JAGA DIRIMU

1007 Words
Bian tidak ingin lagi memperhatikan perselisihan dua umat manusia itu. Ia sudah cukup tahu kalau Banan Aleric bukanlah lelaki yang tepat untuk Dine. Lelaki yang tidak tahu bersyukur! Tapi ini jadi jalan untukku! Mana mungkin Dine mau mengikat diri seumur hidup dengan lelaki seperti itu. Aku akan mendekati Dine dan menendang si Banan menjauh. Kalau perlu aku culik lelaki itu, dan membawanya terbang. Lalu pasang parasut pada tubuhnya dan jatuhkan di Korea Utara. Ide brilian Bian! Ia menahan senyum sambil membayangkan ide itu menjadi nyata. Langkahnya terhenti di ruangannya dan duduk di kursi kerjanya. "Apa kita pulang sekarang?" tanya Zhian tiba tiba muncul di hadapan Bian. . "Kamu the flash atau hantu atau sejenis klan Harry Potter?" Bian menggelengkan kepalanya. "Memang kenapa?" Zhian bertanya tanya. "Tiba tiba muncul, tiba tiba bersuara. Aku tidak melihat kamu masuk," Bian mengerutkan keningnya. "Atau diam diam kamu membuat pintu rahasia di sini?" Bian celingukan. Zhian menahan tawa. Bos nya yang satu ini harus diakui sebagai sosok yang kuat, gagah perkasa dan berani mengambil resiko. Abian Emery menguasai banyak jenis olahraga, dari olahraga air, darat hingga udara. Bahkan, Abian Emery memiliki lisensi pilot pribadi dan bisa menerbangkan pesawat sejenis cessna atau piper. Pokoknya lelaki serba bisa yang tidak pernah menyerah. Hanya saja, dia memiliki satu kelemahan, yaitu takut hantu. Jadi melihat tingkahnya barusan, Zhian hanya bisa tertawa. "Stop it!" Bian melemparkan sebuah buku notes kecil ke arah Zhian. "Tidak ada hantu di sini bos.." Zhian hanya menggeleng. Bian seketika berdiri dari kursinya sambil memperhatikan sekeliling ruangan, "Ini dia salah satu alasanku tidak ingin cepat kembali ke Indonesia." "Kisah hantu dan mitos dimana mana.." Bian tak lagi menunda dan langsung berjalan ke luar ruangannya. Ia bergidik sendiri. Zhian tak henti tertawa. Ia mengikuti langkah si bos keluar dari ruangannya. Mereka turun melalui lift khusus yang mengarah pada area parkir VVVIP, tempat mobil milik Bian terparkir. Keduanya masuk ke dalamnya. Zhian duduk di samping kursi pengemudi, sedangkan Bian duduk di belakang. Mereka bergerak menuju kediaman Keluarga Emery, rumah megah nan luas yang dulunya menjadi tempat Bian tumbuh besar. Namun, sejak kedua orangtuanya tiada, Bian memilih menetap di Australia Selatan. Keluarga Emery memiliki peternakan besar di sana yang bernama Abram Creeks. Kali ini, Bian kembali ke tanah air dengan misi rahasia, hanya dirinya dan Zhian yang tahu. Mobil memasuki halaman rumah Keluarga Emery. Satu persatu staf rumah tangga yang bekerja menghentikan pekerjaannya ketika Bian melintas. Mereka membungkuk dengan hormat pada majikannya itu. Bian tidak memerdulikan satupun dari mereka. Ia hanya bergerak menuju satu ruangan yaitu ruang kerja almarhum ayahnya yang sekarang sekarang menjadi ruang kerjanya. Isinya masih sama seperti ketika ayahnya ada dulu. Bian tidak berniat merubah apapun. Ia duduk di kursi kerja yang sepertinya sudah kehilangan tingkat elastisitas dan keempukannya, tapi Bian tidak peduli. Kenangan akan orangtuanya terlalu berharga untuk ia hilangkan begitu saja. Bahkan, kursi kerja milik ayahnya ini seperti menyimpan semangatnya. "Kita berangkat dari sini. Jadwal terbang pukul berapa?" Bian menarik laci meja kerja dan mengeluarkan sebuah gunting untuk membuka sebuah amplop yang ada di atas meja kerja tersebut. Surat menyurat yang sifatnya pribadi dan rahasia memang ia alamatkan ke rumah, tidak ke kantor. Mengingat kantor memiliki berokrasi berjenjang yang akan membuat sebuah rahasia mungkin tidak lagi menjadi rahasia. "Pukul delapan malam ini. Private jet sudah siap. Manifest tidak ada perubahan?" tanya Zhian memastikan. Bian hanya menggeleng. Ia dengan serius membaca isi amplop tersebut. "Kamu baca," Bian menyodorkannya pada Zhian. Zhian pun mendekat dan duduk di hadapan Bian. Ia membacanya. "Positif demam ephemeral," jelas Bian. "Sapi sapi itu sudah dikarantina? Pastikan tidak menyebar informasinya. Ini bisa gawat!" Bian menatap Zhian. "Sudah," jawab Zhian. "Dokter sudah memeriksa kondisi di Abram Creeks?" Bian memastikan lagi. "Sedang berlangsung. Abram Creeks begitu luas dan jumlah hewan ternak juga banyak. Sudah ada dua puluh dokter hewan yang terjun langsung dan mengawasi sapi sapi itu," jawab Zhian. Bian mengangguk. Ia tidak mau isu soal kondisi tersebut menyebar. Kalau sampai ada yang mendengarnya, bisa saja menimbulkan isu negatif mengenai kualitas hasil ternak produksi dari Emery Farm. Beberapa ekor sapi yang ada di Abram Creeks tiba tiba saja mengalami demam tinggi akut, anoreksia, keluarnya cairan dari mata dan hidung, air liur berlebihan, juga kekakuan otot. Bahkan ada beberapa ekor yang diikuti dengan ketidakmampuan untuk berdiri, keengganan untuk bergerak, dan penurunan produksi s**u secara tiba-tiba. Kecurigaan kalau mereka terkena bovine ephemeral fever pun terbukti. Hasil sampel dari salah satu sapi yang mengalami gejala tersebut pun menunjukkan demam ephemeral akibat virus yang ditularkan melalui artropoda. Bian mengetuk ngetukkan jari jemarinya ke meja. Ia memikirkan agar hal ini tidak semakin meluas. Bovine ephemeral fever bisa menyebabkan kerugian ekonomi akibat penurunan produksi s**u secara tiba-tiba pada sapi perah dan hilangnya kondisi pada sapi potong. Meskipun angka kematian akibat penyakit ini biasanya lebih rendah dari satu persen, namun angka tersebut dapat mencapai dua puluh persen secara tiba tiba atau bahkan lebih tinggi. Bian sungguh merasa aneh. Untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini semua hewan ternaknya rutin divaksinasi. Itu sebabnya Bian penasaran dan ingin melihat langsung ke lapangan. Hal ini tidak pernah terjadi selama dia tinggal di Abram Creeks. Namun, tiba tiba saja sekarang muncul kabar berita tidak mengenakan. "Kita ke bandara sekarang?" Zhian mengingatkan. "Iya," Bian melihat jam tangannya. Setelahnya, ia melangkah keluar. Mereka pun kembali masuk ke dalam mobilnya, hingga akhirnya tiba di bandara. Mobil mendekat dalam jarak aman ke arah private jet yang sudah menyala dan siap terbang. Bian dan Zhian menginjak tangga pesawat satu persatu hingga berada di dalamnya. Keduanya duduk dan bersiap lepas landas. Bian menyempatkan diri untuk mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan pada dokter cantik yang menjadi ibu kucingnya. Ia diam diam tersenyum sambil mengetikkan pesan. Bian : Aku pergi. Jangan lupa titip Dre. Jaga dia baik baik. Dine : Dre pasienku. Tenang saja, aku akan menjaganya. Bian : Tidak hanya Dre, tapi kamu juga. Dine : Aku juga apa? Bian : Jaga dirimu baik baik. For me. Bian : See you on Sunday! Setelahnya, Bian pun mematikan ponselnya. *** Dine terdiam membaca pesan itu. Oh.. Bian.. Kenapa kamu sweet sekali.. Bagaimana kalau aku jatuh hati? Akankah kamu bertanggung jawab?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD