Andini tersenyum, matanya menghangat. "Aku Andini, Mas!" sahutnya sedih. Seketika, Adit terkulai lemas, menghempas tubuh ke kursi. "Astagfirullah, ..." ujar Adit, matanya terpejam menahan perih di d**a. Andini duduk di samping Adit, menatap sayu mawar putih. "Aku juga terkejut melihat bayanganku di cermin, kerudung ini, membuatku mirip Mbak Tata ... Ohya, Dirga sakit apa, Mas?" tanyanya mencairkan suasana. "Demam, mungkin kecapean pulang dari mendaki." ujar Adit sendu. "Sejak kapan kamu pake hijab?" tanya Adit sembari merapikan duduknya. "Sejak hari ini, tadi bareng Tiyas beli baju di butik Mbak Tata, eh, maksudku ... Di butik Tiyas." ujar Andini melirik Adit. Adit diam saja, wajahnya datar. "Aku tidak punya waktu mengurusnya, jadi kuberikan pada Tiyas." ujarnya santai.