5

349 Words
Pov Aldrick Aku memandangi wajah Violet, dia begitu polos. Aku mendapatkan informasi tentang gadis kecilku tadi dari orang kepercayaanku. Dia anak yang dibuang orang tuanya dan dia dirawat oleh seorang wanita tua. Sayangnya wanita itu sudah meninggal dan Violet tinggal sendiri sekarang. Umur gadisku masih 18 tahun, dia masih begitu kecil ternyata. Saat aku sibuk dengan pikiranku aku mendengar lenguhan kecil dari arah ranjang gadisku. Aku langsung menghampiri gadis kecilku ini. "Air, aku mau air,” kata gadisku. "Ini airnya." Aku memberikan airnya kepada Violet dan dia meneguknya hingga tandas. Setelah selesai gadisku langsung berbaring lagi, dan sejak kapan aku memanggilnya gadisku, entahlah aku merasa nyaman memanggilnya dengan gadisku dan aku sudah memutuskan bahwa Violet hanya milikku. Aku akan membawa Violet kembali bersamaku ke Amerika. Rupanya gadisku sudah terlelap dia terlihat sangat lelah, aku mengelus wajahnya yang seperti seorang anak kecil. Cantik, polos, lugu dan imut itu kata yang cocok untuk mendeskripsikan gadisku ini. ***** Pov Violet Aku merasa ada yang mengelus wajahku, aku pun membuka kedua mataku. Ternyata yang mengelus wajahku adalah pria yang aku selamatkan. Dia menatapku dengan senyum indahnya yang membuatnya semakin tampan. "Kau emmm," aku masih belum tahu namanya jadi aku memilih untuk diam. "Namaku Aldrick," ucap pria itu memberitahuku. Namanya sangat bagus, cocok untuk wajahnya yang tampan, pahatan wajahnya menyerupai dewa Yunani. "Apa kau tidak apa-apa, Aldrick?" tanyaku kepadanya. Dia semakin tersenyum dengan ucapanku, memangnya ada yang salah dengan ucapanku, kurasa tidak. "Kau seharusnya memperhatikan dirimu sendiri, bukan aku sayang." "Apa katamu? Sayang? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu? Aku bukan siapa-siapamu." Aku heran kenapa dia memanggilku sayang. "Dulu memang tidak, tetapi sekarang kau adalah milikku sekaligus kekasihku," katanya dengan enteng. "Hah kekasih? Aku tidak pernah berkata aku menerima untuk menjadi kekasihmu dan kau tidak pernah memintanya padaku." "Aku tidak memerlukan ijinmu, mau tidak mau kau harus jadi kekasihku kalau tidak aku akan memperkosamu sekarang," pernyataannya membuatku syok, apa katanya tadi mem-perkosaku? "Hei kau_" aku menggantung ucapanku karena aku sudah tidak melihat Aldrick dimana-mana, sepertinya karena terlalu syok aku jadi tidak menyadari kalau Aldrick pergi dan aku baru sadar kalau ruanganku adalah ruangan VIP.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD