Tivana pov
Kak Ardian beberapa kali meneleponku untuk mengajak ketemuan. Mungkin ia ingin menjelaskan ucapan yang dilontarkan olehnya saat kejadian itu. Aku menerima teleponnya namun dengan halus aku menolak ajakannya untuk bertemu. Dengan sejuta alasan.
Aku tak ingin membuat Al cemburu buta, dan aku juga tak ingin perasanku kacau lagi. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga dengan tenang bersama suami posesifku. Namun rupanya Kak Ardian bukan pria yang mudah menyerah. Ia terus menghubungiku meski aku jelas-jelas sudah menolak ajakannya untuk bertemu.
“Tiv, apa kamu sudah tidak ikutan cooking class lagi?’ suatu saat Kak Ardian meneleponku dan menanyakan hal itu.
“Ehm..aku sedang banyak urusan, Kak. Daripada bolos melulu mending aku stop aja,” kataku beralasan.
Kudengar Kak Ardian menghela napas berat di ujung telpon sana.
“Apa ada alasan lain?” tanyanya memancing.
Sesaat aku bingung mau menjawab apa, namun akhirnya kuputuskan bahwa aku harus mengatakan kebenarannya.
“Maaf, Kak. Aku melakukan itu untuk menjaga perasaan suamiku. Supaya rumah tangga kami tentram.”
Kak Ardiam terdiam sejenak kemudian ia bertanya, "suamimu melarangmu menemuiku, kan," perkataannya lebih kearah pernyataan daripada pertanyaan.
"Maaf, Kak. Al memang cemburuan. Padahal aku sudah menegaskan tak ada apa~apa diantara kita. Itu hanya masa lalu.."
"Tiv, kamu sudah mengingat semuanya?" mendadak Kak Ardian memotong ucapanku.
"Belum, Kak. Aku hanya menduga, mungkin sebelum bertemu suamiku, kita pernah menjalin hubungan kan?"
Sekali lagi kak Ardiam terdiam cukup lama. Kemudian ia berkata dengan pedih, "Kau mengatakannya seolah hubungan kita dulu tak berarti bagimu."
Hatiku ikut pedih mendengarnya, apa~apaan ini?
"Maaf Kak, aku tak bermaksud begitu. Aku..aku.."
"Ya, kau masih belum mengingat semuanya. Di satu pihak aku senang kau tak bisa mengingatnya hingga kau bisa menjalani hidup yang tenang bersama suamimu. Di lain pihak aku ingin egois, aku ingin ingatanmu segera kembali supaya kau bisa mengingatku seperti dulu,” ucap Kak Ardian yang membuatku bingung.
Ada apa dengan masa laluku? Mengapa semua orang mempermasalahkan ingatan masa laluku?
"Maaf, Kak. Meski aku bisa mengingat masa laluku tetap tak akan merubah kehidupanku yang sekarang. Aku mencintai suamiku dan aku tak ingin kehilangan dia."
Maaf Kak Ardian, mungkin ini menyakitimu sekarang. Tapi aku tak ingin memberikan harapan palsu padamu.
Kak Ardian menarik napas berat, kemudian ia berkata dengan parau, "bila demikian aku tak akan menganggumu lagi. Semoga hubungan kalian langgeng terus. Aku senang kau bahagia, Tiv."
Ia seakan mengucapkan kata perpisahan. Entah mengapa mendengarnya membuat hatiku terluka. Tanpa terasa air mataku mengalir. Selamat tinggal, kak Ardian. Maafkan aku..
***
Author pov
Seumur hidupnya Alvaro tak pernah merasa sebahagia ini. Selama ini hidupnya hanya diisi dengan kata kerja, kerja, dan kerja. Sesekali melakukan kencan sih walau kencan tak berarti yang diakhiri dengan one night stand. Dia tak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun.
Sampai takdir menemukannya dengan Tivana!
Saat itu, ia berada di Yunani untuk urusan bisnisnya dengan Tuan Lorenzo. Yang tidak ia ketahui adalah Tuan Lorenzo memiliki bisnis sampingan di dunia mafia dan secara tak sengaja ia sudah melakukan kencan one night stand dengan istrinya. Laila alias Pricilla.
Laila adalah maniak seks yang merasa terpuaskan oleh Alvaro dan berniat menjadikan Alvaro miliknya, bahkan dia berniat menceraikan suaminya supaya dapat menikahi Alvaro! Tentu saja Alvaro berusaha menghindar. Dengan berbagai cara. Hingga sengaja mengatakan bahwa ia telah menikah.
Bagai telah ditakdirkan, ia berhasil mengabadikan foto 'menikah'nya bersama Tivana yang baru dikenalnya. Alvaro mengira semua permasalahannya terselesaikan dengan baik. Namun takdir membawanya semakin dekat dengan Tivana. Gadis itu mengalami kecelakaan, ia ditabrak mobil setelah berfoto dengannya! Kebetulan fotografer yang memotret mereka mengetahui kejadian itu dan berlagak pahlawan memberitahu Alvaro yang dikiranya suami Tivana.
Alvaro tergerak menolongnya karena merasa kasihan saja. Setelah menasukkannya ke rumah sakit ia berniat mengabari keluarga gadis itu dan langsung say ‘goodbye’. Namun sekali lagi takdir mengatur semuanya, di RS ia bertemu dengan Laila
"Siapa perempuan itu?" tanya Laila to the point. Tivana saat itu sedang mendapat perawatan di ruang ICU.
"Istriku," jawab Alvaro sambil menunjukkan foto pernikahannya pada Laila.
Laila melirik sekilas dan mendengus kesal.
"Kau tidak mempermainkan aku kan? Selembar foto ini tak akan membuatku percaya kau sudah menikah. Aku sudah menyelidikimu, tak ada berita kau telah menikah, Alvaro!"
"Pernikahanku memang tak dipublikasikan. Sebenarnya aku kemari selain berbisnis dengan suamimu juga untuk menikah dan berbulan madu."
"Oh, kalian baru saja menikah? Bila demikian tunjukkan surat nikahmu!"
"Sure."
Kali ini ia harus minta bantuan Tuan Lorenzo. Mafia b******n itu yang mengatur semuanya supaya ia dapat menikahi Tivana meski gadis itu sedang koma!
Setelah menunjukkan surat nikahnya pada Laila, Alvaro membawa pulang Tivana yang masih koma untuk menghindari masalah dengan Laila. Alvaro berniat mengembalikan Tivana pada keluarganya secara baik~baik, tentu saja tanpa menyebutkan statusnya sebagai suami Tivana.
Namun saat melihat Ardian yang begitu menguasai Tivana dan tahu status pria itu sebagai tunangan Tivana membuat Alvaro merasa tak rela! Tivana adalah miliknya! Ia tak rela membaginya dengan pria lain. Meski ia tahu, sesungguhnya ia yang telah mencuri Tivana dari pria itu. Tapi ia tetap merasa tak rela! Berhari~hari menemani Tivana dalam komanya, melihat wajahnya yang bagai malaikat yang sedang tertidur membuat Alvaro merasa Tivana adalah boneka cantiknya.
Saat itulah ia mengambil keputusan untuk mempertahankan statusnya sebagai suami Tivana. Tentu saja keluarga Tivana tak menpercayai hal itu! Mengingat bagaimana Tivana sangat mencintai dan memuja Ardian, rasanya mustahil mendadak ia menikah dengan pria asing saat di Yunani!
Tivana mencintai Ardian sejak berusia delapan tahun. Ardian adalah sahabat kakaknya dan awalnya ia hanya menganggap Tivana adalah adik kecilnya yang lucu. Adik kecil yang bolak~balik mengatakan kalau Ardian harus menikah dengannya saat ia besar nanti.
Ardian hanya mengiyakan supaya si manja itu tak menangis heboh bila ditolaknya. Ia tak menyangka saat Tivana berusia tujuhbelas tahun, gadis itu menagih janjinya! Janji pada anak kecil dan janji pada gadis remaja itu tentu beda pengaruhnya. Apalagi Tivana telah berubah menjadi gadis yang cantik jelita. Ardian mulai memiliki perasaan lain, namun ia merasa tak enak pada sahabatnya yang notabene kakak kandung Tivana.
Ardian tak berani menunjukkan perasaannya pada Tivana, ia berusaha menghindar. Tivana lah yang berjuang, gadis itu mengejarnya tiada henti hingga keluarganya merasa jengah. Mereka akhirnya mengijinkan Tivana bersama Ardian. Apalagi sebelum sahabat Ardian itu meninggal karena penyakit kanker hati yang dideritanya ia menitipkan adiknya pada Ardian.
Ardian tahu ia tak bisa berkelit lagi, ia menerima Tivana dengan sepenuh hatinya. Dan mereka bertunangan tak lama setelah itu.
Begitulah, Tivana amat sangat mencintai Ardian dan sangat memperjuangkan cintanya hingga ke darah penghabisan! Tak mungkin kan sebulan menjelang pernikahannya ia justru menikah dengan pria lain?
Alvaro menunjukkan bukti pernikahannya yaitu selembar foto dan surat pernikahan mereka. Sah? Tentu saja! Ardian bahkan mengecek kebenarannya ke Kedubes RI di Yunani. Mereka terpaksa menerima pernikahan itu meski merasa tak rela.
Ardian hancur seketika, ia merasa telah menyia~nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan padanya. Kini Tivana-nya telah direbut pria asing. Ia hancur lebur namun masih menyimpan harapan. Saat Tivana sadar, ia akan merebut cintanya kembali. Mungkin tak akan sulit mengingat Tivana dulu sangat mencintai dan memujanya. Dan kekecewaan kembali menerpanya. Tivana sadar namun dalam keadaan lupa ingatan! Dan hari demi hari ia justru terlihat makin mencintai suaminya. Ardian putus asa dan merasa sudah saatnya untuk menyerah.
Di lain pihak Alvaro yang tengah merasa bahagia tak sadar kebahagiaannya mulai terancam. Tivana terjatuh dari tangga dan pingsan seketika! Alvaro saat itu sedang ke Singapura untuk bisnisnya. Ia segera memesan tiket pesawat pulang ke Indonesia. Begitu mendarat ia langsung menuju ke rumah sakit dan menemui pemandangan menyakitkan. Tivana~nya sudah sadar. Ia tengah berbincang~bincang dengan mamanya dan pria yang amat dibencinya!
Tangannya menggenggam tangan Ardian dengan erat seakan tak ingin melepaskannya. Darah Alvaro mendidih melihatnya!
"Tivana!" bentaknya penuh amarah.
Tivana menoleh dan memandangnya heran. "Ma, siapa dia?"
Shit! Ia bahkan pura~pura tak mengenali suaminya sendiri!
"Aku suamimu!" kata Alvaro geram.
Tivana menatap tak percaya.
"Tak mungkin! Aku sudah bertunangan dengan Kak Ardian dan kami akan menikah sebulan lagi."
Ucapan Tivana bagai bom yang dilemparkan pada Alvaro. Tidak!! Dia telah mengingat masa lalunya dan melupakan Alvaro. Namun Alvaro bertekad tak akan menyerahkan miliknya pada siapapun juga!!
Bersambung..