padaku bahwa dia memang benar-benar tidak tahu jika aku sedang mengandung saat ini. "Apa benar yang dikatakan Arga jika dia bukan ayah dari anak yang aku kandung ini? Tapi entah kenapa sampai saat ini aku masih percaya jika pria itu adalah dia." Aku masih terus mencerna semuanya. Menganalisa dari apa yang aku lihat dengan kedua mataku sendiri. "Tapi ekspresinya saat ini seperti tidak sedang berpura-pura." Aku kembali berpikir keras. Membuat hatiku tiba-tiba membeku dengan kesepuluh jari tanganku yang gemetar. "Jawab pertanyaannya, Dinda! Jangan diam saja!" titah Nona Keisha memintaku untuk menjawab pertanyaan Tuan Firdaus. Suaranya terdengar lantang. Dia benar-benar menuntutku bicara. Namun, aku masih hanyut dengan pikiranku sendiri. Sesaat semua kebisingan itu terasa senyap bagiku. Sampai akhirnya, aku menyadari kekecewaan yang begitu dalam karena kenyataan ini. "Kenapa aku sangat menginginkan pria yang telah menghamiliku adalah Tuan Firdaus? Kenapa aku berharap jika dia adalah ayah dari bayi yang aku kandung saat ini? Apa karena dia tampan dan sangat kaya? Atau bahkan karena aku mulai menyukainya?" batinku bertanya-tanya pada diri sendiri. Setelah hanya mematung diam tanpa suara, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dan tak lagi tertarik dengan apa yang terjadi di antara mereka berdua. Namun saat aku berbalik, Nona Keisha kembali mencengkram tanganku dan mencegahku agar tidak pergi. Kali ini aku tak tinggal diam, dengan cepat aku melepaskan secara paksa hingga kulitku tergores kuku tangannya yang panjang. "Heh, mau ke mana kamu? Siapa yang mengizinkanmu pergi? Urusan kita belum selesai! Kembalilah dan katakan tentang dirimu yang sebenarnya pada Firdaus dengan jelas!" teriaknya dengan keras. Dia tidak mengejarku karena dia tidak mau melepaskan Tuan Firdaus yang bisa saja pergi jika dia mengejarku. Aku pun terus berjalan ke arah mobilnya karena snackku masih ada di dalam sana. Mobil mereka diparkir tidak terlalu jauh sehingga keduanya masih dapat mendengar suaraku dengan jelas. "Buka pintunya, aku ingin mengambil cemilanku yang ada di dalam!" teriakku dengan keras pada Nona Keisha. Tiba-tiba tubuhnya didorong oleh Tuan Firdaus hingga jatuh dalam pelukan asistennya karena jika tidak menahannya, maka Nona Keisha mungkin akan terjatuh ke aspal. Dia tidak punya waktu untuk berbicara denganku dan aku tidak punya waktu untuk melihatnya mengganggu pria yang sama sekali tidak menginginkannya. "Nona Keisha, cepat buka pintunya!" Kataku lebih keras lagi, lalu aku mengambil batu bata yang berada tidak jauh dari posisiku. "Jika kamu tidak membuka pintunya, maka aku akan memecahkan kaca mobilmu!" "Kamu berani!" tanyanya sambil melototiku. Mungkin Nona Keisha berpikir jika aku tidak berani melakukan hal itu dan hanya menggertaknya, itu mungkin karena dia memang belum mengenalku dengan baik. Aku pun langsung mengangkat batu bata yang kini sudah ada dalam genggamanku dan mulai memukul kaca mobilnya, tetapi pukulan pertama ternyata tidak mampu memecahkannya. Kualitas kaca mobil sport miliknya sangatlah baik dan sepertinya aku harus melakukannya sekali lagi dengan sekuat tenaga. Wanita itu melihat bahwa aku benar-benar berani. Jadi dia terpaksa melepaskan Tuan Firdaus dan berlari ke arahku sambil meluapkan amarah dengan beruraian air mata. "Kamu gila, Dinda. Kamu benar-benar gila!" Dia begitu menyayangi mobil mewahnya hingga dia segera membukakannya. Aku pun segera masuk dan duduk di kursi jok samping kemudi. Membuat matanya menatapku dengan tatapan kosong. "Kenapa kamu malah duduk di sana? Bukankah kamu hanya ingin mengambil cemilan murahanmu itu?" "Antar aku kembali pulang karena kamu yang sudah mengajakku ke tempat ini!" Gedung JCC sangat jauh dari rumahku dan untuk naik taksi aku tidak mau. Walaupun sekarang aku memiliki banyak uang, tapi aku tidak mau terlalu boros dengan menghabiskannya untuk membayar ongkos taksi yang pastinya tidak akan murah. Lagi pula bukan keinginanku berada di tempat ini. Aku hanya dipaksa olehnya. Jadi dia harus bertanggung jawab akan kepulanganku. Nona Keisha menatapku seperti orang bodoh, dan ketika dia bereaksi, mobil Tuan Firdaus sudah melaju pergi melewatinya. Dia menghentakkan kakinya dan berteriak. "Firdaus jangan pergi! Fir, tunggu aku! Kamu tidak bisa meninggalkanku begitu saja, Fir!" Aku membuka sebungkus permen yupi, memasukkan ke mulut, lalu menggigitnya sambil melihat wanita itu menangis. Dalam keadaan menangis Nona Keisha segera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Lalu dia melajukan kendaraannya sambil terisak pedih. Membuat make up yang ada di wajahnya seketika luntur. Setelah lelah menangis, kini tangisannya perlahan-lahan mulai mereda, tapi kemudian dia langsung menatapku dengan sorot mata yang tajam. "Ini semua gara-gara kamu, Dinda! Kalau saya tidak bisa mendapatkan Firdaus, maka kamu juga tidak boleh mendapatkannya!" "Aku memang tidak ingin mendapatkannya sejak awal, Nona. Kenapa kamu sangat cemburu padaku?" "Kamu berbohong!" jawabnya yang mulai tidak percaya padaku. "Aku baru mengenalnya beberapa hari, lalu apa alasan yang membuatku sangat ingin mendapatkannya?" “Firdaus sangat tampan dan kaya, mengapa kamu tidak ingin mendapatkannya?” Dia sangat terkejut sehingga tangisannya berhenti total. “Jadi kamu berpikir saya berusaha mendapatkan dia karena dia tampan dan kaya?” Jujur aku geli dengan teori berpikir wanita itu. “Nona, biar saya beritahu sesuatu ya! Di dunia ini ada begitu banyak pria kaya dan juga tampan, kalau saya ingin mendapatkan semuanya, bukankah itu melelahkan?” “Kamu berbohong, kamu pasti menyukai Firdaus, tapi kamu tidak berani mengatakannya!” Dia menggertakkan giginya. Melihat dia yang berulang kali menolak percaya dengan semua yang aku katakan membuatku segera mengalihkan pandangan darinya. Namun, saat aku menoleh lurus ke depan ada sesuatu yang membuatku takut setengah mati. "Mobil, awas mobil! Nona Keisha, fokuslah dan lihat jalan!" Mendengar teriakanku barulah Nona Keisha melihat ke depan, tapi terlambat, sebuah mobil yang berada tepat di depan hampir kami tabrak. Dia pun berteriak dan membanting kemudi hingga mobilnya menabrak pohon besar yang berada di pinggir jalan raya. Benturan yang sangat keras membuat airbag seketika keluar dan itu sangat menyakitkan ketika mengenai wajahku. Aku pun mulai mengaduh. Merasakan detak jantungku yang sudah tak karuan karena kejadian itu. Namun, ada hal yang seketika aku ingat, yaitu tentang kandunganku saat ini, apa baik-baik saja atau tidak. Bersambung ✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD