Merindukan

1032 Words
Malam hari Ratna dan Anton pulang ke rumah, keadaan rumah terlihat sepi hanya ada Bi Sumi yang sedang menyiapkan makan malam. "Bi Sumi, dimana Saskia dan Abyan?" tanya Ratna. "Non Saskia ada di kamar Nyonya sedang Shalat Isya, kalau Den Abyan pergi tidak tahu ke mana," jawab Bi Sumi. "Ya sudah, kalau begitu Bi Sumi tolong panggilkan Saskia ya!" perintah Ratna. "Baik Nyonya,” sahut Bi Sumi. Bi Sumi berjalan ke kamar Saskia, sedangkan Ratna dan Anton pergi ke kamar mereka untuk membersihkan diri. Seperti biasa sehabis mandi Ratna selalu berhias mempercantik dirinya. "Ma, papa minta uang lagi dong," ucap Anton sambil memeluk Ratna dari belakang. "Memangnya ke mana uang yang kemarin Mama kasih ke Papa?" tanya Ratna sambil memakai bedak di wajahnya. "Sudah habislah Ma, Papa tadi kalah main judi. Makanya besok papa mau main lagi nanti kalau menang uangnya papa balikan dua kali lipat," jawab Anton tersenyum. Ratna menghela napasnya sebentar lalu beralih duduk ke atas ranjang, mengambil dompet yang berada di dalam tasnya. "Lihat Pa, uang mama juga sudah habis," ucap Ratna menunjukkan isi dompetnya. "Jadi Gimana Ma, papa sudah janji sama Roy besok mau main lagi," desak Anton. "Iya, iya. nanti Mama minta sama Saskia," ucap Ratna. Anton tersenyum lebar mendengar ucapan istrinya itu. Sejak dulu Ratna selalu saja menuruti keinginan Anton, setiap hari Ratna dan Anton selalu pergi ke Rumah sakit hanya sebagai alibi agar semua orang mengira Ratna adalah menantu kakek Tirta yang baik. Sebenarnya Ratna dan Anton menjaga kakek Tirta hanya beberapa jam saja, selebihnya waktu mereka di habiskan untuk bersenang-senang. Ratna dan Anton kemudian berjalan bersama ke meja makan untuk mengisi perut mereka yang kosong. "Papa mau lauk yang mana?" tanya Ratna. "Ayam saja Ma," jawab Anton. Ratna mengambil sepotong ayam dan menaruhnya di piring suaminya. Tidak lama Saskia datang menghampiri Ratna dan Anton lalu duduk di hadapan mereka. "Ada apa, Ma? Kata Bi Sumi, mama memanggil Saskia?" "Iya Saskia, ada yang ingin Mama bicarakan. Tapi lebih baik kau makan saja dulu." "Saskia sudah makan, Ma. Tadi sama Mas Aby," sahut Saskia. "Ow ya sudah, Begini Saskia ... Mama mau minta uang," ucap Bu Ratna tersenyum. "Tapi Saskia tidak punya uang Ma." "Saskia, uang kakek Tirta itu ada banyak di bank. Kau tinggal mentransfernya saja ke rekening Mama," tutur Bu Ratna. "Tapi Ma, uang itu akan di gunakan hanya untuk keperluan kantor, pabrik dan perkebunan," ucap Saskia menjelaskan. "Saskia, Mama hanya minta sedikit saja, kebetulan ada teman mama sedang sakit kanker dia meminta bantuan mama untuk biaya pengobatannya." Lidah Ratna sudah sangat lihai berbohong, Anton tersenyum kecil sepertinya ucapan Ratna berhasil membuat Saskia terpengaruh. Saskia yang merasa kasihan akhirnya menuruti keinginan ibu mertuanya itu. "Baiklah Ma, nanti Saskia akan transfer ke rekening mama. Mama butuh berapa?”. "Tidak banyak Saskia, mama hanya perlu 50 juta saja.” "Apa! 50 juta itu banyak sekali Ma!” pekik Saskia terkejut. "Saskia 50 juta itu tidak banyak, harta kakek Tirta itu sangat banyak. Jadi kalau kau mengambil uang 50 juta saja, itu tidak akan membuat kakek Tirta jatuh miskin," sambung Pak Anton. “Tapi Pa, Saskia tidak bisa melakukan nya,” ucap Saskia lirih. “Kenapa Saskia? Apa kau tidak mau membantu teman Mama,” desak Ratna. Saskia berpikir sejenak, ia merasa bingung. Demi membantu teman ibu mertuanya. Akhirnya Saskia akan memberikan uang itu. “Baik Ma, besok pagi Saskia akan transfer ke Rekening Mama,” ucap Saskia. Senyum seketika mengembang di bibir Ratna dan Anton. Ratna sudah yakin Saskia pasti akan menuruti keinginannya. “Makasih ya Saskia,” ucap Ratna sambil memegang tangan Saskia. “Iya Ma, semoga teman Mama bisa cepat sembuh ya.” Saskia tersenyum. “Iya Amin,” sahut Ratna. Ratna dan Anton kembali melanjutkan makan mereka, sedangkan Saskia kembali ke kamarnya menyiapkan berkas yang akan di bawa besok pagi ke kantor perkebunan. *** Malam semakin larut, Saskia yang sedang menunggu Abyan pulang tanpa sadar tertidur di Sofa. Tidak lama setelah Saskia tertidur Abyan pulang ke Rumah, Abyan berjalan terseok-seok menuju dapur mencari kotak obat. Abyan yang tidak bisa menahan rasa sakitnya lalu terjatuh dan tanpa sengaja tangan kirinya menyentuh sebuah gelas. “Prannkkk!” gelas itu pecah jatuh ke lantai. Saskia yang mendengarnya langsung terbangun, ia membuka matanya lebar lalu berjalan ke arah sumber suara itu untuk melihatnya. “Mas Aby!” pekik Saskia histeris. Saskia segera menghampiri Abyan dan memeluknya, Saskia menangkup wajah suaminya yang di penuhi luka dan memar kemerahan. “Apa yang sudah terjadi denganmu Mas?” tanya Saskia bingung. Abyan tidak menjawab, ia hanya merintih kesakitan. Saskia lalu membantu Abyan berdiri dan membawanya ke kamar. Saskia membaringkan tubuh Abyan perlahan dan melepaskan sepatu Abyan. “Tunggu sebentar ya Mas, aku ambilkan kotak obat dulu.” Saskia berlari pergi ke dapur mengambil kotak obat lalu kembali ke kamar Abyan dengan kotak obat di tangannya. Saskia duduk di sebelah Abyan dan mulai mengobatinya. "Tahan sedikit ya Mas." Abyan menganggukkan kepalanya, Saskia kemudian menempelkan obat ke bagian dahi Abyan yang terluka. Wajah Abyan meringis kesakitan menahan perih. "Mas Aby kenapa? Kok bisa sampai seperti ini?" tanya Saskia sambil terus mengobati luka dan memar di wajah Abyan. "Ini semua karena Geng motor sialan itu, awas aja kalau sampai bertemu mereka lagi," jawab Abyan kesal. "Sudahlah Mas, lebih baik sekarang Mas Aby jangan sering keluar malam lagi," Nasihat Saskia. "Sudah, sudah, kau ini selalu saja berisik." Abyan menyingkirkan tangan Saskia yang sedang mengobati lukanya lalu menarik selimutnya dan memejamkan matanya. "Mas Aby, kapan kau akan berubah," guman hati Saskia menatap dalam wajah Abyan yang sudah terlelap. Saskia lalu keluar dari kamar Abyan sambil membawa kotak obat dan menyimpannya kembali ke dapur, setelah itu ia berjalan ke kamarnya untuk beristirahat juga. Di dalam kamar, Saskia mencoba menutup matanya tetapi ia tidak bisa, Saskia sedikit menitihkan Air matanya saat teringat kembali akan kedua orang tuanya yang sudah meninggal. “Ayah, Ibu. Saskia sangat merindukan kalian, kenapa takdir begitu cepat memanggil Ayah dan Ibu, di saat Saskia belum sempat membahagiakan kalian,” Batin Saskia menyeruak. Impian Saskia dulu untuk memberangkatkan kedua orang tuanya ke Tanah suci kini hanya tinggal kenangan dan sekarang Saskia harus menjalani takdirnya menjadi istri yang baik untuk Abyan Permana. Saskia menghapus Air matanya dan membaca Doa kembali, lalu perlahan menutup matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD