Bab 8

2336 Words
  ***   Apapun alasannya masakan ibu adalah masakan paling enak di dunia ini. Walau ia sudah pisah rumah dengan orang tua namun rasa kangen untuk menyicipi masakan mama selalu ada. Ayam goreng lengkuas buatan mama selalu juara menurutnya. Apalagi cuma ayam goreng pakai sambal bawang membuatnya bisa menambah dua piring. Mungkin kunci utama masakan mama adalah dibuat dengan sepenuh hati. Itulah yang membuat masakan enak dan otentik, meski hanya masak sederhana. mama juga selalu tahu selera keluarga, misalnya papa selalu menyukai makanan berkuah seperti sup. Ares menyukai masakan yang pedas, Raja menyukai masakan yang di steam karena dia menjaga pola makan agar tetap sehat. Dan ia menyukai makanan kering seperti ayam goreng, udang goreng atau ikan goreng. Semua kebiasaan itu menjadi menu favorite dalam keluarga. Dan semua mama tahu apa yang anaknya sukai. Ia juga selalu teringat jika sakit, mama selalu membuatkannya sup ayam favoritenya. Saat makan malam keluarga, selalu ada saja yang mereka bahas bukan sekedar malam saja tapi menciptakan keakraban, dan membuat obrolan semakin seru. Mama juga selalu mastikan makanan bergizi untuk keluarganya agar tetap terjamin kesehatannya. Dan tentu mama selalu membuat makanan yang bersih dari bahan-bahan terbaik. Anya tersenyum memandang mama di sana yang sedang menyiapkan makanan untuknya. Hanya masakan sederhana ayam goreng lengkuas, sambal dan sayur bayam bening. “Kamu tadi dari mana?” tanya mama, memandang putri cantiknya sudah duduk di meja makan. “Habis dari test food product barunya Arom. Jadi langsung ke sini” Anya mendengar suara getaran dari ponselnya. Anya melihat pesan dari Armand. Anya membuka pesan itu dan lalu membacanya. “Aku sudah di depan rumah” Armand.                                                                                          Mama Anya menyiapkan ayam goreng lengkuas di atas meja, dan sayur bayam bening. Anya mendengar suara bell. Anya yakin itu adalah Armand. Anya lalu berdiri, dan mama memandangnya. “Biar Anya aja ma yang buka. Itu Armand, tetangga sebelah rumah” ucap Anya. “Owh, yaudah kalau begitu” ucap mama Anya. Anya melangkah menuju pintu utama ia lalu membuka pintu. Benar dugaanya bahwa yang berdiri di depan pintu itu adalah Armand. Anya tersenyum menatap Armand, pria itu mengenakan kaos putih polos dan celana jins. Rambutnya tertata rapid dan ia dapat mencium aroma parume  yang memiliki kandungan cardamom, fresh bergamot dan lavender. Aroma sangat menenangkan, ia tahu bahwa itu adalah parfume pria terbaik dikelasnya. Anya memperlebar daun pintu untuk Armand, “Masuklah” ucap Anya. Armand tersenyum dan lalu melangkah masuk ke dalam. Armand memperhatikan penampilan Anya, wanita itu mengenakan dress berwarna hitam dengan leher Sabrina. Penampilan Anya selalu menawan menurutnya. Jujur ia sangat menyukai wanita yang selalu menjaga penampilannya. “Ada siapa di dalam?” tanya Armand. “Ada mama, kebetulan mama mamasakin aku tadi. Kamu udah makan nggak” tanya Anya, ia menawarkan diri kepada Armand untuk makan bersamanya. “Belum” “Yaudah kita lunch di rumah aja ya. Aku lagi kangen masakan mama soalnya” “Iya” ucap Armand. Jujur ia sudah lama sekali tidak ke rumah ini, terakhir ke rumah ini ketika Raja lulus kedokteran UI. Hanya saja ada beberapa bagian yang di renovasi dan warna cat terlihat lebih baru dan penataan ruangan terlihat lebih modern. Rumah ini memiliki khas model Eropa yang kental. Armand melangkah masuk ke dalam ia memandang seorang wanita separuh baya di sana. Wanita itu menatapnya, “Siang tante” “Siang juga, kata Anya tetangga ya?” ucap mama Anya mendekati Armand dan Anya. “Iya tante, anaknya tante Hesti” ucap Armand menjelaskan. “Ooo anaknya Hesti, ya ampun. Ayo masuk-masuk, tante jarang loh liat kamu” ucap mama Anya. Hesti adalah tetangga sebelah rumah dan mama Anya mengenal dengan baik. “Kerja tante, kadang-kadang juga pulang ke rumah” “Owh ya, kerja di mana?” tanya Mama Anya penasaran. “Kerja di Kilang Minyak tante” “Kilang minyak di Cilacap?” “Iya tante, kok tau?” “Tante cuma asal aja tadi. Setahu tante di Cilacap itu kan kilang minyak terbesar” mama Anya tersenyum memandang pria tampan itu. Mama Anya mempersilahkan Armand duduk di meja makan. “Iya bener tante” “Hebat loh kamu bisa masuk sana” mama Anya antusias, karena ia tahu bahwa pria seperti Armand adalah pria yang pantas jika bersanding dengan putri cantiknya. Ia juga kenal Hesti cukup lama. Hesti memiliki usaha toko kain yang tersebar di Jakarta dan diluar kota. “Sekarang tinggalnya masih sama mama kamu?” “Nggak tante, aku udah pindah lama” “Tinggal di mana sekarang?” tanya mama Anya penasaran. “Tinggal di apartemen Keraton tante” Mama Anya lalu tersenyum mendengar Armand tinggal di apartemen mewah. Ia yakin pria itu tidak hanya bekerja tapi memiliki usaha. “Tante gimana kabarnya?” tanya Armand, ia tidak menyangka bahwa mama nya Anya welcome kepadanya. “Baik, oiya kamu itu angkatan Raja ya?” Mama Anya mengambil piring untuk Anya dan Armand. “Iya tante, saya temannya Raja dulu, dulu sering main ke sini waktu masih ngampus bareng. Raja kedokteran, aku di Tehnik Perminyakaan” Armand menatap hidangan rumahan, jujur ia lebih suka masakan rumahan dari pada beli. Masakan rumahan selalu ia rindukan setiap kali pulang kerja di Kilang. “Iya sih, tante itu kayak nggak asing gitu sama kamu. Kamu kenal Anya di mana?” tanya mama Anya, ia mengambil gelas dan menaruhnya di atas meja lalu menuang air mineral. Karena Anya dan Armand jarang-jarang ke rumah kecuali kangen. “Kemarin tante di nikahan Raja. Kita ngobrol di sana dan akhirnya kenalan. Kebetulan aku lagi libur kerja jadi aku mampir ke sini” Mama Anya tertawa, ia melirik Anya yang hanya diam Anya menatap mamanya, sepertinya memberikan lampu hijau untuk dirinya dan Armand. Mama anya tersenyum, “Kamu temenin Anya makan ya, tadi pagi dia bilang pengen makan ayam goreng lengkuas, sayur bening sama sambel” “Iya tante” “Anya …” ucap mama Anya. “Iya ma” “Mama mau ke rumah mas kamu sama papa” “Iya ma, salam buat mas Ares ya ma” “Iya. Orang tua Anya lalu memberi privasi antara Anya dan Bimo. Beliau tahu jika terlalu lama berdiskusi dengan mereka, membuat Armand tidak nyaman. Karena ia dulu pernah muda dan mengalaminya. Anya melihat papa keluar dari kamar. Pria separuh baya itu menghampiri Anya. “Ada tamu?” ucap papa Anya, ditangannya membawa kunci mobil. Armand lalu berdiri, “Siang om” “Siang juga” “Ini anaknya Hesti pa, tetangga sebelah rumah” “Kamu pasti Armand” papa Anya tersenyum melihat Armand dekat dengan putri cantiknya. Armand tersenyum, ternyata papa Anya mengenalnya, “Om kok tau?” “Kemarin papa kamu cerita sama om, anaknya sudah sukses di usia muda. Katanya kamu kerja di kilang sebagai kepala pemasok minyak mentah dan BBM ya” “Iya om” “Punya beberapa SPBU di luar kota, om suka semangat kamu dalam bekerja” papa Anya menepuk bahu Armand. “Terima kasih om” ucap Armand, ia juga cukup bangga bisa mencapai sejauh ini. “Kamu kenalan sama Anya di mana?” “Kemarin di nikahan Raja om” Papa Anya menarik nafas, ia memandang putri cantiknya yang duduk di kursi, “Yaudah kalian lunch, om sama tante pergi dulu” “Iya om, tante hati-hati di jalan” Anya dan Armand menatap beliau menghilang dari pintu utama. Anya kembali duduk dan lalu melirik Armand yang menatapnya. Anya mengambil ayam goreng yang masih hangat itu dan ia mengambil menyendok sayur bening masakan mama. Armand tersenyum melihat Anya, ia mengambil ayam goreng dan sayur yang sama. Makanan ini adalah makanan rumahan yang sederhana. Ia tidak menyangka bahwa Anya menyukai makanan rumah seperti ini. Ia pikir Anya menyukai makanan yang ada di restoran-restoran mewah atau fancy. “Kamu suka makanan rumahan?” “Suka, terutama masakan mama. Aku juga nggak pilih pilih makanan kok” “Aku pikir kamu suka makan di restoran-restoran fancy” “Aku juga suka sih makan di restoran fancy, kadang kalau habis ngegym aku cari restoran yang menurut aku pelayanan prima, kenyamanan tempat, standar penyiapan dan penyajian, memang suka menu yang disediakan” ucap Anya, ia memasukan makan ke mulutnya. “Iya kamu benar. Aku juga sering makan di tempat restoran yang harga perorangnya bisa mencapai 1 juta rupiah. Menurut aku sama sekali tidak rugi, justru sekarang bangga bisa makan dan menikmati restoran mewah. Tentu tidak dari segi menu nya, tapi betapa pelayanan luar biasa yang diberikan, kenyamanan interior. Secara kontras bahwa restoran mahal itu memanjakan kita dari segala sisi” “Namun itu tergantung orangnya lagi. Sejak lahir ke dunia kita diberikan kebebasan untuk memilih. Ketika kita memasukin ruangan, kita akan memilih tempat yang paling nyaman untuk kita duduki, kita akan memilih makanan apa yang akan kita makan,” Anya tersenyum mendengar jawaban Armand, “Resto mewah itu bikin kamu merasa nyaman dan tenang. Jarak antar meja lebih lebar sehingga memberi lebih banyak privasi. Atau ya bisa minta ruang pribadi. Buat para cewek, bahkan ada tempat khusus untuk menaruh tasnya secara aman” Anya menyudahi makannya, begitu juga dengan Armand. Anya bangun dari kursi ia membereskan meja makan secara sistematis. Ia melihat Armand ikut berdiri, berniat membantu Anya mencuci piring, ketika itu tangan mereka meraih piring yang sama beberapa detik. Akhirnya mereka saling tarik menarik, masing-masing menolak untuk melepaskan piring. “Biar aku aja Armand” “Aku juga bisa Anya, aku mau bantu kamu” “Aku nggak perlu bantuan kamu Armand. Ini hanya dua piring” timpal Anya. “Iya aku tahu, tapi aku tetap ingin bantu kamu” Armand menarik piring itu dari tangan Anya. “Aku tuan rumah  dan kamu tamu, jadi biar aku aja” “Kalau aku nggak bantu kamu, berarti aku nggak sopan. Aku kan ikut makan” “Kamu hanya perlu duduk manis dan lihat saja” “Tapi aku mau bantu kamu Anya” “Jangan, gitu Armand” “Aku mau Anya” Armand menyadari bahwa mereka adalah dua orang dewaasa yang bodoh bertengkar hanya gara-gara piring. Akhirnya Anya melepaskan piring itu dan mengalah. Armand menghidupkan keran air dan ia mencuci piring itu dengan sunlight. “Kamu tau caranya cuci piring?” “Aku sudah berpengalaman cuci piring, cuci baju, nyikat kamar mandi, nyikat wc, pasang saprai tempat tidur, mengepel, menyapu, memasang gorden, mengganti ban mobil bocor, mengganti lampu yang konslet, mengganti pipa yang bocor, mengganti genteng bocor, menyiram tanaman, menguras kolam, membersihkan AC dan memasang hexsos. Selama itu ada intruksi dan tata caranya” Anya mendengar itu hanya nelangsa dalam hati, ia tidak percaya bahwa Armand bisa mengganti genteng bocor, menguras kolam ikan, dan membersihkan AC yang kotor atau memasang hexsos, itu semua dilakukan dengan pihak professional. Anya menyandarkan punggungnya di sisi wastafel, melirik Armand yang sudah selesai mencuci piring, Armand mengeringkan tangannya dengan tisu. Mereka saling berpandangan satu sama lain beberapa detik. “So …” gumam Anya. “Orang tua kamu welcome ya, aku suka” “Kayaknya cuma sama kamu doang yang welcome” “Masa ?” “Serius” Anya mengangguk, “Biasalah” Anya lalu tertawa. Anya menyelipkan rambutnya di telinga. Ia memandang Armand dan lalu tersenyum. “Nanti malam kamu ada acara?” “Kenapa?” “Aku mau dinner sama kamu” “Really?” Anya melihat Armand tersenyum dan lalu mengangguk, “Oke” Anya menaiki tangga atas menuju balkon sambil menatap pemandangan kolam renang. Mereka memilih duduk sambil bersandar di sisi kursi. “Kamu nggak ada niat untuk pacaran lagi?” tanya Armand. “Ada kok” Armand menatap Anya, “Bagaimana kalau jadi pacar kamu” Anya lalu tertawa mendengar pernyataan Armand yang menawarkan diri menjadi kekasihnya, ia akui bahwa Armand sangat perfect, dia tampan, mapan, dan care sama keluarga,  namun ada sisi lain yang belum ia dapatkan. Jika disuruh menjadi pacar Armand tentu saja ia tidak menolak, wanita mana yang menolak pesona Armand. “Come on, masih terlalu awal. Kita aja baru kenal” ucap Anya sambil tertawa, ia salah tingkah. “Dari proses PDKT menuju pacaran kamu biasanya berapa lama?” “Tergantung” “Tergantung apa?” “Tergantung situasi, kalau obrolan kita menarik, bisa ngontrol emosi, dan chemistry kita kuat, yaudah pacaran aja” “Menurut kamu kita ada chemistry nggak?” “Untuk sekarang ada sih, sedikit” ucap Anya tersenyum. Armand lalu tertawa, “Jadi bisa dong” “Bisa” “Tapi nanti lah, jangan buru-buru, untuk saat ini sih kamu pria idamanan semua wanita. Kamu tampan, mapan, bisnis man, dan kamu orangnya nggak dominan pembicaraan. Kamu juga nggak sok kaya, kamu lebih suka menceritakan proses dari pada hasil. Apalagi orang tua aku sepertinya suka sama kamu. Enggak menutup kemungkinan aku sih yes” “Jadi kita jadian?” “Ya nanti, PDKT dulu lah, kamu gimana sih” “Oke, tapi jangan PHP loh” Anya lalu tertawa mendengar kata PHP dari Armand. “Sejak kapan aku PHP” “Biasa sih, kalau cewek punya banyak gebetan, jatohnya PHP” “Yelah, siapa yang punya banyak gebetan, baru kamu doang” “Serius” Anya lalu mengangguk, “Serius” “Thank you” ***   Bimo memastikan lagi ucapan Evan kemarin, bahwa jum’at ini mereka akan ke Bali. Bimo meletakan ponsel ke telinga kirinya. Ia sepertinya butuh liburan, karena sudah beberapa hari ini ia bersiteru dengan BA nya sendiri. Oh Tuhan, ia tidak percaya ada seorang wanita yang menyerempet mobilnya tanpa minta maaf, bahkan meninggalkannya begitu saja. Wanita sombong, seperti Anya memang tidak layak menjadi bagian dari Aroma. Ia pastikan wanita itu keluar dari secepatnya. “Halo Bim?” ucap Evan di balik speakernya. “Jadi Jum’at ini ke Bali? Tanya Bimo.” “Jadi lah, lo jadi kan? Gue udah belin lo tiket” ucap Bimo. “Gue mastiin aja gitu, jadi apa nggak” “Semua akomodasi gue yang tanggung dan lo tinggal bawa diri aja men” “Temennya Fatin jadi ikut?” Bimo hanya tidak ingin ia  hanya memandang kemesraan Evan dan Fatin di sana.   “Jadi” “Oke” Bimo mematikan sambungan telfonnya, ia lalu tersenyum. ***                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD