4

526 Words
Pov Author Violet menangis dengan kencang di sebuah bangku taman, meratapi nasibnya yang malang. "Hiks, hiks kenapa ini harus terjadi kepadaku, apa salahku hiks, hiks?" Kemudian dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman dan tidak bekerja, saat dia berjalan-jalan di taman dia melihat seseorang yang memegang s*****a dan berpakaian serba hitam serta menutupi wajahnya. Orang itu mengarahkan senjatanya kepada 2 orang pria, lebih tepatnya kepada pria yang terlihat lebih tampan dan Violet tahu siapa lelaki itu, dia adalah lelaki yang ditabraknya dipantai waktu itu. Saat lelaki itu mengarahkan pistolnya kepada lelaki itu, Violet langsung berlari. “Awas.” Dan…. Dorr Dorr Timah panas mengenai paha Violet. "Awwww." "Kejar penembak itu," kata Aldrick kepada anak buahnya yang dia suruh menyamar, sebenarnya dia sudah tahu kalau ada yang mengikutinya dari tadi tetapi dia sudah siap siaga dengan memakai baju anti peluru. Violet langsung lunglai dan Aldrick langsung menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke tanah. "Hei… hei," ucap Aldrick sambil menepuk-nepuk pipi Violet. Sedangkan Violet tidak menjawab ucapan Aldrick karena tidak tahan dengan sakit yang ada dipahanya, bukan hanya satu tembakan yang Violet dapat tapi dua tembakan. "Siapkan mobil, CEPAT!" Perintah Aldrick kepada anak buahnya yang sedang menyamar. Aldrick langsung menggendong Violet ala bridalstyle ke dalam mobil SUV-nya. Sesampainya di rumah sakit Aldrick langsung membopong Violet, "SUSTER,  SUSTER," teriak Aldrick. ***** Pov Aldrick Aku begitu panik dengan keadaan gadis itu, raut wajah kesakitannya membuat diriku merasa bersalah. Aku tidak seharusnya melakukan tindakan berbahaya dengan membiar-kan penembak itu menembakku, lebih baik aku yang tertembak dari pada harus gadis mungil itu yang terlihat sangat menyedih-kan. Sekarang aku berjalan mondar-mandir sambil menunggu dokter mengatakan keadaan gadis kecil itu. "Wah-wah seorang Aldrick menghawatirkan seorang gadis, aku jadi ingin tahu seperti apa gadis itu," ucap Dev menggodaku. Aku tidak menjawab ucapannya dan ya, Dev masih belum tahu seperti apa gadis kecil yang melindungiku sekaligus gadis yang menabrakku di pantai waktu itu. Suara pintu terbuka dan dokter muncul. "Bagaimana keadaannya?" tanyaku. "Peluru yang ada di paha pasien sudah berhasil dikeluarkan, dia sempat kehilangan banyak darah, tetapi dia sudah baik-baik saja sekarang, tinggal menunggunya sadar dan satu lagi, penyembuhannya akan memakan waktu lama karena dia mendapatkan dua tembakan sekaligus," jelas dokter di hadapanku panjang lebar dan langsung pergi dari hadapanku.   "Tolong segera urus administrasinya sir," ucap seorang suster kepada. Aku langsung memerintahkan Dev untuk melakukannya "Dev cepat urus administrasinya dan pilihkan ruangan terbaik di rumah sakit ini." "Baiklah tuan yang sedang jatuh cinta," ucap Dev dengan nada menggodanya, sedangkan aku hanya membalasnya dengan tatapan tajamku. Dev hanya menanggapinya dengan memutar bola matanya. "Baiklah, kau ini tidak bisa diajak bercanda sedikit, jika kau seperti itu mungkin kau akan jadi perjaka selamanya hahaha," ucap Dev kepada. "Apa katamu?" kataku tak terima, tetapi dia sudah lebih dulu menghilang dari hadapanku. Dev memang orang humoris berbeda denganku yang selalu bersikap dingin, dan ngomong-ngomomg tentang aku yang perjaka, aku memang masih perjaka karena aku tidak pernah tertarik kepada wanita kecuali gadis kecil itu. Dan aku baru ingat kalau aku tidak tahu nama gadis kecil itu, aku langsung menelefon seseorang untuk mencarikan data pribadi gadis itu. "Carikan data gadis yang tertembak menyelamatkanku!" Aku mematikan telefonku tanpa menunggu jawaban lawan bicaraku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD