EDISI 7

1099 Words
Tivana pov Siapa orang yang mengaku jadi suamiku itu? Mentang~mentang dia tampan sekali, dengan sok pedenya dia mengklaim aku adalah istrinya! Bagaimana mungkin?! Aku kan cinta mati dengan Kak Ardian, jadi aku tak akan mungkin menikah dengan pria lain. Lagipula sebentar lagi aku akan menikah dengan Kak Ardian, cinta pertamaku, cinta sejatiku. Orang itu bahkan dengan kurang ajarnya mengajak aku pulang ke rumahnya. Tentu saja aku menolaknya! Dan Mama, kenapa sih dia pasrah amat begitu? Masa anak gadisnya mau diculik paksa, dia diam aja?! "Ayo, Tiv. Kita pulang sekarang!" dia memerintahku dengan semena~mena. "Tidak! Aku tak mau ikut denganmu. Aku mau pulang dengan mamaku!" bentakku. "Tiv, kau harus pulang denganku! Kau adalah istriku!" "Bohong!! Kamu mau menculikku kan!" kataku menuduh. "Mama," tegurku kesal pada mama, "kenapa Mama diam aja sih saat anak gadisnya mau diculik?" Mama jadi serba salah kutegur seperti itu, ia berusaha menengahi. "Nak Alvaro, bisakah sementara Tivana bersama Mama? Dia ehm...belum bisa mengingatmu. Mungkin bila situasi sudah.." "Tidak!! Aku tak mengijinkannya!" tolak pria itu. Batu bener sih nih orang! Uh, makin kesal aku dibuatnya! Apalagi saat dia menarik tanganku kasar, spontan aku berteriak, "Kak Ardian, tolong aku, Kak!" Kak Ardian langsung menghadang kami. Orang itu mendelik jengkel. "Mau apa kamu?" tanyanya marah. "Aku tak mau bodoh seperti dulu. Kali ini aku tak akan menyerahkan Tivana padamu," ucap Kak Ardian dingin. "Kalau demikian, siap berhadapan denganku? Mau kupanggilkan polisi?" Apaan sih ini? Aku tak pernah terlibat dengan manusia seegois ini! Bahkan Kak Ardian dibuat tak berdaya olehnya. Dan ia berhasil menyeretku lalu membawaku ke rumahnya. *** Rumahnya besar dan megah. Pantas saja, dia orang kaya! Pantas tingkah lakunya sesukanya gitu. Tapi maaf, aku bukan cewek matre yang gampang silau oleh kekayaan semata. Dia menyeretku masuk ke kamar mewah yang ada di lantai dua. "Kamar siapa ini?" tanyaku curiga. "Darling, kau tak mengingatnya? Ini kamar kita," jawabnya sambil mendekati diriku. Kamar kita? Ngibul kamu! Aku melotot geram saat dia mendekatiku. "Jangan dekat~dekat! Mau ngapain kamu? Mau memperkosa aku? Mau merenggut kegadisanku?" teriakku sambil menjauhinya. Dia tertawa mencemooh. "Buat apa aku memperkosamu? Kamu istriku! Aku berhak atas dirimu. Ohya btw, kau sudah bukan gadis lagi. Kau menyerahkan kegadisanmu dengan sukarela padaku bahkan seingatku justru kau yang mengemis~ngemis padaku supaya menyentuhmu." "Big liar!" kutimpuk dia dengan bantal yang ada di ranjang. Matanya berkilat marah memandangku. "Cukup sandiwaramu, Tivana! Suka tak suka kau adalah istriku untuk selamanya! Aku tak akan pernah melepasmu! Tak akan permah! Kau dengar?!" "Tak mungkin aku menikah denganmu! Kamu pembohong besar! Licik! Kau…." ucapanku terhenti seketika saat pandanganku menangkap foto pernikahan yang tergantung di dinding kamar. Kapan aku dan dia membuat foto seperti itu? Aku tak mengingatnya sama sekali! "Ini semua bohong kan? Tak mungkin aku menikah denganmu," kataku pelan, "aku sangat mencintai Kak Ardian. Tak mungkin aku menikah dengan orang lain! Apalagi denganmu! Namamu saja aku tak tahu," racauku bingung. "Alvaro. Alvaro Dimitri. Aku akan membuat kau terngiang~ngiang nama itu sepanjang hidupmu," potongnya gemas. Alvaro mendekati diriku. Lalu mendadak ia mencium paksa bibirku! Aku berusaha melepas ciumannya. Bukannya bisa lepas, Alvaro justru memperdalam ciumannya! Oh, mengapa lama~lama aku mulai menikmati ciuman ini? Gila! Ini tak bisa dibiarkan berlarut~larut, ada rasa bersalah karena telah mengkhianati cinta Kak Ardian. Aku harus menghentikan ini! Dengan geram kugigit bibir Alvaro kuat~kuat! Dia mengaduh dan melepaskan ciumannya. Bibirnya berdarah akibat gigitanku tadi. "Jangan pernah menyentuhku lagi, b******n! Atau aku akan.." "Kau akan membunuhku?" sambung Alvaro sinis. "Atau aku akan... membunuh diriku sendiri!" jawabku pelan dan mantap. *** Alvaro, b******n itu tak berani lagi menyentuhku setelah menyadari tekad hatiku. Namun aku tak tahu situasi ini berlangsung berapa lama. Aku khawatir aku tak bisa mempertahankan milikku yang paling berharga. Dia mengerikan dan sepertinya bertekad untuk memilikiku selamanya! Aku ditawan di rumah mewah ini. Aku tak bisa meninggalkan rumah dan tak boleh ada seseorang pun yang datang menemuiku! Hpku juga hilang entah kemana, padahal aku ingin sekali menghubungi kak Ardian dan Mama. Suatu saat aku menemukan ada hp tergeletak di meja dapur. Ini kesempatan emas yang tak akan berulang lagi! Kusambar hp itu dan kubawa masuk ke kamarku. Waktuku terbatas sekali. Siapa yang harus kuhubungi? Mama atau kak Ardian? Kupencet nomor hp seseorang yang sangat kuingat. Terdengar suara yang amat kurindukan. "Mama.." panggilku pelan. "Tivana, kau kah ini?" sahut Mama dengan suara bergetar. "Iya, Ma. Aku merindukan Mama." "Kamu baik~baik, Nak?" "Sementara ini. Sampai saat ini aku masih bisa mempertahankan kesucianku. b******n itu berusaha memanipulasiku! Dia menunjukkan foto pernikahan dan surat nikah palsu. Semua itu hasil manipulasi, Ma! Licik sekali dia berbuat itu untuk memperdayakan aku!" Mama terdiam di ujung sana. Mungkin ia juga tak bakalan mengira Alvaro bertindak sejauh itu. "Ma , tolong aku. Laporkan penculikan ini pada Polisi, aku tak tahu sampai kapan aku bertahan di tempat ini! Minta Kak Ardian untuk membantu Mama membebaskan aku. Beritahu dia, aku sangat mencintainya. Aku tak akan mengkhianatinya!" ucapku buru~buru. Aku tak tahu sampai kapan bisa memanfaatkan hp ini. "Cukup Tivana! Kau membuat sulit bagi kami semua, bagi Mama, Ardian dan juga Alvaro!" "Mengapa sih Mama selalu membela b******n itu?!" ucapku kesal. "Karena b******n itu adalah suamimu yang sah!" " Impossible! Aku tak mungkin menikahi pria lain selain kak Ardian!" kataku ngotot. Masa Mama gak mengerti perasaanku? "Pernikahan kalian sah Tivana. Ardian bahkan sudah mengeceknya hingga ke Kedubes Yunani." Hah?? YUNANI!! Seperti memahami kebingunganku, Mama melanjutkan. "Mama tak tahu persis apa yang terjadi disana. Yang Mama tahu, kau pulang dari Yunani dalam keadaan koma karena mengalami kecelakaan tertabrak mobil. Dan yang membawamu pulang adalah Alvaro suamimu itu. Ia mengatakan kalian jatuh cinta pada pandangan pertama dan memutuskan untuk menikah tak lama setelahnya. Sebelum kecelakaan itu menimpamu!" "Bukannya itu mencurigakan sekali," desisku menahan marah, "aku tak mungkin mengkhianati Kak Ardian untuk menikahi pria yang baru kukenal!" "Mama tahu itu, tapi Mama bisa apa? Dia membawa bukti pernikahan kalian dan itu asli. Apalagi kemudian setelah kau tersadar dan lupa ingatan, kau menjalani kehidupan bersama dengan Alvaro dengan bahagia. Kau bilang kau mencintainya, kau ingin selalu bersamanya dan meski ingatanmu kembali tak akan mengubah perasaanmu padanya." "Aku?! Mengatakan semua itu? Apa aku sudah gila, Mama!" "Ya, kau sendiri yang mengatakan semua itu pada Mama. Dan berhenti bertindak seakan kau masih gadis suci, Tiv. Kau itu seorang istri! Istri Alvaro yang tergila~gila padamu dan pernah amat kau puja!" Mama seakan~akan membicarakan orang lain, itu pasti bukan aku! "Juga berhentilah memberi harapan pada Ardian, anak itu sudah banyak terluka karenamu," tambah mama lagi. Kak Ardian, apa aku sudah menyakitimu selama ini? Aku tak menyadarinya sama sekali. Bagaimana mungkin aku menyakiti belahan hatiku? Cinta sejatiku.. Hatiku menangis pilu mengetahui kenyataan yang tak kusadari selama ini. Maafkan aku, Kak Ardian. Maaf.....maaf....maaf... Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD