Chapter 9

1071 Words
Dave memeluk Della yang masih terisak di tempat tidur. Dengan sayang dia menenangkan sambil mengecup lembut kening sang anak yang basah akibat keringat. Rasa bahagia, lega, dan penuh syukur tengah memenuhi rongga d**a Dave, sehingga membuat matanya berkaca-kaca akibat luapan rasa yang bercampur aduk itu. Dekapannya pada tubuh mungil yang dipeluknya pun mengerat, seolah jika dia melonggarkannya akan ada yang memisahkan mereka kembali. “Om, Della tidak bisa napas,” protes Della setelah menjauhkan wajah Dave menggunakan telapak tangannya yang kecil. “Ups. Maafkan Papa, Sayang,” ujar Dave kemudian melonggarkan dekapannya. “Papa? Memangnya Papanya Della sudah pulang, Om? Padahal kata Mama, Papa pulangnya akan lama sekali,” beri tahu Della. “Oh ya Om, Della kangen Mama. Della ingin bertemu Mama,” Della kembali merengek. Jantung Dave mencelos mendengar ucapan polos anaknya. Ingin rasanya dia mengatakan kepada Della sekarang juga, bahwa dirinyalah Papa yang dimaksud tersebut. Namun dia tidak bisa melakukannya, sebab takut jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. “Siapa tahu saja Papa Della pulangnya lebih cepat dari yang dikatakan Mama,” jawab Dave sambil menatap lekat bola mata yang menyerupai miliknya. “Bagaimana kalau Della ikut Om saja mengunjungi Mama, sebab Om mau menjenguk Mamanya Della. Mau ikut dengan Om?” Dave menambahkan sambil membelai lembut rambut halus putrinya. Dave terpaksa mengikuti Della menggunakan kata Om agar putrinya itu tidak menjaga jarak dengannya karena takut atau merasa aneh. “Mau sekali, Om,” jawab Della antusias. “Tapi apakah nanti Nenek akan mengizinkan?” Dengan cepat keantusiasan Della meredup saat membayangkan Bi Rani tidak mengizinkannya. “Tenang saja, Cantik, biar nanti Om yang meminta izin kepada Nenekmu. Percayalah, Nenekmu pasti langsung mengizinkannya.” Dave mencubit pipi putrinya yang sangat empuk. “Benarkah? Om tidak sedang membohongi Della?” Della memastikan. “Yey!!!” seru Della saat Dave mengangguk. “Ayo, Om, antar Della pulang untuk mandi dan ganti baju.” Della langsung bangun, kemudian menuruni kasur Andri dan Zelda yang tanpa dipan. “Dengan senang hati, Sayang.” Dave mengikuti Della menuruni kasur. “Tha, sebentar lagi kita akan bertemu,” batin Dave tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. *** Nath tidak bisa memejamkan mata, pikirannya selalu tertuju pada sang buah hati. Walau dia yakin Andri dan Zelda akan menjaga balita mungilnya dengan baik, tapi hal itu tidak mampu membuat pikirannya tenang. Tadi dia sempat melakukan video call dengan Zelda dan melihat wanita itu sedang menidurkan Della. Karena tidak mau membuat tidur Della batal, akhirnya dia memutus sambungan video call-nya saat Zelda memberi isyarat bahwa Della sudah mulai memejamkan mata. “Tunggulah sebentar lagi, Nak, kita pasti kembali bersama,” ujar Nath sedih. Tadi Zelda mengatakan jika Della kembali menangis karena merindukannya. Dia juga melihat Zelda beberapa kali menghapus air mata Della. “Kenapa Kakak tidak beristirahat saja?” Donna keluar dari kamar mandi dan menghampiri ranjang Nath. Dia duduk di samping ranjang sambil melanjutkan kegiatannya mengupas buah. “Kakak kepikiran Della. Apakah saat bangun nanti dia tidak menangis lagi dan mencari keberadaan Kakak?” Nath menerima buah naga yang sudah dikupas Donna dan mulai menikmatinya. “Kakak tidak usah khawatir, aku yakin Kak Zelda bisa menangani Della jika rewel. Sekarang yang utama, Kakak harus segera sembuh agar cepat diizinkan keluar dari sini oleh dokter,” Donna menenangkan. Nath membenarkan ucapan Donna. “Donna, sebaiknya kamu pulang saja agar Della ada temannya di rumah,” pinta Nath tanpa maksud mengusir gadis yang sudah dia anggap adik itu. “Baiklah, Kak. Namun Kakak harus janji, setelah aku meninggalkan kamar ini, Kakak harus segera beristirahat,” ucapnya yang langsung diangguki Nath sebelum menuju pintu. *** Dave dan Della sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, tempat Nath dirawat. Atas saran Bi Rani, mereka berangkat menggunakan mobil milik Nath. Selain itu, Bi Rani juga memberitahukan nomor kamar yang di tempati Nath. Della yang tidak sabar ingin bertemu ibunya terus saja mengoceh. Saat mobil yang membawa mereka melewati supermarket, Della menyuruh Dave mampir untuk membeli s**u agar ibunya langsung bisa pulang bersama mereka setelah meminumnya. Dave menggelengkan kepala mendengar intruksi anaknya, tapi tetap menurutinya. “Della mau beli s**u saja?” Dave kini sudah berjalan sambil menggendong Della memasuki supermarket. “Buah juga, Om. Mama harus banyak makan buah supaya tetap sehat. Waktu Della sakit, Mama menyuruh Della banyak makan buah dan susu.” Della melingkarkan tangannya pada leher Dave. “Memangnya Della sakit apa?” tanya Dave cemas. “Panas karena Della hujan-hujanan. Oh ya, rambut Om ini asli apa palsu?” Della memainkan rambut Dave yang memang dikuncir. Dave menghentikan gerakan tangannya yang sedang memilih jeruk. Dia menatap Della yang tengah menunggu jawabannya. “Asli, Sayang.” Pada akhirnya Dave memberikan jawaban. “Rambutnya Om Andri pendek, Om Dandy juga, tapi kenapa rambut Om Dave panjang seperti rambut Della? Tapi sepertinya lebih panjang rambut Della,” ujar Della keheranan. Kepala Dave mendadak buntu, dia tidak menyangka anaknya akan membahas masal ah rambutnya. “Om lupa potong rambut, Sayang,” jawabnya asal dan kembali melanjutkan memilih buah jeruk. “Kalau begitu minta tolong Mama saja untuk memotong rambut Om, tapi tunggu Mama sembuh dulu,” ide Della dengan polosnya. Dave hanya menganggukkan kepala. Tidak mau membuang-buang waktunya untuk bersantai, dengan cekatan dia mengambil buah dan s**u yang diintruksikan oleh Della. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan wanita yang masih berstatus menjadi istrinya. *** Sepulangnya Donna beberapa menit yang lalu, Nath pun kembali terjaga. Untuk mengusir rasa bosannya, dia menyalakan televisi dan mencari-cari channel yang bisa memberinya hiburan. Belum berhasil mendapat tontonan yang menarik minatnya, Nath mengalihkan perhatian saat mendengar pintu ruang rawatnya diketuk. Dengan ragu dia merespons dari tempat duduknya dan menyuruh orang yang mengetuk pintunya masuk. Betapa terkejutnya Nath saat melihat balita mungil dan menggemaskan memasuki ruangannya setengah berlari. “Della?” ujarnya tidak memercayai penglihatannya. “Mama!” pekik Della sambil merentangkan tangannya sambil berlari, berharap Mamanya bangun dan memberinya pelukan seperti yang sering mereka lakukan. Tersadar dari keterkejutannya, Nath kalah cepat dengan Della yang kini telah memeluknya, karena putrinya tersebut berhasil menaiki kursi di samping ranjangnya. “Mama, Della kangen. Della ingin tidur dengan Mama,” rengek Della yang sudah menghujani wajahnya dengan ciuman. “Dengan siapa ke sini, Sayang?” tanya Nath dengan raut herannya setelah Della selesai menciumnya. “Sama Om, tapi Om-nya masih berbicara sama suster,” jawab Della jujur. “Mama kapan pulang?” tanya Della manja sambil memeluk pinggang sang ibu dengan posesif dari samping. “Om? Om Andri?” Nath memastikan tebakannya. “Om, sini. Mana s**u dan buah yang kita beli tadi?” tanya Della saat melihat Dave memasuki ruangan sambil membawa belanjaan mereka tadi. Tubuh Nath menegang saat matanya terpaku ke arah pintu, apalagi sorot mata tajam milik seseorang yang kini mendekati ranjangnya semakin intens. Tatapan Nath seolah terkunci oleh laki-laki yang selama tiga tahun ini tidak pernah ditemuinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD