Miko dan Ida sudah berada di lobby kantor untuk menunggu jemputan Gusti. Keduanya tak saling banyak bicara, Ida masih gugup dan canggung walaupun Miko tampak biasa saja. Sejujurnya Ida ingin melarikan diri karena perasaan hatinya saat ini sulit dilukiskan dengan kata-kata, berbagai perasaan bercampur aduk menjadi satu. Lebih tepat perasaan bingung, galau,gugup semua yang terkesan negatif menguasai dirinya. "Assalamualaikum." Terdengar suara Dimas di hadapan mereka. Ida semakin kalang kabut melihat sosok yang menjadi objek mereka telah tiba di hadapan mereka menampilkan wajah ramah dengan senyum menawan. "Waalaikumsalam, lho kok kamu yang jemput? Gusti mana?" Miko tampak heran. Ia tak menyangka suaminya akan datang menjemputnya. Mereka tak pernah janjian. "Aku yang nebeng Gusti, soalnya