07. Cantiknya Langit

1261 Words
"Mau ke mana, Bang?" Sontak saja Langit menghentikan langkahnya. Lelaki itu mendongak menatap Bunda yang turun dari lantai dua hendak menghampiri. "Tumben rapi banget, mau keluar sama siapa?" tanya Bunda lagi. Langit yang awalnya tengah mengabari Senja jika dia akan otw pun buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Dia lalu menyugar rambutnya ke belakang. "Mau jalan sama Senja, aku udah janji tadi pagi mau ngajak dia keluar," jawab Langit. Bunda menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Yaudah kalau gitu, hati-hati bawa motornya jangan ngebut." "Iya, Bun. Aku berangkat dulu, ya? Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Kemudian usai menyalimi tangan Bunda, Langit pun bergagas untuk keluar. Lelaki itu memang terlihat cukup rapi malam ini. Jika biasanya Langit hanya menggunakan kaos, kini dia memakai kemeja warna hitam, celana jeans putih, rambut sedikit klimis, dan pakai sepatu. Pantas saja kan kalau Bunda bertanya seperti tadi? Sebelum berangkat, Langit melihat dulu pantulan dirinya di spoin motor, dia senyum-senyum sendiri. Baru kali ini Langit merasa sangat bahagia hanya karena ingin bertemu dengan seseorang. Senja adalah perempuan yang istimewa bagi Langit. Meski sering memberinya luka, tapi Langit berjanji akan membuat Senja lebih bahagia setelahnya. Sebab bahagianya Senja juga bahagianya Langit. Langit akan jauh lebih indah jika sudah bersama senjanya. Begitu bukan? **** Untuk pertama kalinya Langit merasa deg-degan ingin ketemu Senja. Padahal biasanya tidak. Lelaki itu sampai memegang dadanya, di mana jantung itu rasanya berdebar agak kuat dari yang normal. Sebelum masuk ke dalam apartemen Senja, Langit terlebih dahulu menarik napas panjang supaya tidak gugup. Usai menekan beberapa digit password, pintu pun terbuka. Rasanya semakin tidak nyaman saat masuk. "Kak Langit?!" pekik Senja sedikit terkejut ketika akan kembali ke kamar dan tidak sengaja melihat Langit yang sudah berdiri canggung di depan pintu. Senja medekat, sejenak Senja ingin menertawai penampilan Langit yang beda dari biasanya. Dia perhatikan lelaki itu dari atas hingga bawah. "Emang mau ngajak gue ke mana sih, Kak? Rapi bener, kayak mau ngajak ke pelaminan aja," ujar Senja bergurau. Langit berdecak malas. Ini yang dia tidak suka, padahal niatnya ingin tampil maksimal, tapi malah diledekin habis-habisan, sama pacar sendiri pula. "Berisik lo! Cepetan sana, lama dandan nggak jadi pergi," balas Langit dengan ketus. "Iya, iya, udah ganteng gini jangan marah-marah, entar gantengnya luntur." "Senja ...." Lelaki itu memberi Senja peringatan melalui sorot matanya yang berhasil membuat Senja langsung balik badan menuju ke kamar. Membiarkan Senja bersiap, Langit kemudian memilih jalan ke dapur. Dia membuka kulkas dan tidak menemukan makanan di sana selain telur yang dia beli kemarin dan juga sayuran beberapa hari lalu. Langit menghela berat. Dia sempat membatin, apa anak ini tidak ingin mengisi kulkas? "Ayo Kak, gue udah siap," seru Senja tau-tau sudah keluar kamar. Langit menoleh dengan sebelah alis terangkat. Seperti yang Senja lakukan tadi, Langit pun menelisik penampilan Senja malam ini yang terlihat, "Cantik," ceplos Langit tanpa sadar. Sontak Senja terdiam, beberapa detik berikutnya Senja merasakan pipinya yang memanas. Perempuan itu sampai memalingkan muka sebab malu. Sementara Langit langsung merutuki mulutnya yang tidak bisa direm. "K—kalau udah siap, kita langsung berangkat aja sekarang," ujar Langit lalu berjalan mendahului Senja. Lelaki itu gugup bukan main. Masih dalam euforia keget dan sedikit salah tingkah, Senja mengikuti saja kekasihnya itu dari belakang. **** Malam yang cerah bertabur bintang, agaknya Langit dan Senja beruntung kali ini. Cuaca begitu mendukung acara kencan keduanya. Di atas motor, baik Langit maupun Senja, keduanya sama-sama diam, berkelana dalam pikiran masing-masing. Menikmati semilir angin yang dingin, tapi membuat sejuk. Tidak butuh waktu lama, motor Langit kini sudah berbelok memasuki pusat perbelanjaan yang cukup besar dan terkenal di Jakarta. Kening Senja mengkerut bingung. Apa tidak salah Langit mengajaknya ke mal? Masalahnya selama ini Langit akan selalu menolak jika diajak ke tempat-tempat yang seperti ini. Lelaki itu lebih menyukai alam dari pada gedung. Usai memarkirkan motor, keduanya bergegas turun dan merapikan penampilan masing-masing. Di sana Langit melirik Senja di belakang, dia tersenyum tipis sebelum kemudian berbalik badan. Tanpa aba-aba, tangan Langit terulur meraih pengait helm Senja yang agaknya tersangkut dan sulit lepas. Wajah Langit begitu dekat dengan Senja. Helaan napas hangat lelaki itu saja sampai bisa Senja rasakan. Begitu indah Langit malam ini, bulu mata lentik itu sontak saja membuat pikiran Senja melalang buana. "Mau ngelamunin gue sampai kapan, hm? Ayo masuk." Senja tersentak. Perempuan dengan blouse putih tersebut mendadak kikuk. Dia juga jadi diam saja saat Langit kembali berulah untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Cantik." Dan untuk kedua kalinya Langit memuji Senja malam ini. "Ayo!" Langit memberikan tangannya. Dengan ragu dan perasaan canggung, Senja meraih tangan tersebut untuk digenggamnya. Masing-masing telapak tangan mereka terasa dingin. Sepanjang jalan mengitari mal, keduanya sukses jadi pusat perhatian. Berjalan dengan Langit sudah seperti jalan dengan artis, banyak sekali yang memperhatikan. Bahkan ada beberapa perempuan yang secara terang-terangan berkata jika Langit begitu tampan. Oh ayolah, Senja itu sebenarnya cemburuan, hanya saja dia terlalu takut untuk memperlihatkannya. "Kita makan dulu ya? Habis itu baru ikut aku cari sesuatu," ujar Langit langsung mendapat anggukan dari sang pacar. Mereka lalu masuk ke dalam restorasan. Di sana Langit langsung memesan beberapa makanan untuknya dan Senja. Keduanya makan malam dengan begitu tenang, tapi sesekali ada candaan kecil yang keluar dari mulut Senja dan berkahir menciptakan tawa di wajah Langit. Terlihat sangat serasi kedua manusia itu. "Kenyang banget, Kak. Mana makanannya enak-enak semua, pengen nambah tapi perut gue udah begah banget rasanya," ucap Senja yang merasakan jika perutnya mungkin sebentar lagi akan pecah. "Kayaknya seminggu jalan sama lo gue bakal jadi gendut deh," lanjutnya lagi. Langit hanya terkekeh pelan, wajah Senja lucu sekali saat berceloteh. "Yaudah besok gue ajak jalan lagi, biar lo sedikit berisi, gimana?" "Nggak!" Senja malah menolak mentah-mentah. "Aku nggak mau gendut, enak aja!" "Kenapa? Mau lo gendut mau lo kurus gue bakal tetap suka sama lo. Bagi gue yang penting lo sehat, udah itu aja," balas Langit sekali lagi berhasil membuat Senja salah tingkah dibuatnya. "Ck, sa ae kang seblak! Udah ah, ayo keluar, katanya mau ngajak gue beli sesuatu," kata Senja. "Yaudah ayo." Setelah selesai makan, keduanya lalu lanjut jalan. Masih dengan tangan yang bergadengan. Lagi-lagi, mulai dari keluar restoran, semua mata langsung tertuju kepada pasangan itu. Senja sampai tidak habis pikir. "Gini kali ya rasanya kalau misal jalan sama artis, dilihatin mulu perasaan dari tadi." Langit melirik Senja yang lebih pendek darinya itu dengan sebelah alis terangkat. Merasa ditatap, Senja lantas mengangat pandanganya membuat tatapan mereka bertemu. Namun, hanya sesaat, karena Senja cepat-cepat berputar cari objek lain. "Jangan ngelihatin gitu ah!" kata Senja. Sepertinya pipi perempuan itu mulai memanas. "Senja, lo tau nggak mereka semua lihatin kita karena apa?" tanya Langit. "Karena lo ganteng lah! Apa lagi emang?" "Salah?" "Hah?" Spontan Senja kembali menatap kekasihnya itu. "Terus?" "Sebab lo begitu cantik. Mereka iri sama kecantikan lo, mangkanya pada ngelihatin," jawab Langit. Senja refleks memutar kedua bola matanya sambil menekuk bibirnya ke bawah. "Halah dasar! Ini udah ketiga kalinya loh, lo bilang gue cantik." "Kan emang cantik," ucap Langit semakin memperjelas. "Masa?" Langit mengangguk. "Iya! Pacar gue kan yang paling cantik. Cantik banget. Senja selalu cantik. Yang paling cantik pokoknya!" "Ish!" Senja yang malu berusaha mencubit perut Langit meski gagal. Yang ada malah membuat Langit tertawa hingga mereka jadi pusat perhatian lagi. "Udah ah Kak, jangan buat gue salting mulu. Malu tau!" Sungguh demi apa pun, percayalah, ngambeknya Senja begitu menggemaskan. Entah mata Langit yang salah atau bagimana, yang jelas, Senja sangat lucu, paling lucu dari semua perempuan lucu yang pernah ada. Hanya Senja yang bisa buat Langit jadi sebebas ini. Senja adalah satu-satunya yang bisa melihat Langit dari versi apa adanya. Langit yang tanpa topeng apa pun. Bersama Senja, Langit baru bisa jadi dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD