"A-aku tidak tahu.." Dine menatap Bian. "I-ini terlalu mendadak." "Menikah adalah hal besar," gumam Dine. "Pernikahan yang kamu rencanakan berbulan bulan pun pada akhirnya tidak terlaksana," Bian membalas kata katanya. Dine menonjoknya pelan, "Jangan mengingatkanku." "Aku hanya mengungkapkan pemikiranku. Kamu sudah ada keinginan menikah, begitupun aku. Just do it!" Bian tersenyum. "Bagaimana kalau kamu ternyata penjahat?" Dine mengerucutkan bibirnya. Bian tertawa, "Ah.. Apa aku seperti penjahat? Dine.. Please.." "Apa aku pernah jahat kepadamu?" Bian kembali berkata kata. "Lalu, kenapa kamu mau menikahiku? Apa niatmu?" Dine menggigit bibirnya. Bian kembali tertawa, "Aku sudah mengungkapkan perasaanku. Itu sebabnya aku ingin menikahimu. Apa hati tidak cukup?" "Tanpa menikah