Kantor Polisi

2750 Words
Seperti biasa setiap Subuh pagi Saskia terbangun, Saskia berusaha mengerjapkan matanya sambil menutup mulutnya yang terus menguap karena masih mengantuk. Saskia lalu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukanya sekaligus mandi. Setelah itu Saskia menjalankan kewajiban sebagai muslim yang tak pernah ia tinggalkan, Saskia selalu berdoa untuk kedua orang tuanya dan Abyan. “Ya Allah, terimalah Ayah dan Ibu di dalam surga Mu, dan kuatkanlah aku menghadapi suamiku, bukakan pintu hatinya agar ia mau menerimaku dan mencintaiku. Amin.” Saskia berharap Doanya akan segera terkabul, ia hanya ingin menjalani Rumah tangganya dengan Sakinah, Mawadda, dan Warahmah seperti layaknya suami istri pada umumnya. Sehabis Shalat Saskia menyimpan kembali mukena dan sajadahnya lalu pergi ke dapur, ia akan membuat bubur untuk Abyan yang sedang sakit. 30 menit kemudian bubur ayam itu sudah matang, Saskia mengambil semangkuk bubur dan membuat segelas s**u lalu membawanya ke kamar Abyan. “Mas Aby bangun,” ucap Saskia sambil menggoyangkan tubuh Abyan pelan. “Aahh...ganggu orang tidur saja,” hardik Abyan menepis tangan Saskia dengan mata yang masih terpejam. Abyan lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Saskia. Saskia kemudian mencoba membangunkan Abyan kembali. “Mas Aby. Ayo bangun, di makan dulu buburnya.” Saskia menggenggam dan mengelus tangan Abyan. Sentuhan lembut Saskia membuat Abyan terbangun dan membuka matanya lalu ia menoleh ke arah Saskia. Abyan memegang tangan Saskia dan mengarahkan ke wajahnya, kelembutan tangan Saskia membuat Abyan merasa nyaman. “Apa masih sakit Mas?” tanya Saskia. “Iya sedikit,” jawab Abyan cuek. “Ya Sudah, sekarang Mas Aby makan dulu biar cepat sembuh,” ujar Saskia tersenyum. Saskia mengambil mangkuk bubur dan ingin menyuapi Abyan. Abyan duduk bersandar di ranjangnya sambil memandang mangkuk berisi nasi lembek itu dengan wajah tidak suka. “Aku tidak mau makan,” ucap Abyan mengalihkan wajahnya. “Mas Aby harus coba dulu, ini enak loh bubur ayamnya,” Rayu Saskia. Saskia mengarahkan satu sendok bubur ke mulut Abyan, mau tidak mau Abyan membuka mulutnya menerima suapan Saskia. “Enak juga,” guman hati Abyan sambil menatap Saskia. Saskia tersenyum senang karena Abyan tidak menolak bubur yang ia buat, Saskia terus menyuapi Abyan sampai bubur itu habis tak tersisa dan memberikan segelas s**u itu. Abyan lalu meneguknya sampai tandas. “Terima kasih,” ucap Abyan pelan tapi masih bisa di dengar oleh Saskia. Saskia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, ia merasa sangat senang karena ini pertama kalinya Abyan bicara lembut kepadanya. Setelah itu Saskia kembali ke dapur sambil membawa mangkuk dan gelas kosong itu. “Ya Allah, semoga ini awal Mas Aby berubah,” batin Saskia berharap. Saskia lalu segera kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja dan bersiap pergi ke kantor di antar oleh Bu Ratna dan Pak Anton yang juga akan pergi ke Rumah sakit. Tetapi sebelum berangkat Saskia kembali ke kamar Abyan untuk meminta izin bekerja kepada suaminya. "Mas, aku berangkat ke kantor dulu ya," pamit Saskia. "Iya," sahut Abyan. Saskia lalu memegang tangan Abyan dan mencium punggung tangannya. Abyan terdiam menatap Saskia yang mencium tangannya. "Mas Aby, kenapa diam saja?" tanya Saskia. "Memangnya apa yang harus aku lakukan," jawab Abyan bingung. "Mas Aby, seharusnya mencium keningku," ujar Saskia. "Ya, ya, Baiklah," ucap Abyan dengan nada sedikit terpaksa. Abyan lalu memandang wajah Saskia dan perlahan mendekatkan bibirnya. "Cup." Satu kecupan lembut mendarat di kening Saskia. Saskia tersenyum senang karena Abyan tidak menolak untuk mencium keningnya. “Sudah sana-sana pergi,” ucap Abyan ketus sambil mengusir Saskia. Setelah berpamitan Saskia kemudian keluar dari kamar Abyan lalu menghampiri Bu Ratna dan Pak Anton yang sedang sarapan pagi. "Saskia dimana Abyan? Apa dia belum bangun?" tanya Ratna. "Mas Aby lagi di kamar Ma, sedang sakit," jawab Saskia. "Ow ya sudah. Saskia nanti sore kau pulang naik taksi ya,” ucap Bu Ratna. "Iya Ma,” sahut Saskia. "Baiklah, ayo kita berangkat sekarang nanti terlambat lagi!” Ajak Bu Ratna. Saskia menganggukkan kepalanya. Ratna dan Anton lalu berjalan terlebih dulu menuju mobil, lalu di ikuti oleh Saskia. Sepanjang perjalanan Anton terus menatap Ratna dan memberikannya kode agar Ratna tidak lupa dengan apa yang sudah mereka rencanakan tadi malam. Ratna yang mengerti maksud suaminya itu membalasnya dengan anggukkan kepalanya pelan. “Saskia, kau tidak lupa kan, akan mentransfer uang 50 juta ke rekening mama,” ucap Ratna begitu tiba di kantor. “Iya Ma, Saskia akan mentransfernya pagi ini.” “Makasih ya, kalau begitu Mama dan Papa pamit dulu ke Rumah sakit menjenguk kakek Tirta,” pamit Ratna. “Iya Ma, hati-hati di jalan ya!”. Saskia turun dari mobil dan melambaikan tangannya, setelah mobil Bu Ratna tidak terlihat lagi Saskia lalu masuk ke dalam kantor. “Selamat pagi Bu!” sapa para pegawai staf kantor. “Iya selamat pagi juga,” balas Saskia tersenyum. Saskia kemudian masuk ke dalam ruangannya dan memerintahkan bawahannya untuk mentransfer uang ke mertuanya. Saskia lalu mulai bergulat dengan laptop yang ada di hadapannya. *** Sementara itu di Rumah sakit Ratna dan Anton tersenyum senang karena uang yang di transfer Saskia sudah masuk ke dalam rekening Ratna. “Ayo Pa, kita pergi ke Bank, ambil uang!” ajak Ratna. “Iya Ma, papa sudah tidak sabar hari ini mau main judi lagi,” ucap Anton terkekeh. “Kalau Mama mau Shopping Pa,” sahut Ratna tersenyum. “Kenapa Mama mau Belanja lagi? Bukankah beberapa hari yang lalu Mama sudah belanja?” tanya Anton. “Kemarin itu Mama belanja baju untuk Saskia, Pa. Papa tahu sendiri itu anak datang ke Rumah kita gak bawa apa-apa karena kebakaran yang menimpa keluarga,” jawab Ratna. “Ow ya sudah terserah Mama, sekarang ayo kita ambil uang kita!”. Ratna menganggukkan kepalanya, mereka lalu pergi keluar meninggalkan kakek Tirta sendirian. Di Rumah sakit. Kembali ke kantor, Saskia yang sudah menyelesaikan pekerjaannya lalu pergi mengunjungi perkebunan kepala sawit yang letaknya cukup jauh dari Kantor. Saskia ingin melihat secara langsung keadaan perkebunan di lapangan. Siang hari cuaca semakin panas dan menyengat di dalam mobil, sesekali Saskia mengelap keringat yang mengalir di keningnya. Tanpa lelah Saskia mengelilingi perkebunan itu yang luasnya hampir mencapai ribuan hektar bersama salah satu Asisten perkebunan. Terlihat di sana ada beberapa karyawan yang sedang berkumpul beristirahat, Saskia lalu meminta kepada Asisten untuk memberhentikan mobilnya sejenak ia ingin menemui para Karyawan itu. “Apa kabar semuanya, Bagaimana pekerjaan kalian!” sapa Saskia. “Baik Bu,” sahut para Karyawan itu. Saskia lalu sedikit berjalan-jalan melihat keadaan pohon-pohon kelapa sawit itu. “Kasihan ya Bu Saskia cantik, harus bekerja panas-panasan datang ke perkebunan,” bisik salah satu karyawan itu. “Iya kasihan Bu Saskia, seharusnya Pak Abyan yang bekerja dan mengurus perkebunan,” sahut Karyawan lainnya. “Hus! Apa yang kalian bicarakan cepat sana kembali bekerja!” perintah Asisten perkebunan. Para Karyawan itu lalu kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Saskia yang sudah mendengar ucapan para Karyawan itu lalu memutuskan untuk kembali ke kantor bersama Asisten perkebunan. Tanpa terasa hari sudah berubah menjadi petang, Saskia Segera membereskan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang. Saskia melangkahkan kakinya ke jalan besar menunggu mobil taksi lewat. 20 menit kemudian sebuah mobil taksi terlihat, Saskia melambaikan tangannya. Taksi itu lalu berhenti dan Saskia masuk ke dalamnya, tidak butuh waktu lama Saskia tiba di rumah karena jarak dari kantor menuju Rumah Bu Ratna memang tidak terlalu jauh. “Terima kasih Pak!” ucap Saskia sambil menyerahkan uangnya. “Iya Bu, sama-sama,” sahut sopir taksi itu. Setelah Saskia keluar dari taksi, sopir itu lalu kembali menjalankan mobilnya. Saskia segera berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri. “Non Saskia baru pulang!” sapa Bi Sumi. “Iya Bi, ini mau mandi dulu,” balas Saskia. “Ow kalau begitu bibi siapkan makanan ya.” “Tidak usah Bi, Saskia nanti saja makannya bersama Mas Aby.” “Iya Non, ya sudah Bibi ke belakang dulu.” Saskia menjawab dengan anggukkan kepalanya lalu kembali berjalan menuju kamarnya, hanya dalam 15 menit Saskia sudah keluar dari kamar mandi. sehabis mandi dan berpakaian Saskia lalu ke kamar Abyan untuk melihat keadaan suaminya. Kleek Saskia membuka pintu kamar Abyan yang tertutup rapat. Pandangan Saskia langsung tertuju kepada Abyan yang sedang tidur terlelap. Saskia berjalan perlahan mendekati Abyan agar ia tidak terbangun, Saskia lalu menyimpan ponsel Abyan yang masih menyala di tangannya ke atas meja. “Mas Aby pasti ketiduran saat bermain Game,” guman hati Saskia. Saskia kemudian naik ke tempat tidur Abyan sambil sesekali mengelus puncak kepala Abyan, karena terlalu lelah bekerja tanpa sadar Saskia tertidur memeluk Abyan. Waktu magrib pun tiba, Abyan terbangun dari tidurnya, ia sedikit terkejut melihat Saskia tertidur di sebelahnya dengan tangan yang melingkar di perutnya. Abyan perlahan melepaskan tangan Saskia dari atas perutnya lalu menjauhkan kepala Saskia dengan jari telunjuknya. Tetapi Saskia malah bergerak kembali memeluk Abyan bahkan kali ini lebih erat. Abyan membulatkan matanya melihat tangan lembut Saskia berada di atas perutnya. Abyan lalu merasakan sesuatu di bagian bawahnya yang mulai mengeras. “Sial,” umpat Abyan. Abyan tidak bisa lebih lama lagi berada di dekat Saskia, ia takut akan menyentuh Saskia. Abyan lalu membangunkan Saskia, ia mendorong tubuh Saskia dengan kasar. “Saskia bangun!” pekik Abyan. Saskia kemudian terbangun, kesadarannya masih belum pulih sepenuhnya. Saskia perlahan membuka matanya dan melihat sekelilingnya. “Kenapa aku bisa tidur disini?” tanya Saskia bingung. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau tidur di sini?” tanya Abyan ketus. Saskia mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi, Saskia baru menyadari kalau ia tanpa sadar ketiduran di ranjang Abyan. “Maaf mas Aby, aku tidak sengaja tertidur disini,” jawab Saskia tersenyum. Abyan memandang wajah Saskia yang tersenyum, Abyan tidak habis pikir sudah berulang kali ia membentak dan bersikap kasar padanya tetapi gadis di hadapannya ini selalu saja tersenyum. “Sudah sana kau keluar!” perintah Abyan. “Iya Mas,” sahut Saskia. Lalu turun dari atas tempat tidur Abyan dan berjalan keluar. Sebelum keluar dari kamar Abyan, Saskia membalikkan tubuhnya ke arah Abyan. “Mas Aby. Nanti selesai Shalat magrib kita makan malam bersama ya!” ajak Saskia. Tetapi Abyan tidak menanggapi Saskia, ia malah melemparkan bantalnya ke arah Saskia. melihat bantal itu melayang di udara dengan cepat Saskia menutup pintu kamar Abyan agar tidak mengenai wajahnya. “Untung saja tidak kena,” guman hati Saskia. Saskia lalu kembali ke kamarnya untuk mendirikan Shalat magrib. Sedangkan Abyan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya setelah itu ia pergi ke bawah untuk makan malam. “Bi Sumi, cepat siapkan makanan!” perintah Abyan. “Lo Den Aby tidak menunggu Non Saskia, tadi Non Saskia bilang mau makan sama Den Aby,” ucap Bi Sumi bingung. “Sudahlah Bi, biarkan saja dia,” sahut Abyan. Bi Sumi lalu mulai menyiapkan makanan untuk Abyan, tetapi tidak lama Saskia datang menghampiri Abyan dan Bi Sumi. “Bi Sumi, biar Saskia saja yang menyiapkannya,” ucap Saskia mengambil alih piring yang di pegang Bi Sumi. “Baik Non,” ucap Bi Sumi lalu kembali ke dapur. Saskia lalu mengambil makanan untuk Abyan dan meletakkannya di atas meja, Kemudian Saskia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Mereka lalu makan bersama. “Mas Aby!” panggil Saskia. “Hhmmm..,” sahut Abyan sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya. “Mas Aby, boleh tidak aku pindah ke kamar Mas Aby?” tanya Saskia. “Uhhukk, uhhukk!”. Abyan langsung tersedak mendengar pertanyaan Saskia. Dengan cepat Saskia memberikan air untuk Abyan dan mengelus punggungnya. Setelah Abyan merasa lebih baik Saskia lalu kembali duduk dan menghabiskan makanannya. “Bagaimana Mas Aby? Apa mas Aby mengizinkannya?” tanya Saskia sehabis makan. “Tidak,” jawab Abyan singkat. “Tapi Mas, kita sudah menjadi suami istri sudah seharusnya kita tidur di dalam satu kamar,” terang Saskia. “Saskia, asal kau tahu pernikahan kita hanya sebatas di atas kertas. Jadi, jangan harap aku akan menjalani rumah tangga ini seperti apa yang kau inginkan!” bentak Abyan keras. Seperti biasa Abyan selalu pergi keluar Rumah setiap malam, meninggalkan Saskia begitu saja. Saskia meremas tangannya kuat, hatinya begitu hancur mendengar ucapan Abyan. Tanpa terasa air matanya luruh begitu saja membasahi wajah cantiknya. “Mas Aby, Sampai kapan pun aku akan menunggumu sampai kau akan menerimaku,” batin Saskia. Saskia menghapus Air matanya, mencoba menguatkan hatinya. Saskia yakin suatu hari nanti suaminya pasti akan menerimanya. *** Tidak lama kemudian Ratna dan Anton pulang ke Rumah setelah bersenang-senang menghabiskan uang mereka. Tanpa sengaja Ratna melihat Saskia yang tengah bersedih. “Ma, papa ke kamar duluan ya!” ucap Anton. Ratna menganggukkan kepalanya, lalu ia menghampiri Saskia di meja makan. “Saskia, kau kenapa Nak? Sepertinya kau habis menangis?” tanya Ratna. “Eh...mama sudah pulang, Saskia tidak menangis kok Ma,” jawab Saskia tersenyum. Menyembunyikan kesedihannya, ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada mertuanya atas semua perlakuan dan ucapan kasar Abyan pada dirinya. “Ow ya sudah, Mama kembali ke kamar dulu ya.” “Iya Ma,” sahut Saskia. Ratna lalu melangkahkan kakinya ke kamar, sedangkan Saskia membersihkan meja makan. Setelah itu ia beristirahat di kamarnya. Pukul 01.00 malam tiba-tiba saja telepon Rumah terus berdering, Saskia yang sedang terlelap langsung terlonjak kaget mendengarnya. Ia lalu beranjak bangun dari tempat tidurnya dan bergegas mengangkat teleponnya. “Halo, Assalamualaikum.” Saskia mengangkat panggilan teleponnya. “Wa ’alaikumsalam, Saskia tolong cepat datang kesini.” Terdengar suara Abyan panik di seberang telepon. “Mas Aby. Mas Aby dimana?” tanya Saskia khawatir. “Aku di kantor polisi, cepat keluarkan aku dari sini Saskia, aku tidak mau masuk penjara,” paksa Abyan. “Iya-iya Mas, aku akan segera kesana sekarang juga,” ucap Saskia lalu mematikan teleponnya. Saskia mengambil tasnya lalu pergi ke kantor polisi, karena keadaan sudah larut malam sangat sulit untuk mencari Taksi. Saskia lalu meminta bantuan satpam yang bekerja di Rumah Bu Ratna untuk mengantarnya ke kantor polisi. Empat puluh lima menit kemudian Saskia tiba di kantor polisi, ia lalu segera masuk mencari Abyan. Betapa terkejutnya Saskia ketika melihat Abyan yang sudah berada di dalam sel tahanan. “Astagfirullah Hal Adzim, Mas Aby!” Saskia langsung berlari menghampiri Abyan dan memegang tangannya. Keadaan Abyan terlihat sangat berantakan sudut bibirnya berdarah, bajunya robek, juga ponselnya hilang. beruntung polisi mengizinkan Abyan menggunakan telepon kantor polisi untuk menghubungi Saskia. “Saskia, cepat Keluarkan aku dari sini,” pinta Abyan. “Iya Mas, tapi mas Aby buat masalah apa? Kenapa bisa sampai masuk penjara?”. “Aku bersama teman-temanku berkelahi memberi perhitungan kepada Geng motor kemarin tapi polisi patroli datang dan menangkap kami semua,” ucap Abyan menjelaskan. “Ya ampun Mas Aby, aku ‘kan sudah bilang mas Aby jangan sering keluar malam lagi,” ucap Saskia menasihati. “Iya-iya, sudah sana cepat keluarkan aku dari sini,” desak Abyan. Saskia lalu menemui pihak polisi untuk membebaskan Abyan. Pihak kepolisian bisa membebaskan Abyan jika ada uang sebagai penangguhan penahanan. Saskia lalu mengeluarkan cek dengan jumlah yang cukup besar dari dalam tasnya dan memberikan cek itu kepada polisi untuk penangguhan penahanan Abyan. Pihak kepolisian lalu memproses pembebasan Abyan. “Terima kasih pak Polisi!” ucap Saskia sambil menundukkan kepalanya. “Iya Mbak, tolong di ingatkan suaminya agar tidak berkelahi lagi dan membuat kerusuhan di tempat umum,” pesan pak Polisi itu. “Iya Pak, sekali lagi terima kasih.” Pak polisi menganggukkan kepalanya lalu berjalan membuka sel tahanan untuk membebaskan Abyan. Setelah bebas dari penjara Abyan dan Saskia pulang, mereka tiba di Rumah pukul 03.00 malam. Saskia sudah sangat mengantuk tapi ia berusaha menahannya, Saskia membantu Abyan ke kamarnya mengganti pakaiannya dan mengobati sudut bibirnya yang terluka. Abyan menatap Saskia yang begitu perhatian padanya bahkan ibunya sendiri tidak pernah perhatian dan peduli padanya saat ia terluka, selama ini Ratna selalu memanjakan Abyan dengan harta dan uang tidak dengan perhatian. “Sekarang Mas Aby istirahat ya,” ucap Saskia sesudah mengobati Abyan. Saskia membenarkan selimut Abyan lalu berjalan kembali ke kamarnya. “Saskia!” panggil Abyan. Seketika langkah Saskia terhenti mendengar suara Abyan yang memanggilnya. “Iya ada apa Mas?” tanya Saskia menoleh ke arah Abyan. Abyan tidak menjawab, ia beranjak turun dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati Saskia. Begitu di hadapan Saskia, Abyan langsung memeluknya dengan erat. Bola mata Saskia melotot, jantungnya berdegup kencang saat Abyan tiba-tiba memeluknya. cukup lama Abyan memeluk Saskia, ia merasa nyaman dan tenang bersamanya. “Terima kasih,” ucap Abyan lembut lalu melepaskan pelukannya. Saskia terenyak, ia tidak tahu harus berbicara apa. Saat ini Saskia benar-benar sangat bahagia. “Pergilah kembali ke kamarmu!” perintah Abyan. Dengan berat hati Saskia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Abyan, padahal Saskia berharap Abyan memintanya untuk tidur di kamarnya. Abyan menutup pintu kamarnya setelah Saskia tidak terlihat lagi lalu kembali ke atas Ranjang beristirahat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD