Tak sadarkan diri

1759 Words
Keesokan paginya Saskia yang masih terbaring lemah di atas ranjang terbangun, raut wajahnya pucat, kepalanya masih terasa pusing dan mulutnya juga pahit. Perlahan Saskia bangkit dan mencoba mengabaikan pusing di kepalanya, kemudian berjalan tertatih ke kamar ke kamar mandi untuk mencuci muka. “Saskia!” “Saskia!” pekik Abyan. Saskia yang mendengar suara suaminya memanggil, lalu bergegas keluar dari kamar mandi hendak menemuinya. Baru dua langkah Saskia berjalan, Abyan sudah masuk ke dalam kamar Saskia terlebih dulu dan berdiri di hadapannya. “Saskia, kau ini tuli ya sudah berapa kali aku memanggilmu kenapa kau tidak datang!“ bentak Abyan. “Maaf Mas Aby, aku tidak bisa berjalan cepat kepalaku pusing,” ucap Saskia lirih. “Alah alasan! baru sakit sedikit saja sudah manja,” sungut Abyan. Saskia terdiam menundukkan kepalanya takut Abyan marah seperti kemarin. Padahal sebenarnya Saskia merasa kepalanya benar-benar pusing saat sedang berjalan. “Cepat sana siapkan air mandiku!” perintah Abyan. “Abyan, kenapa kau marah-marah dengan Saskia?” tanya Ratna masuk ke dalam kamar Saskia saat mendengar suara ribut. “Ini Ma, Saskia sakit sedikit saja manja,” jawab Abyan mengadu. “Saskia, kau jangan manja. Sudah sana turuti perintah suamimu lalu pergi ke kantor!” perintah Ratna. “Tapi Ma, aku sedang sakit. Aku tak bisa masuk kantor hari ini,” ucap Saskia lirih. “Saskia, kau itu harus kerja jadi kau harus masuk ke kantor hari ini,” paksa Ratna. “Kenapa tidak Mas Aby saja Ma, yang menggantikanku,” sahut Saskia. “Ow, mulai berani ya kau menyuruhku,” sela Abyan menatap tajam Saskia. “Maaf Mas Aby, tapi bekerja adalah tugas Mas Aby sebagai suami,” balas Saskia. “Kalau aku tidak mau menjalankan tugasku sebagai suami kau mau apa, ha!” Abyan langsung memegang kuat kedua pipi Saskia dengan satu tangannya, membuat Saskia meringis kesakitan. “Abyan, sudah cukup lepaskan Saskia!” perintah Ratna. Abyan lalu melepaskan Saskia, Ratna menggelengkan kepalanya menatap Abyan baru saja di nasehati tadi malam tapi Abyan sudah berbuat kasar lagi kepada Saskia. “Saskia, Mama tidak mau tahu kau harus masuk ke kantor hari ini!” ucap Ratna lalu keluar dari kamar Saskia kemudian di ikuti oleh Abyan. Saskia tertunduk, buliran bening mulai mengalir dari sudut matanya meratapi suami dan ibu mertuanya yang tak peduli dengannya. Perlahan Saskia menyeka air matanya dan mengangkat kepalanya, ia harus menyiapkan keperluan suaminya sebelum berangkat ke kantor. Saskia berjalan perlahan ke meja makan menyiapkan makanan Abyan terlebih dulu dan air hangat mandinya, setelah itu kembali ke kamarnya untuk segera bersiap. Sesekali Saskia memijat pelipisnya menahan rasa pusing di kepalanya yang semakin menjadi, selesai mandi dan berpakaian dengan langkah tertatih Saskia ke meja makan untuk sarapan. Terlihat disana suami dan mertuanya tengah menikmati sarapan yang sudah di siapkannya tadi. “Ya Ampun Non Saskia mau pergi ke mana, kalau masih sakit di rumah saja,” ucap Bi Sumi saat melihat Saskia sudah rapi sambil membawa tasnya. “Saskia gak papa kok, Bi.” Saskia tersenyum sambil menarik kursi di sebelah Abyan dan mendudukinya, kemudian ikut sarapan bersama. “Mas Aby, aku masih sakit bisa antarkan aku berangkat ke kantor?” tanya Saskia sehabis makan. “Memangnya kau tidak bisa pergi sendiri,” jawab Abyan cuek. “Bisa Mas, tapi aku ingin diantar Mas Aby,” pinta Saskia. “Abyan sudah antarkan Saskia, ‘kan gara-gara kau menguncinya di kamar Saskia jadi sakit,” sambung Ratna. “Iya, aku akan mengantar dan menjemputmu nanti,” balas Abyan dengan nada terpaksa. “Makasih ya Mas,” ucap Saskia tersenyum, ia merasa sangat senang walau hanya sekedar di antar suaminya berangkat bekerja. “Hmm ... ,” sahut Abyan berdehem. Abyan kemudian mengambil kunci mobilnya dan berpamitan dengan Ratna dan Anton lalu diikuti oleh Saskia. “Abyan pergi dulu, Ma,” ucap Abyan mencium tangan ibunya. “Saskia juga, Ma.” Saskia mencium punggung tangan mertuanya. Abyan berjalan terlebih dulu keluar rumah dan masuk ke dalam mobil, sementara Saskia masih berjalan perlahan sambil menahan pusing di kepalanya. “Tinn!” bunyi suara klakson mobil. “Saskia cepat, jalan lambat sekali!” teriak Abyan dari dalam mobil. “Iya Mas, tunggu sebentar!” sahut Saskia. Begitu sampai di mobil, Saskia lalu segera masuk. Abyan kemudian menjalankan mobilnya menuju kantor. “Mas Aby, nanti sekalian menungguku kerja di kantor ya,” ucap Saskia memberanikan diri. “Gak bisa,” sahut Abyan singkat sambil tetap fokus menyetir. “Kenapa Mas? Nanti kalau aku pingsan di kantor bagaimana? Mas mau para pegawai laki-laki menyentuh tubuhku?” Saskia sengaja memancing Abyan agar ia mau masuk ke dalam kantor, Saskia berharap Abyan akan mengenal keadaan kantor dan mau bekerja suatu hari nanti. Abyan terdiam memikirkan ucapan Saskia, di liriknya Saskia sambil diam-diam memperhatikan bentuk tubuhnya. “Ini gak bisa di biarkan, enak saja pegawai kantor nanti menyentuh Saskia. Aku sendiri belum pernah menyentuhnya,” guman hati Abyan. “Bagaimana Mas? Mas Aby mau 'kan menemaniku di kantor?” tanya Saskia lagi. “Iya baiklah, aku akan menemanimu,” jawab Abyan. Saskia tersenyum senang, akhirnya rencananya membuat Abyan masuk ke dalam kantor berhasil. Dua puluh menit kemudian mobil Abyan dan Saskia tiba di kantor. Abyan dan Saskia Lalu turun dari kendaraan, berjalan memasuki kantor bersama. Para pegawai merasa terkejut untuk pertama kalinya mereka melihat Pak Abyan datang ke kantor hanya dengan mengenakan baju kaos juga celana jeans pendek, Abyan yang merasa para pegawainya memperhatikannya lalu tiba-tiba membentak para pegawai itu yang sejak tadi memandangnya. “Apa kalian lihat-lihat? Kalian semua mau aku pecat, Hah!” “Enggak Pak, maaf kami sudah lancang,” ucap salah satu pegawai takut. “Mas Aby jangan marah-marah, ayo kita masuk ke ruang kerjaku.” Saskia lalu menarik tangan Abyan, masuk ke dalam ruang kerjanya. Setibanya di sana Abyan melihat keadaan sekelilingnya dimana tempat istrinya bekerja, kemudian duduk di sofa yang ada di ruang kerja Saskia. “Permisi Bu Saskia, boleh saya masuk,” ucap Meta di iringi dengan ketukan pintu. “Iya, silakan masuk,” sahut Saskia. Meta kemudian masuk ke dalam “Maaf Bu, saya mau memberitahu ada rapat pagi dengan manajer pabrik.” “Baiklah, ayo sekarang kita ke ruang rapat.” “Mas Aby, tunggu disini sebentar ya! Aku ada rapat” pamit Saskia. “Hmm ... ,” Abyan menjawab dengan berdehem. Saskia lalu berjalan ke ruang rapat bersama Meta. Sesaat kemudian Abyan merasa bosan berada di kantor, ia bangkit dari duduknya melangkah kearah meja kerja Saskia. Di perhatikan semua tumpukan berkas yang ada di meja, lalu di bukanya sebuah laci yang di bawahnya. “Apa ini?” batin Abyan ketika melihat sebuah amplop coklat. Abyan mengambil amplop itu dan membukanya, bola mata Abyan langsung melebar saat melihat isi dari Amplop tersebut adalah uang. “Banyak juga uang kantor, aku ambil saja untuk membeli ponsel baru,” guman Abyan tersenyum. Semenjak ponselnya hilang kemarin saat tertangkap polisi, Abyan tidak bisa bermain game online lagi. Tanpa sepengetahuan Saskia Abyan mengambil uang itu lalu bergegas keluar dari kantor, pergi ke Mall untuk membeli ponsel Android terbaru. Sementara itu di ruang rapat, Manajer pabrik memberikan berkas semua rincian biaya perbaikan mesin pabrik kepada Saskia. “Ini Bu, semua jumlah total biayanya.” Saskia mengambil berkas itu dan membacanya, tatapan Saskia lalu tertuju dengan jumlah nominal yang cukup besar disana. Saskia kembali memijat pelipisnya, rasa pusing di kepalanya bertambah sakit sebab terus berpikir. “Bu Saskia tidak apa-apa? Wajah ibu terlihat pucat sekali?” tanya Meta khawatir. “Aku sedikit pusing Meta,” jawab Saskia. “Lebih baik sekarang ibu istirahat di ruangan ibu,” ujar Meta. “Iya baiklah, untuk sekarang rapat kita cukupkan hari ini,” ucap Saskia kepada manajer pabrik dan beberapa anggota staf rapat lainnya. “Baik Bu Saskia,” sahut pak Manajer dan staf lainnya. Saskia lalu kembali melangkah bersama Meta menuju ruangannya, begitu tiba di sana Saskia tidak melihat suaminya. “Di mana Mas Aby,” guman hati Saskia. “Bu Saskia istirahatlah, Ow ya Bu untuk gaji karyawan bulan ini saya sudah menyiapkannya dan menyimpannya di laci meja kerja ibu,” ucap Meta memberitahu. “Iya, terima kasih Meta, saya lihat dulu.” Saskia lalu membuka laci mejanya dan tidak menemukan uang di sana “Meta dimana uangnya?” “Di dalam laci itu Bu, saya meletakkannya di sana.” “Tapi sekarang tidak ada Meta.” Raut wajah Meta berubah menjadi panik, ia lalu mencoba mencarinya sendiri di laci meja namun uang itu tetap tidak ada disana. “Ke mana ya Bu? Seingatnya saya sudah menyiapkannya disini,” ucap Meta bingung. “Apa jangan-jangan uang itu diambil Mas Aby,” guman hati Saskia. “Meta kembalilah ke ruanganmu, biar Saya yang mencari uang itu!” Perintah Saskia. Meta mengangguk kemudian keluar dari ruang kerja Saskia, sementara Saskia langsung terduduk lemas di kursi. Saskia memejamkan matanya sesaat untuk mengurangi rasa sakit kepalanya. Tak berapa lama pintu ruangan kerja Saskia terbuka, lalu Abyan masuk ke dalamnya setelah membeli ponsel baru. Saskia menoleh ke arah Abyan lalu beranjak dari duduknya, berjalan menghampirinya. “Mas Aby dari mana?” tanya Saskia. “Aku dari Mall, membeli ponsel baru,” jawab Abyan menunjukkan benda pipih yang masih terbungkus rapi di dalam kotaknya kepada Saskia. “Mas, harga ponsel ini mahal sekali, mas Aby dapat uang dari mana?” tanya Saskia curiga. “Dari laci meja kerjamu,” jawab Abyan tanpa bersalah. “Apa Mas!” Saskia terkejut. “Mas Aby, uang itu untuk gaji pegawai kita, kenapa Mas Aby mengambilnya?” tanya Saskia. “Saskia ponselku kemarin hilang jadi apa salahnya kalau aku membeli ponsel baru, kau jangan terlalu pelit dengan suami,” jawab Abyan. “Mas bukannya aku pelit tapi memang kondisi keuangan Kantor saat ini sedang sulit, beberapa hari yang lalu aku mentransfer uang untuk mama, aku juga mengeluarkan uang untuk membebaskan mas Aby di penjara. Sekarang untuk perbaikan mesin pabrik, di tambah lagi untuk gaji para pegawai, aku uang dari mana Mas,” ucap Saskia lirih. “Ya itu urusanmu,” sahut Abyan dengan santainya. “Ya Allah Mas Aby, aku mohon Mas mengerti keadaan kita saat ini. Jangan menghambur-hamburkan uang lagi, Mas,” pinta Saskia. Abyan tidak menghiraukan ucapan Saskia, ia asyik bermain ponsel barunya. Saskia menghela napasnya melihat kelakuan suaminya yang tidak bisa bersikap dewasa, padahal Saskia berharap setelah Abyan melihat keadaan kantor hatinya akan tergerak dan mau bekerja. “Ya Allah, apa yang harus aku lakukan agar Mas Aby berubah,” batin Saskia. Saskia memegang kepalanya sesaat, semakin lama Saskia tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Perlahan penglihatan Saskia mulai kabur, tak lama kemudian ... Brukk Tubuh lemah Saskia terkulai dan tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD