Chapter 8

1012 Words
“Tuan?” gumam Bi Rani pelan tapi masih bisa didengar oleh Andri yang sudah selesai memungut tas Bi Rani. “Nenek, Mama kapan pulangnya?” Tanpa disadari Dave, Della sudah turun dari pangkuannya dan kini sudah memeluk kaki Bi Rani. Seperti orang linglung, Bi Rani tidak merespons pertanyaan Della sehingga membuat balita mungil itu menangis karena tidak mendapat kabar mengenai keadaan ibunya. Tangisan Della mengembalikan kesadaran Bi Rani dan mengalihkan perhatian Dave serta yang lain. Menyadari ada sesuatu yang mengganjal antara Dave dan Bi Rani, Andri yang sudah menggendong Della berinisiatif mengajak Bi Rani ke meja makan. “Sebaiknya Bibi duduk dulu. Aku tidak tahu pasti ada apa terhadap Bibi dengan Dave, tapi saranku sebaiknya kalian bicarakan baik-baik,” Andri menyarankan ketika matanya menangkap wajah pucat Bi Rani dan wajah Dave mengeras menahan amarah. “Mama kemungkinan besok atau lusa pulang, Sayang, jadi Della tidak usah bersedih lagi,” Andri menenangkan Della yang terisak sambil memanggil-manggil ibunya. “Biar Della sama aku saja. Aku akan menidurkannya, sepertinya Della mulai mengantuk.” Zelda ingin mengambil alih Della dari gendongan Andri yang terlihat kesulitan karena menuntun Bi Rani menuju meja makan. Andri menepis tangan Zelda yang ingin mengambil Della. “Biar aku yang bawa Della ke kamar.” “Tidak usah, aku tidak apa-apa,” tolak Zelda dan dengan cepat dia mengambil paksa Della, kemudian membawanya menuju kamar meski sedikit tertatih. *** Setelah setengah jam Zelda membawa Della ke kamar, Dave dan Bi Rani masih juga membisu sehingga membuat Andri jengah sendiri. Dari tadi dia hanya mengamati Bi Rani menundukkan wajahnya yang pucat, sedangkan wajah Dave masih setia mengeras dan sorot matanya menusuk ke arah Bi Rani di hadapannya. “Sampai kapan kalian akan seperti ini?” tegur Andri. “Ja ....” Kalimat Andri terpotong setelah Dave mengeluarkan suaranya. “Della itu Prisha? Nath itu Titha?” tanyanya kepada Bi Rani tanpa basa-basi. “Tatap mataku, Bi!” tambahnya saat Bi Rani masih menunduk. Bi Rani cepat mengangkat wajahnya sehingga pandangannya sejajar dengan Dave, tapi mulutnya tetap tidak bisa mengeluarkan suara walau hanya sedikit. Bi Rani tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa, sebab pertemuannya dengan mantan anak majikannya ini di luar dugaan. Tatapan Andri waspada saat melihat Dave berdiri dan menghampiri kursi yang di duduki Bi Rani. Dia sangat jelas melihat tubuh Bi Rani menegang dengan tindakan Dave. “Bi, kumohon berikan jawabanmu. Jangan siksa aku lebih jauh.” Tanpa diduga Andri dan Bi Rani, Dave menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di samping Bi Rani. “Katakan dengan jujur, apakah Della itu Prisha putriku, Bi?” tambahnya penuh harap. Tanpa bisa ditahan lagi dan tidak kuat berbohong, akhirnya kepala Bi Rani mengangguk pelan. Dia sangat jelas melihat penderitaan Dave dari sorot mata yang terpancar. Dia juga sangat prihatin melihat penampilan Dave saat ini yang sangat kacau. “Mereka memang istri dan anakmu, Tuan,” ujar Bi Rani pelan. Ada binar bahagia dan penuh syukur dari sorot mata Dave, pada akhirnya dia menemukan belahan jiwa yang dicarinya selama ini. “Terima kasih, Tuhan. Akhirnya Engkau menjawab semua doaku,” syukurnya sambil memeluk Bi Rani dari samping. Meski Andri masih terkejut melihat kenyataan yang baru diketahuinya, dia ikut berbahagia melihat sahabatnya sudah menemukan belahan jiwanya. “Dunia memang sempit,” batinnya. *** Zelda tersenyum malu saat ikut bergabung di ruang tamunya yang kecil setelah kembali dari kamar mandi. “Maaf, aku ketiduran,” ujarnya. “Tidak apa-apa. Della masih tidur?” tanya Bi Rani. “Masih. Oh ya, apakah Bibi dan Dave saling mengenal sebelumnya?” tanya Zelda sebelum duduk di samping suaminya. “Bi Rani ini ternyata mantan asisten rumah tangga di kediaman orang tua Dave, Zel,” Andri mewakili Bi Rani menjelaskan. “Oh ya, kamu pasti akan sangat terkejut mendengar kenyataan yang baru aku ketahui,” tambahnya. “Apa?” tanyanya tak sabar. “Nath dan Della ternyata orang yang selama ini dicari Dave,” beri tahunya antusias. “Mereka tidak lain merupakan istri dan anak Dave,” lanjutnya saat melihat kening Zelda mengernyit. “Yang benar?” pekik Zelda tak percaya. “Benar, mereka belahan jiwaku yang akhirnya aku temukan,” jawab Dave. Matanya berkaca-kaca karena rasa bahagianya tak terbendung. “Sekarang apa tindakanmu selanjutnya setelah mengetahui keberadaan mereka?” tanya Zelda ingin tahu. “Aku akan menemui Titha. Maksudku Nath,” ucap Dave sambil tersipu ketika menyebut panggilan baru istrinya. “Ya Tuhan, mengapa aku tidak peka dengan panggilan baru istri dan anakku? Nath diambil dari nama Nathania, dan Della dari nama Fredella. Fredella, nama yang aku berikan sendiri pada putri kecilku,” sambung Dave pada dirinya sendiri. Bi Rani tersenyum melihat raut semringah Dave, sedangkan Zelda dan Andri hanya menertawakan kebodohan sahabatnya. “Dave, keadaan Nath saat ini kurang sehat. Apa tidak sebaiknya menunggu dia sembuh dan pulang dari rumah sakit dulu, baru kamu menemuinya?” Zelda kembali berbicara dengan serius. “Tidak. Aku akan tetap menemuinya nanti. Aku pastikan tindakanku ini tidak membahayakan kesehatannya. Oh ya, aku juga akan mengajak Della menjenguknya,” jawab Dave penuh semangat. “Mama!” Jeritan dari kamar tidur Zelda membuat empat orang dewasa tersebut menghentikan obrolannya. Tanpa meminta izin terlebih dulu, Dave langsung berlari menghampiri dan memasuki ruang pribadi sahabatnya. “Biarkan saja,” tegur Andri saat Zelda hendak menghentikan langkah Dave. Zelda melengos. “Oh ya, Bi, apakah Nath tahu jika Dave sudah bercerai dengan Keisha?” selidik Zelda. “Belum, Zel. Nath tidak pernah ingin tahu mengenai rumah tangga Tuan Dave dan Mbak Keisha. Selain itu dia juga melarang Bibi dan sahabatnya membicarakan mereka,” jujur Bi Rani. “Menurut Bibi, bagaimana kira-kira reaksi Nath jika benar nanti Dave menjenguknya?” Zelda kembali menyuarakan pemikirannya. “Bibi juga tidak tahu. Satu hal yang Bibi harapkan, semoga mereka membicarakan permasalahan yang telah terjadi dengan kepala dingin demi kebaikan Della,” harap Bi Rani. “Ngomong-ngomong, kalau diperhatikan wajah Dave dengan Della sangat mirip,” celetuk Andri yang duduk menyandar pada sofa sambil memainkan rambut panjang Zelda. “Iya, wajah Della lebih mirip ke Papanya dibandingkan Mamanya,” Bi Rani membenarkan. “Kalau begitu Bibi pulang dulu ya, Della biar di sini saja dengan Papanya. Itu pun jika kalian tidak keberatan?” sambungnya. “Tentu saja tidak, Bi,” jawab Zelda dan Andri bersamaan. “Kami sudah menganggap Bibi dan Nath keluarga sendiri. Kami harap Bibi juga seperti itu,” ujar Zelda sendu. Bi Rani yang sudah berdiri, mengusap kepala Zelda. “Meskipun kita tidak ada hubungan darah, tapi Bibi sangat senang jika kamu mempunyai pemikiran seperti itu. Bibi dan Nath juga sudah menganggap kalian sebagai keluarga kami,” balas Bi Rani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD