Part 6 - Mulai Sibuk Dengan Aktivitas
Empat tahun kemudian.
Jakarta, Indonesia.
Pagi hari yang cerah telah disibukan dengan aktivitas yang sangat banyak. Dari mulai meyiapkan makanan untuk Riyan dan si kembar. Memakaikan baju si kembar dan banyak hal kecil lagi. Pasalnya bik Sumi sedang pulang kampung. Tidak hanya itu, baby siter mereka yang ada di Paris juga tidak mau ikut ke Indonesia. Karena baby siter itu sudah menetap di Paris. Jadi selama dua tahun ini. Raisa dan bik Sumi saja yang mengurus rumah dan si kembar.
Cukup lelah memang. Karena Raisa harus membagi waktunya dengan Raiyan Hospital juga. Karena Raisa kembali menjadi kepala dokter di sana. Raisa benar-benar harus secepatnya mencari baby siter untuk Gavyn dan Davyn.
"Sayyyang mana sepatu aku?" teriak Riyan memecah keheningan di pagi hari. Riyan sedang berada di ruang tamu. Sementara Raisa sedang bersiap-siap ke rumah sakit di kamar bersama Gavyn dan Davyn.
"Sayyyaanng!!" panggil Riyan lagi. Karena merasa panggilannya tidak dijawab oleh Raisa.
"Aduhh ayah bisa ambil d pojok deket lemari dong. Ibu lagi pakein baju Gavyn sama Davyn," jawab Raisa yang masih sibuk memakaikan baju pada Gavyn.
"Bubu, bial Davyn aja iyang amilin patu yayah, (Ibu, biar Davyn saja yang ambilin sepatu ayah)," saran Davyn yang sangat lucu dengan cadelnya.
"Ya udah bantu ibu, ya. Ibu pakein baju kak Gavyn dulu," sahut Raisa. Davyn memang cukup pintar diusianya yang empat tahun. Cuma bicaranya saja masih cadel. Sama seperti kakak kembarnya Gavyn.
"Ciap, bubu! (Siap, ibu!)." seru Davyn. Kemudian ia berjalan menuju tempat di mana sepetu ayahnya d simpan. Setelah yang dicari ia dapatkan, Davyn mengambil sepatu dan yang Riyan minta dan menghampiri Riyan.
"Yayah ini patunya, (Ayah ini sepatunya)," ucap Davyn sambil memberikan sepasang sepatu milik Riyan.
"Sayang makasih ya, ibu mana?" tanya Riyan pada Davyn.
"Bubu macih bajuin akak Gavyn, yayah, (Ibu masih bajuin kakak Gavyn ayah.
"Ya udah sini ayah. Bantu kamu pake sepatu," ucap Riyan. Tak lama Raisa muncul sambil menggendong Gavyn.
"Ayah udah rapih? Ayo kita pergi. Ibu mau ada operasi. Biar ayah aja yang anterin si kembar ke mama, ya. Darurat nih soalnya," pinta Raisa. Setiap hari selama bik Sumi pulang kampung. Gavyn dan Davyn dititipkan di rumah Diandra. Soalnya sampai saat ini Riyan dan Raisa belum juga menemukan baby siter yang pas, untuk Gavyn dan Davyn. Mereka belum bisa mempercayakan si kembar pada sembarang orang. Berhubung Diandra yang menyarankan, meminta si kembar dititipkan di rumahnya saja. Lagian sekarang kerjaan Diandra sudah diambil alih Riyan dan Aliya.
Empat tahun yang lalu, setelah dilamar Digo. Setelah pulang dari Paris. Mereka langsung menikah. Namun, tanpa dihadiri Raisa dan si kembar. Hanya Riyan yang datang ke pernikahan Aliya. Karena saat itu kebetulan si kembar tiba-tiba demam. Dan harus mendapatkan perawatan rumah sakit. Katanya sih infeksi bakteri, mungkin karena sudah mulai aktif. Jadi segala yang ada dihadapannya pasti dimakan. Aliya tidak kecewa, ia bisa memaklumi hal itu. Orang sakit, tidak ada yang tahu kapan akan menyerangnya. Kalau kemarin Raisa memaksakan ingin ikut ke Indonesia. Sudah dipastikan itu akan mempengaruhi kesehatan si kembar.
Awalnya Riyan juga tidak mau berangkat ke Rumah Indonesia. Karena melihat kondisi anaknya yang harus dirawat di rumah sakit. Gavyn dan Davyn harus dirawat secara bersamaan. Mungkin karena mereka berdua kembar. Jadi kontak batinnya sangat kuat. Sehingga yang satu sakit. Yang satunya ikut sakit. Raisa memaksa Riyan untuk berangkat ke Indonesia. Tidak enak juga kalau pernikahan Aliya dan Digo tidak mereka hadiri. Setidaknya ada perwakilan dari mereka yang datang. Dengan berat hati, Riyan berangkat ke Indonesia. Untuk menghadiri pernikahan Aliya dan Digo.
"Ya udah. Gavyn sama Davyn ikut ayah ke rumah omah Diandra, ya," ucap Riyan pada si kembar. Untungnya si kembar sangat nurut dan tidak rewel.
"Yayah Gavyn mengen es klim, (Ayah Gavyn ingin es krim),"pinta Gavyn.
"Ya udah nanti, ya," sahut Riyan. Meskipun bicara si kembar belum terlalu jelas. Namun, Riyan dan Raisa masih bisa memahaminya.
"Aku pamit dulu ya, sayang," pamit Raisa dengan terburu-buru. Riyan mengecup kening Raisa. Hal ini selalu ia lakukan sebelum berangkat kerja. Kemudian Raisa pergi ke Raiyan Hospital.
"Gavyn! Davyn! Yuk kita pergi ke rumah omah. Ayah juga mau kerja soalnya," ajak Riyan. Gavyn dan Davyn mengangguk-angguk saja. Mereka sangat tenang. Gavyn emmang sedikit lebih aktif dibandingkan Davyn yang cenderung pendiam, tapi kalau Davyn ia lebih ke cedasnya. Diusianya yang baru menginjak empat tahun, bahasa Inggrisnya sudah lumayan mengerti. Ia sangat cepat tangkap.
*********
PT. Dirgantara Andiwinata.
Setelah selesai mengantarkan si kembar ke rumah Diandra. Riyan langsung berangkat lagi ke kantor Hardi.
"Akhirnya nyampe kantor juga," ujar Riyan saat tiba di kantornya. Kebetulan ads Raffa juga yang baru sampai kantor.
"Lo kenapa lagi, Ian? Kok agak telat lagi kayak gue," tanya Raffa.
"Biasa Raf, Raisa ada operasi darurat. Jadi gue yang harus anterin si kembar ke rumah nyokap. Jadi gue agak telat ke kantor deh," sahut Riyan sedikit lesu.
"Ya ampun sabar, ya, Ian. Yah begitulah resiko seorang ayah, yang ibunya seorang dokter,"Raffa ikut berempati.
"Iya sih. Pengennya ada baby siter lagi di rumah, tapi kita belum ada pengganti sebelumnya. Bik Sumi juga belum kembali lagi ke rumah. Hmm.. Lumayan capek juga kalau kayak gini terus," oceh Riyan.
"Emang yang kemaren kanapa? Bukannya setelah dari Paris. Ada baby siter yah dua," tanya Raffa. Iya, memang setelah pulang dari Paris. Raisa dan Riyan langsung menyewa dua baby siter sekaligus. Namun, tidak lama. Mereka hanya bekerja seminggu. Karena ada insiden yang membuat Raisa dan Riyan harus memberhentikan mereka.
"Mereka berdua komplotan nyuri barang-barang di rumah gue. Untung aja ketahuan bik Sumi. Langsung deh gue pecat. Gue enggak bisa memperkerjakan orang yang enggak jujur," cerita Riyan.
"Ya udah tar gue cariin deh baby siter yang baik. Gue jamin kali ini mereka jujur," saran Raffa. Dia memang paling mengerti deh kegelisahan sahabatnya. Hehehe.
"Thank's ya, sob. By the way, Dhea sama anak-anak lo gimana kabarnya?" giliran Riyan yang bertanya.
"Baik kok. Sekarng kan Dhera udah mulai sekolah," jawab Raffa. Dhera adalah anak Raffa dan Dhea yang kedua. Sekarang Dhea sedang mengandung anak kertiga. Anak bertamannya bernama Rafael, kedua Dhera dan yang ketiga masih dirahasiakan. Karena memang belum ketahuan jenis kelaminnya. Usia kandungannya masih jalan enam minggu. Masih terlalu dini untuk mengetahui jenis kelamin j
aninnya.
"Lo sih enak istri lo diem di rumah. Bisa tiap hari ketemu. Lah gue jarang ketemu. Baru ketemu tadi eehh Raisa malah ada operasi lagi," keluh Riyan. Beberapa bulan yang lalu. Raisa memang kembali disibukan kerjaannya di Raiyan Hospital. Karena memang banyak sekali pasien yang masuk. Tidak hanya itu, banyak sekali pasien rujukan penyakit jantung ke poli jantung Raiyan Hospital. Sekarang spesialis jantung Raiyan Hospital menduduki nomor satu di Indonesia. Makanya pekerjaan Raisa semakin sibuk.
"Raisa kan dokter, Ian. Bahkan dokter kepala kan," Raffa mulai memberikan pengertian pada sahabatnya.
"Iya gue tahu, kok."
"Gue pamit dulu pak CEO hhe," pamit Raffa. Ia keasikan ngobrol dengan Riyan. Yah meskipun mereka bersahabat. Tetap saja kedudukan Riyan lebih tinggi di kantor ini.
"Ya udah sana. Kerja yg bener, ya!" seru Riyan sambil bercanda.
"Siaap pak bos," balas Raffa, kemudian setelah itu ia pergi, meninggalkan Riyan.
Riyan masuk ke ruangannya. Kemudian ia duduk di kursi kerjanya. Riyan memandang foto keluarga yang ada di meja kerjanya. Di foto itu ada Raisa, Riyan, Gavyn dan Davyn di depan mernara Eiffel.
Riyan malah ngomong sendiri. "Mawar putih sama dua malaikku. Beruntung banget aku bisa milikin kalian. Kalianlah alasan jantung ini terus berdetak," ucap Riyan sambil mencium foto itu. Kemudian ia terbayang kembali saat si kembar akan lahir. Betapa paniknya ia saat itu
Flash back.
Saat itu, Raisa baru saja selesai mandi pagi. Rasanya sangat segar sekali. Raisa berjalan menuju kamarnya. Ternyata kakinya kram dan kaku. Raisa sedikit memaksakan jalan menuju kursi. Namun...
Buk!
Raisa terjauh. "Awwwuu!" pekik Rasia. Raisa mulai merintih kesakitan. Ia lihat ada darah yang mengalir dari jalan lahir.
"Riyan tolong Riyan.. Sakit.. Tolong!" teriak Raisa.
Riyan dan Diandra yang mendengarkan teriakan Raisa langsung panik dan menghampiri Raisa. Mereka terkejut karena Raisa sudah banyak mengeluarkan darah.
"Riyan cepat bawa Raisa ke rumah sakit!" perintah Diandra panik.
Riyan langsung menggendong Raisa menuju mobilnya. Diandra ikut bersama Riyan. Pikiran Riyan mulai kacau. Ia tidak mau terjadi hal buruk pada Raisa dan bayi kembarnya.
Ya Allah aku mohon jangan ambil mereka lagi. Aku ingin mereka terlahir. Jangan kau ambil anak-anak kami lagi, do'a Riyan dalam hati.
"Maaf tadi tiba-tiba kaki aku kram. Ternyata malah jatuh," sesal Raisa sambil menangis.
"Udah enggak apa-apa sayang. Kamu harus tetap tenang, yah. Aku yakin kamu dan si kembar akan baik-baik saja," ucap Riyan yang sebetulnya takut juga.
"Kamu seharusnya lebih hati-hati Raisa. Usia kandungan kamu baru delapan bulan. Semoga saja kamu dan bayi kembar kamu tetap baik-baik saja," ucap Diandra pernuh harap.
Seakan terulang kembali. Raisa terjatuh lagi saat hamil. Namun, semoga saja kali ini bayi kembar Raisa mampu berahan.
Tiba di rumah sakit. Raisa langsung dilarikan ke UGD. Dokter Vallery langsung memeriksanya. Katanya Raisa harus cepat menjalani operasi caesar demi keselamatan anak dan ibunya. Riyan tidak berpikir panjang. Riyan langsung menyetujuinya. Riyan juga meminta izin agar ia bisa ikut masuk ke ruang operasi. Dan syukurlah, Riyan diizinkan masuk.
Raisa mulai masuk ke ruang operasi untuk menjalani operasi caesar. Ternyata cukup menegangkan juga. Dokter Valley mulai membedah perut Raisa. Riyan dengan setia memegang wajah Raisa yang tegang. Kata dokter Vallery, diusahakan Raisa jangan sampai menangis. Jadi Raisa menahan tangisannya.
Langkah pertama, siapkan alat caesar (Pisau bedah, cutgut atau benang operasi dan lain-lain). Cukur vaginal. Kemudian pasang DC or Daur chateter. RL (Ringger Lactat : cairan infus) minimal empat labu. Lalu perlu di lakukan tes alergi antibiotik. Untuk memastikan bahwa pasien, tidak ada alergi terhadap antibiotik yang akan di suntikan, selama operasi berjalan. Tak lupa juga yang paling penting. Siapkan anastesi, untuk membius Raisa selama operasi. Hal itu dilakukan dengan cara menyuntikan bius spinal ke tulang belakang Raisa. Karena bius hanya berlaku dari pinggang sampai kaki saja. Jadi Raisa masih dalam keadaan sadar.
Langkah ke dua, pasang kain yang sudah ada lubang ditengahnya. Lakukan pembedahan secara SBR (Sebelah Bawah Rahim). Alasan kenapa harus dibawah rahim. Karena di situ pembuluh darahnya kecil. Banyaknya otot, jadi aman. Pembedahan dilakukan secara Horizontal. Bukan Vertikal. Kenapa tidak vertikal? Karena kalau di lakukan vertikal, otomatis pas duduk si jaitan akan ketarik-tarik dan sulit keringnya. Itulah alasan kenapa tidak di llakukan aecara vertikal.
Langkah ke Tiga, Pembedahan. Pertama kulit, daging, daging lagi, sampai ke uterusahim. Kemudian memuncar air ketuban si ibu. Dalam persalinan harus dalam satu jam. Bayi kalau misalnya kala dua. Kala dua itu, jadi kalau misalnya. Dari mulai pembukaan sepuluh, keluarnya bayi. Kalau kala duanya lama, bayinya engga keluar terus. kita bisa pasang vakum. Dioleskan dulu gel di kepala bayi terus disedot alat semacam vakum cleaner perlahan-lahan. Bisa juga pake phorchep, tapi resikonya takutnya bayi luka, karena terbuat dari besi. Resiko divakum juga kepala bayi akan lonjong. Istilah kedokterannya itu kaput. Untuk jenis benang jaitnya berbeda-beda. Tergantung dokter yang memutuskan akan memakai benang yang harus ia pakai. Setelah bayi berhasil keluar.
"Oeeekk oeekk," suara tangisan bayi terdengar sangat keras. Raisa dan Riyan sangat senang ternyata bayi itu bisa terlahir kedunia ini.
"Selamat dokter Raisa, bayi pertamnya lelaki," ucap dokter Vallery. Ia menujukan bayi itu pada Raisa dan Riyan.
"Selamat datang jagoan," ucap Riyan sambil meneteskan air mata. Raisa juga tidak tahan untuk menahan air matanya lagi. Ia terharu karena bayinya telah lahir.
Langkah terakhir, bayi dan ibu dibersihkan. Cara potong tali pusar, jaraknya tiga senti meter dari perut bayi. Dipasang clam koher, terus clam koher lagi. Terus tengahnya di potong.
Kemudian dokter Vallery melanjutkan pekerjaannya. Sepertinya sedang mengeluarkan anak kedua Raisa. Dokter Vallery masih mencoba mengeluarkan bayi kedua Raisa. Akhirnya bayi itu bisa keluar, tapi tidak menangis. Seperti bayi yang pertama.
"Dok, kenapa anak saya tidak menangis?" tanya Riyan.
"Bapak tenang yah, sebentar," jawab dokter Vallery. Kemudian ia menepuk-nepuk punggung bayi itu. Dan..
"Oeeekk oeeek," suara bayi itu terdengar sangat kencang. Operasi caesar hari ini berlangsung dramatis. Bayi kembar mereka terlahir dengan selamat.
Setelah bayi berhasil dikeluarkan. Ternyata Raisa mengalami pendarahan. Sampai membuat Raisa tidak sadarkan diri. Riyan jadi sangat panik, tapi ia juga harus ke ruang bayi. Untuk segera mengadzankan bayi kembarnya.
Dengan berat hati Riyan berjalan menuju ruang bayi. Di depan ruang operasi Riyan bertemu dengan Diandra.
"Selamat yah sayang. Tadi mama lihat bayi kembar kamu lahir. Akhirnya kamu resmi jadi ayah," ucap Diandra sambil memeluk Riyan. Riyan memang senang sekali karena bayi kembarnya telah lahir, tapi disatu sisi, ia masih mencemaskan kondisi Raisa.
"Makasih mah, Riyan harus ke ruang bayi dulu. Buat mengadzankan bayi kembar Riyan. Mama harus bantu Riyan buat berdo'a yah. Tiba-tiba Raisa mengalami pendarahan mah, Raisa masih dalam kondisi keritis," ucap Riyan lirih. Diandra mengangguk tanpa berkata. Diandra tidak mau ucapannya malah membuat Riyan bertambah sedih.
Kemudian Riyan ke ruangan bayi. Di sana bayi kembar Riyan sudah dibersihkan. Ingat yah dibersihkan, bukan dimandikan. Karena bayi yang baru lahir tidak boleh langsung dimandikan. Karena takut terjadi hipotermia. Bayi baru bisa dimandikan setelah dua sampai tiga jam setelah lahir.
Kata perawat, bayi kembar Riyan sehat. Meski lahir prematur, tapi ternyata mereka semua sudah terlihat kuat dan sehat. Riyan mulai mengadzani bayi pertamanya. Setelah selesai baru ia mengazani bayi keduanya.
Sungguh bahagianya Riyan saat melihat bayi kembarnya lahir kedunia ini. Rasanya masih seperti mimpi bisa melihat bayinya lahir dengan selamat. Selesai urusan Riyan di ruang bayi. Riyan kembali ke depan ruang operasi.
"Gimana mah? Raisa udah keluar?" tanya Riyan.
"Belum, sepertinya masih belum selesai," jawab Diandra.
Saat Riyan akan masuk ke ruang operasi, tapi malah tidak diizinkan. Ada apa sebetulnya? Riyan kembali nurut saja. Ia tidak mau mempermasalahkan ini. Yang Riyan inginkan adalah Raisa selamat.
Enam jam kemudian. Raisa baru keluar dari ruang operasi. Katanya Raisa mengalami shock dan pendarahan. Raisa belum juga sadarkan diri, tapi ia sudah melewati masa keritisnya. Kata dokter Vallery, Raisa sudah tidak apa-apa. Tinggal menunggu Raisa siuman saja. Riyan berharap Raisa cepat siuman. Agar Riyan tidak khawatir lagi pada Raisa.