Terkurung di kamar

1608 Words
Sinar matahari mulai bersinar terang, cahayanya menembus celah-celah gorden jendela kamar Saskia. Saskia perlahan membuka matanya ketika cahaya itu mengenai wajahnya. “Astagfirullah Hal Adzim, aku kesiangan!” pekik Saskia. Saskia memukul pelan keningnya dengan telapak tangannya, karena kurang tidur Saskia jadi terlambat bangun dan tertinggal Shalat Subuh nya. “Ya Alllah, ampunilah aku,” batin Saskia. Saskia lalu bergegas ke kamar mandi, dengan terburu-buru Saskia bersiap ke kantor bahkan ia tidak sempat bersarapan. Saskia hanya membuat Roti bakar isi selai untuk dirinya dan Abyan karena Bi Sumi masih belum selesai memasak. “Maaf ya Bi, Saskia tidak bisa bantu karena Saskia bangunnya kesiangan Bi,” ucap Saskia sambil meletakkan Roti bakar dan segelas s**u ke dalam nampan. “Iya Non tidak apa-apa,” sahut Bi Sumi. Saskia lalu pergi ke kamar Abyan sambil membawa nampan itu untuk sarapan Abyan, Saskia membuka pelan pintu kamar Abyan dan masuk ke dalamnya duduk di pinggir ranjang. “Mas Aby!” panggil Saskia sambil menggenggam tangan Abyan. Abyan terbangun dan mengerjapkan matanya melihat Saskia yang kini sudah di hadapannya. “Saskia,” ucap Abyan pelan dengan suara khas bangun tidur. “Mas, ini sarapan untukmu. Aku berangkat kerja dulu ya!” pamit Saskia. “Iya, pergilah hati-hati di jalan,” sahut Abyan. “Mas Aby tidak mengantarku?” tanya Saskia. “Saskia, apa kau tidak lihat wajahku seperti ini! Kau ingin membuatku malu ha!” bentak Abyan. Saskia langsung tersentak kaget karena Abyan kembali kasar padanya, ia mengira kejadian tadi malam sudah membuat Abyan berubah menjadi baik padanya. “Maaf Mas, aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Saskia lirih. “Saskia jangan pikir karena kau sudah menolongku tadi malam itu berati aku sudah menerimamu, ingat ya aku bersikap baik padamu itu hanya sebagai tanda terima kasihku saja!” tegas Abyan. Hati Saskia seakan hancur berkeping-keping mendengar ucapan Abyan, Saskia berusaha menahan air matanya yang hampir tumpah di hadapan Abyan. “Aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku Mas, tapi aku akan selalu melakukan kewajibanku sebagai istri yang baik untukmu Mas,” ucap Saskia lantang. Kata-kata Saskia berhasil membuat Abyan terdiam, memang selama mereka menikah hanya Saskia yang menjalankan perannya sebagai istri, bahkan kewajiban bekerja yang seharusnya di lakukan oleh Suami juga di lakukan oleh Saskia. Abyan beranjak dari tempat tidurnya membuang wajahnya ke arah jendela, Ia tidak ingin menatap kedua manik sendu milik Saskia. “Saskia lebih baik sekarang kau pergi!” ucap Abyan dengan tatapan masih lurus ke arah jendela. Saskia tidak bergeming, ia ingin melihat apa yang akan di lakukan Abyan padanya karena selama ini Saskia selalu menuruti perintah Abyan. “Saskia, aku bilang sana kau pergi!” teriak Abyan mengusir Saskia. Tapi Saskia masih tetap berada di tempatnya bahkan tidak bergerak sedikit pun. Abyan semakin marah, ia lalu mengambil segelas s**u di sampingnya dan membantingnya di hadapan Saskia. “Prang!” gelas itu pecah dan air s**u tumpah ke seluruh lantai. Saskia memegang dadanya terkejut setengah mati melihat apa yang di lakukan Abyan. Suara gelas pecah itu sampai terdengar ke kamar Ratna dan Anton, Ratna lalu bergegas pergi ke kamar Abyan. “Saskia, Abyan ada apa ini?” tanya Ratna begitu tiba di kamar Abyan dan melihat kekacauan di dalamnya. Abyan dan Saskia hanya diam, Ratna lalu mendekati putranya itu dan memeluknya. “Abyan Sayang, tenanglah Nak,” ucap Ratna membujuk Abyan. “Suruh dia pergi Ma.” Tangan Abyan menunjuk Saskia. “Iya, Ya sudah kau duduk dulu.” Ratna mengajak Abyan kembali duduk di atas ranjangnya, lalu menarik tangan Saskia keluar dari kamar Abyan. Saskia berjalan mengikuti Ratna yang menarik tangannya. “Saskia, apa yang kau lakukan? Kenapa Abyan sampai marah seperti itu?” tanya Bu Ratna marah. “Aku tidak melakukan apa pun Ma,” jawab Saskia. “Saskia, Abyan tidak mungkin mengamuk seperti itu jika tidak terjadi sesuatu.” Saskia terdiam tidak menjawab Bu Ratna. Ratna menghela napasnya menahan amarahnya kepada Saskia, ia harus terus berpura-pura baik di hadapan Saskia. Kalau tidak mungkin tangan Ratna sudah melayang di udara dan mendarat tepat di pipi Saskia. “Saskia lebih baik kau pergi ke kantor sekarang, Mama tidak bisa mengantarmu dan soal Abyan biar mama yang urus!” perintah Ratna. Saskia menganggukkan kepalanya dan mencium tangan Bu Ratna lalu melangkahkan kakinya kembali ke kamarnya mengambil tas kerjanya, kemudian pergi ke Kantor sendiri sebab Bu Ratna dan Pak Anton akan berangkat ke Rumah Sakit tengah hari. Saskia berangkat ke kantor naik Taksi, selama perjalanan Saskia termenung mengingat kejadian Abyan yang marah dan mengamuk sebelumnya Saskia tidak pernah melihat Abyan seperti itu. “Ya Allah, aku benar-benar tidak menyangka Mas Aby akan semarah itu,” Batin Saskia. Tanpa terasa taksi yang di naiki Saskia sudah tiba di Kantor perkebunan. “Maaf Bu, sudah sampai,” ucap Sopir taksi itu. Saskia yang tersadar lalu turun dari Taksi dan membayarnya, Saskia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam Kantor. “Syukurlah Bu Saskia sudah datang,” ucap Meta Sekretaris Saskia begitu melihatnya Saskia. “Iya, ada apa Meta?” tanya Saskia heran. “Ada masalah Bu,” jawabnya panik. “Masalah apa Meta?”. “Ayo Bu, kita ke ruangan kerja Ibu sekarang!” ajak Meta. Saskia dan Meta berjalan ke ruangan Saskia, Meta lalu memberikan berkas pendapatan pabrik kelapa sawit bulan ini. Saskia mengambil berkas itu dan membacanya. “Meta, bagaimana hasil produksi minyak kita menurun?” tanya Saskia. Saskia belum mengetahui masalah di Pabrik karena ia belum meninjau langsung ke sana, beberapa hari ini Saskia terlalu sibuk mengurus pekebunan kelapa sawit. “Saya tidak tahu Bu, padahal semua hasil perkebunan kelapa sawit kita langsung di bawa ke pabrik untuk di olah langsung menjadi minyak mentah,” jawab Meta. “Baiklah, siapkan semuanya kita akan pergi ke pabrik sekarang juga!” perintah Saskia. “Baik Bu.” Meta mengangguk. Sesaat kemudian, setelah semua siap Saskia dan Meta pergi diantar salah satu pegawai di kantor yang mengetahui dimana tempat pabrik milik Pak Tirta sebab ini adalah pertama kalinya Saskia pergi ke pabrik. Setibanya disana, para pekerja pabrik menundukkan kepalanya kaget saat melihat atasan tertinggi mereka terjun langsung ke lapangan kerja. “Apa yang terjadi disini? Saya menerima laporan produksi minyak mentah kita menurun?” tanya Saskia. Semua para pekerja pabrik terdiam, menundukkan kepalanya. “Kenapa kalian diam? Jawab saya?” tanya Saskia. “Itu karena jumlah pemasokan buah kelapa sawit berkurang Bu, dan ada beberapa sparepart mesin pabrik yang rusak,” tutur salah satu pekerja. “Apa! Sejak kapan ini terjadi?” “Sudah dua Minggu yang lalu, Bu.” Saskia mengangguk, kemudian berpikir apa yang harus dilakukan. “Baiklah kalau begitu kalian semua bisa kembali bekerja!” Perintah Saskia. Para pekerja pabrik lalu kembali ke pekerjaannya masing-masing. Saskia lalu pergi menemui manajer pabrik bersama Meta untuk mengatasi masalah ini. “Mulai sekarang lalukan lebih baik lagi, nanti semua biaya kerusakan sparepart mesin nanti kita bicarakan lagi di kantor!” Perintah Saskia. “Baik, Bu,” jawab Manajer menundukkan kepalanya. “Ya sudah, saya akan kembali ke sebulan lagi untuk meninjau keadaan pabrik kembali. Ayo Meta!” Saskia dan Meta kemudian kembali ke Kantor pusat, dalam perjalanan Saskia memijat pelipisnya memikirkan biaya yang harus di keluarkannya untuk perbaikan mesin sementara saat ini perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan. “Ya Allah, bagaimana ini,” batin Saskia bingung. “Bu, apa ibu sakit?” tanya Meta yang sejak tadi memperhatikan Saskia. “Iya, saya sedikit tidak enak badan,” jawab Saskia. “Kalau begitu, ibu pulang saja!” ujar Meta. “Baiklah, nanti kau kembali ke kantor sendiri.” “Iya, Bu.” Saskia lalu memerintahkan pak Sopir untuk langsung ke rumah. Sesampainya di rumah Saskia bergegas turun, setelah itu mobil yang dikendarai Meta langsung menuju ke Kantor. Dengan langkah lemas, Saskia masuk ke dalam rumah, begitu pintu terbuka kedua bola Saskia seketika membulat manakala melihat keadaan rumah yang berantakan seperti habis berpesta. Beberapa botol minuman keras dengan harga termahal tergeletak di atas meja, sampah kulit kacang, kotak pizza dan makanan ringan lainnya berserakan di lantai, terlihat ada beberapa orang sedang tertidur di atas Sofa. “Ya Allah, apa yang terjadi disini,” guman hati Saskia. Saskia lalu melangkah perlahan masuk sambil memanggil suaminya. “Mas Aby!” “Hmm ... Apa,” jawab Abyan setengah sadar dari balik Sofa. Saskia kemudian menghampiri Abyan dan duduk di tepi Sofa, diusapnya lembut wajah Abyan yang tertidur. “Mas apa yang sudah terjadi disini?” tanya Saskia. “Ya apalagi, aku habis pesta bersenang-senang,” Jawab Abyan tertawa dengan mata yang masih terpejam. “Ya Allah, Mas Aby kenapa melakukan semua ini? Berhentilah Mas.” “Terserahku mau melakukan apa pun, bukan urusanmu!” hardik Abyan. “Tapi Mas jangan seperti ini, tidak baik kau berpesta dan menghambur-hamburkan uang untuk yang tidak penting,” ucap Saskia menasihati Abyan. “Ah ... Berisik banget sih!” Sentak Abyan lalu bangun dari tidurnya. Saskia yang merasa terkejut seketika mengatupkan mulutnya. Abyan lalu bangkit, berdiri lalu memegang tangan Saskia dengan kuat dan menyeretnya ke kamarnya. “Aw ... Sakit Mas, lepaskan tanganku!” Saskia merintih kesakitan, tapi Abyan tak peduli. Begitu sampai di kamar Saskia, Abyan lalu melepaskan tangan Saskia dengan kasar sampai ia terjatuh. “Kau tidak boleh keluar, sebelum aku mengizinkannya!” Abyan kemudian menutup pintu kamar Saskia dan hendak menguncinya. Dengan cepat Saskia bangkit dan berlari menuju pintu untuk mencegahnya namun sayangnya terlambat pintu itu sudah terkunci rapat dari luar. “Mas buka pintunya, Mas Aby!” teriak Saskia berkali-kali di iringi dengan ketukan pintu. Abyan tak menghiraukan teriakan Saskia, ia pergi begitu saja kembali bersama teman-temannya. “Mas Aby, buka pintunya, Mas!” Saskia terduduk lemas di balik pintu sambil menangis. Tanpa terasa karena kelelahan menangis, Saskia sampai tertidur di lantai bersandar pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD