“Ah! Maaf! Aku sampai lupa!” kekeh Lia canggung, menggaruk sebelah pelipisnya yang tidak gatal. “Sepertinya penerbangan kalian berjalan lancar sampai tujuan.” “Um. Sangat lancar.” Wajah Lia memerah malu ketika teringat adegan panasnya yang cukup lama bersama sang suami di kamar mandi pesawat jet pribadi itu, segera berdeham mengalihkan perhatiannya sendiri. “Oh, ya! Bagaimana denganmu? Apa luka di tanganmu sudah membaik?” tanya Lia dengan wajah sangat serius kali ini. Jena terdiam sesaat, bukannya melihat ke arah lengan kanannya yang diperban, melainkan melihat tissu di pangkuannya yang penuh dengan warna merah kental dengan bau karat menyengat. Jena tersenyum kecil dengan mata teduh putus asanya, “baik-baik saja. Tidak perlu mencemaskan diriku. Fokus saja pada kegiatan kalian di san