BAB 12. Gara-gara tomat

1208 Words
“Nanti ikut makan malam ya di sini.” “Kalian jadinya tinggal berdua? Di rumah Vino yang mana?” Itu Sinta yang bertanya kepada Hanna dan Hanny. Keduanya tak habis pikir, seberapa banyak rumah Vino. Vino melepaskan pelukannya kepada Hanna dan ke dapur untuk mengambil air dingin. “Itu ma, yang rumah putih milik Vino.” Jawab Vino setelah dari sana. “Oh.” Sinta mengerti. Vino selalu membeli rumah yang unik. Spesifik kalau mau putih yang semuanya serba putih. Kadang juga suka beli yang aneh. Nanti aneh banget. Sampai di gambarin alien. “Dia tuh pernah beli rumah. Tau gak desainnya gimana? Aneh banget gitu. Semua ornamen gambar, masak alien semua.” Kata Sinta menceritakannya kepada Vino. “nanti harus lebih hati-hati lagi Vin. Gak boleh sembarangan gitu. Apalagi kan Hanna lagi hamil.” Tambah Sinta menasehati Vino yang duduk di samping papanya. “lah. Memangnya kenapa ma?” “gak boleh la. Nanti kenapa-napa lagi anak kamu. Amit-amit. Pokoknya hati-hati jangan melakukan hal yang aneh aja gitu. Kamu kan suka tuh.” “Iya dasar aneh.” Donita senang sekali, dia ikutan menunjuk Vino. “Hih. Gak usah ikutan.” Ujar Vino. Cuma bercanda sih merespon Donita. “Dek, mau ganti baju gak. Mandi sekalian. Pakai baju kakak aja, cari yang sesuai ukuran badan kamu. Dari pada pakai seragam sekolah?” tanya Donita kepada Hanny. Hanny tak berani menjawab. Dia hanya duduk dan memeluk lengan Hanna dengan erat. Hanna mengangguk kepada Hanny. Mengizinkan Hanny melakukan tawaran Donita. “sama kakak tapi.” Rengek Hanny kepada Hanna. Hanna melirik Donita. Meminta izin. “Iya kak Hanna. Temenin aja ke kamar aku. Yuk. Sekalian liat kamar aku. Sama liat-liat rumah.” Ajak Donita yang sudah berdiri dan mengulurkan tangannya. “nanti tinggal disini kan Vin? ? Mama pengen rawat menantu mama yang hamil loh.” Kata Sinta kepada vino. “Gak deh ma. Tinggal di rumah putih itu aja. Hanna udah nyaman soalnya di sana.” “Yah. Kok gitu Vin.” Sinta sedih sekali mendengarnya. “hanna pengen mandiri aja ma. Gak enak juga kali ma kalau satu rumah sama orang tua. Gak bebas kan mau main.” Sinta dan Tama malah jadi tertawa mendengar ucapan Vino. Mereka tau maksudnya. Sinta ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sedikit spesial kali ini. Karena ada calon menantu. Sementara Hanna masih di kamar Donita, mereka masih menunggu Hanny keluar. Donita duduk di sebelah Hanna dan izin menguap perut Hanna lagi. Padahal ini risih sekali. Karena dia tak hamil. “kak, kira-kira anaknya nanti cewek cowok?” tanya Donita kepada Hanna. “Gak tau.” Hanna masih sedikit aneh dan bingung mau memanggilnya Donita apa. “belum bisa lihat gendernya ya kak?” tanya Donita lagi. Hanna hanya mengangguk. Sumpah Hanna gak nyaman banget gini. Tapi sudah terlanjur nyemplung ke permainan. Tak lama Hanny selesai. Hanny keluar dari kamar mandi di kamar Donita. Kamar Donita ada di lantai dua. Hanny sudah siap dengan pakaian yang tadi Donita kenakan. Cantik sekali dengan kaos panjang warna merah muda dipadukan dengan celana di atas lutut. Kesannya tidak memaki celana karena bajunya gombrong. Korea style sekali. “sini sayang. Kakak bantu keringkan rambutnya.” Donita memanggil Hanny dengan sayang. Donita dari dulu ingin sekali punya kakak perempuan dan adik perempuan. Adik perempuan yang manis. Ketika ada Hanna dan Hanny. Donita senang sekali. Apa lagi bisa mendandani Hanny ala Korean style yang imut. Hanny mengikuti ucapan Donita. Donita pun mengeringkan rambut. Setelah itu mereka keluar dari kamar. Mereka kembali ke ruang tengah. Masih ada Tama dan Vino yang sedang serius mengobrol. “mama mana pa, kak?” tanya Donita kepada keduanya. “di dapur. Sedang masak buat makan malam, spesial buat calon menantu katanya.” Ujar Tama. “dapurnya dimana?” tanya Hannya pada Donita. “Mau lihat kak? Yuk aku temenin. Hanny juga gak?” tanya Donita kepada keduanya. Hanny ikut menggangguku. Dia tak mau lepas dari Hanna sejak tadi. Ketiganya ke dapur. Tadinya Hanna ingin ikut membantu Sinta dan pembantu memasak. Tapi Sinta melarang, takut menantunya itu kecapean nanti. Hanna jadinya hanya dibolehkan duduk manis kembali ke ruang tengah dan menunggu. Sambil nonton tv. “aku mandi dulu lah pa. Asem, keringetan. Bau kecut.” Kata Vino mengakhiri pembicaraan dengan papanya. “Ya udah sana. Ganteng-ganteng bau.” Ledek Tama. Vino hanya melirik Hanna. Hanna juga melirik Vino. Tak sengaja Donita melihat itu, Sinta juga melirik itu. Lirikan saja keduanya sudah terlihat sanga manis. “Main lirik apa tuh?” ujar Sinta menggoda keduanya. “iya. Lirik-lirikan gitu.” Timpal Donita lagi. “Apa, lirik doang aja salah.” Vino membela diri. “jangan ajakin Hanna main Vin. Baru dua bulan. Gak boleh. Kandungannya masih muda. Takut kenapa-napa.” Kata Sinta kepada vino. “iya ma enggak.” Vino naik ke kamar atas untuk mandi. Setelah petang mereka siap-siap makan malam bersama. Bibik dan Sinta menata meja makan. Donita juga ikut membantu. Hanny juga, karena merasa tak berguna diam. Jadi minta izin. Hanna baru akan berdiri. “gak usah kak. Kakak duduk aja di kursi.” Donita melarang. Hanna sudah di ruang makan. Tadinya mau bantu. Tapi malah disuruh duduk saja di kursi makan. Jadi dia hanya melihat mereka bolak-balik ambil makanan dan menyajikannya di dapur. Sampai selesai. Vino turun setelah mandi dan mengganti baju. Biasanya Hanna melihat vino memakai setelan jas. Ini vino memakai kaos biasa dan juga celana pendek. Tapi malah dilihatnya makin sederhana dan semakin tampan. Material husband yang di rumah santai. Vino duduk di samping Hanna. Vino memberi kode kepada Hanna. Agar dia bisa mengambilkan makanan untuknya. Hanna pun mengangguk dan mengambilkannya. Sementara Hanny, Sinta yang mengambilkan makanannya. “itung-itung ini mama nambah anak cewek dua. Nanti tinggal cowok. Cucu cowok boleh lah.” Kata Sinta mengkode keduanya. “kamar mandi?” tanya Hanna kepada Vino. Hanna menutup mulutnya seakan mual. Tadinya dia masih enak makan. Sampai kena tomat dan terlanjur ditelan. Hanna gak suka makan tomat. Membuatnya mual. “sini sayang ikut mama.” Sinta cekatan. Dia menunjukkan kamar mandi di dekat ruang makan dan dapur. Hanna menutup mulutnya dan lari. ‘gila. Katanya gak mau bohong. Tapi aktingnya, mantep gitu. Sampai mual-mual kayak orang hamil beneran. Top lah si Hanna. Harus dapat penghargaan pemeran utama terbaik tukang bohong.’ Batin vino menatap Hanna yang masuk ke kamar mandi dengan mamanya. Donita, Hanny, dan Tama yang tahunya Hanna hamil beneran jadi khawatir. Mereka jadi berhenti makan dan memperhatikan Hanna dari jauh. “Vin. Samperin lah. Istri kamu tuh. Dia begitu karena mengandung anak kamu.” Ujar Tama kepada Vino. “Iya pa.” Vino ke kamar mandi. Hanna jadinya muntah-muntah. Dibelakang dia, Sinta memijat tengkuk belakang leher Hanna. Sinta juga berpikir karena mual hamil kan. Wajar kan masih muda kandungannya. Vino masuk ke kamar mandi dan hanya memperhatikan Hanna. Sampai Hanna selesai. “lebay banget sih aktingnya. Tapi bagus kok. Besok gini ya. Tiap pagi. Kan kata mama juga wanita hamil suka mual-mual.” “Memangnya saya mau seperti itu. Saya gak sengaja mual karena ketelan tomat. Saya gak suka tomat.” Ketika mereka dapat kesempatan berdua. Vino mengajak Hanna berdebat. “Oh. Gara-gara tomat.” Vino mengangguk-angguk mengerti. Hanna malah semakin gemas dengan tingkah Vino. Makin mengenal Vino dia yang sombong di kantor, jadi sangat menggemaskan di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD