Part 7 - Mulai Terabaikan Lagi

2035 Words
Part 7 - Mulai Terabaikan Lagi Ruangan Dokter Raisa. Hari ini Raisa sangat sibuk. Selain sibuk di poli jantung. Raisa juga sangat sibuk di UGD. Hampir saja Raisa kehilangan pasiennya. Tadi ada pasien kena serangan jantung. Raisa terus berusaha menyelamatkan pasien itu. Syukurlah Raisa masih bisa menolong pasien itu. Tok. Tok. Tok. Pintu ruangan Raisa diketuk. "Ya, masuk!" Raisa memberikan instruksi. . "Selesai juga kamu, Rai? Ini jam istirahat loh!" tanya dokter Rina saat masuk ke ruangan Raisa. "Iya mah, nanti jam satu mulai lagi," sahut Raisa. "Kita makan dulu yuk!"ajak dokter Raisa. "Iya mah, yuk! Raisa juga udah laper nih." kemudian mereka berdua bergegas menuju caffetaria Raiyan Hospital. Caffetaria Raiyan Hospital. Setelah memesan makanan untuk disantap. Mereka ngobrol biasa beedua. Nampaknya dokter Rina membicarakan hal yang cukup serius. "Rai, lebih baik kamu ambil cuti dulu deh. Mama lihat hampir sebulan ini kamu ga ada libur," komentar dokter Rina. "Pasien aku banyak operasi mah ya, mau gimana lagi. Pasien tadi aja kalo telat bisa gawat," jawab Raisa. "Mama tahu. Mama juga ngerti kamu kepala dokter di sini. Tapi Riyan, Gavyn sama Davyn seengganya butuh kamu. Sehari aja kamu luangin waktu buat mereka. Coba mama tanya sekrang. Kapan terakhir Riyan periksa ke om Remon? Pasti kamu lupa kan?" terka dokter Rina. "Yaa ampun! Aku sampe lupa Reno juga sakit jantung," ceplos Raisa sambil menepuk jidatnya yang tidak bersalah. Rasanya Raisa merasa bodoh. Ia mulai mengabaikan suaminya sendiri. Padahal suaminya juga sakit jantung. Bahkan kabar terakhir soal penyakit Riyan. Raisa sama sekali tidak tahu. Istri macam apa Raisa ini? Raisa terlalu sibuk berkutat dalam pekerjaannya. Dokter memang berkewajiban mengobati pasien. Dan Raisa perlu ingat, Riyan juga seorang pasien. "Itu suami kamu loh, Rai. Coba managment waktu kamu lebih diatur lagi. Jangan sampe ke colongan. Ingat Riyan masih butuh pendonor. Kamu inget kan? Mseskipun beberapa tahun enggak kambuh. Kita enggak akan pernah tahu. Kapan saat kondisi Riyan akan mulai drop lagi. Kamu harus tetap waspada," omel dokter Rina. "Iya mah aku inget. Nanti sore aku mau tanyain soal Riyan ke om Remon. Biar lamgsung tahu dari orangnya," balas Raisa. Ia merasa ditampar dengan ucapan dokter Rina. Bisa-bisanya Raisa memgabaikan suaminya yang juga sakit jantung. Padahal dulu Raisa berjuang mati-matian agar Riyan bisa sembuh. "Bagus. Kamu harus bisa membagi-bagi waktu, yah. Jangan sampe kerjaan kamu sekarang membuat orang-orang yang kamu sayang terbengkalai. Nyawa pasien memang penting, tapi kamu juga punya kehidupan. Dan mereka butuh kamu. Jangan sampai seperti mama. Ditinggal selingkuh, karena suami merasa terabaikan oleh pekerjaan kita," saran dokter Rina. "Iya mamaku, sayang," jawab Raisa. Tak lama pelayan datang mengantarkan makanan. Mereka langsung menyatap makanan yang mereka pesan. Raisa malah melamun kejadian saat dulu Raisa memgabaikan Riyan. Saat bayi Gueen dan Gueen anak panti asuhan itu meninggal. Raisa juga sempat mengabaikan Riyan. Raisa sebetulnya marah pada Riyan. Namun, mengabaikan Riyan bukanlah hal yang tepat. Dan sekarang Raisa mengulangnya kembali. Semua kejadian itu berputar di otak Raisa. Seperti film yang sedang tayang di otaknya. Flash back. Mencari kesibukan disaat ingin melupakan sesuatu memang sangat cocok sekali. Setidaknya dengan kesibukan bisa membuat lupa sejenak akan masalah yang sedang dihadapi. Riyan masih merasa bersalah tentang meninggalnya Gueen. Riyan sampai mohon-mohon minta maaf pada Raisa untuk memaafkan kesalahan yang Riyan perbuat. Tenyata ibu Sinta memang mendapatkan firasat tidak enak soal Gueen. Katanya Gueen ingin pergi ke surga tempat ayah dan ibunya berada. Ucapan anak kecil yang sangat polos. Ternyata memang Gueen menyusul mereka. Ibu Sinta tidak menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Ibu Sinta tahu, ini sudah menjadi takdirnya Gueen, harus pergi dengan cara itu. Sepulangnya Raisa dari rumah sakit. Setelah kejadian itu. Raisa sempat cuek pada Riyan. Mungkin ia masih marah dengan kerjadian Gueen. Raisa memang sudah memaafkan Riyan, tapi hati Raisa masih terasa sakit. Saat melihat Riyan. Kejadian itu seakan tergambar di otaknya saat melihat Riyan. Raisa perlu waktu untuk melupakan kejadian itu. Jadi ia mencari kesibukan. Raisa mulai bekerja lagi di Raiyan Hospital. Ia terus menyibukan diri untuk melupakan rasa sakit kehilangan anaknya dan Gueen. Kadang malah Raisa bekerja dua puluh empat jam. Sampai dapat protes dari Riyan. Oke, Riyan tahu. Raisa sedang mencoba bangkit, tapi Raisa juga bukan robot. Ia harus tetap beristirahat. Riyan juga tahu Raisa sedang mencoba tegar setelah kehilangan, tapi enggak seperti ini juga caranya. Ini namanya menyiksa diri. "Sayang, kamu hari ini liburkan?" tanya Riyan. Saat Raisa baru saja selesai mandi pagi. "Aku ada operasi sayang. Mungkin besok liburnya," sahut Raisa sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Selalu saja seperti itu jawabannya. Seakan Raisa menghindar dari Riyan. "Kamu udah seminggu ini enggak ada libur. Apa enggak capek?" tanya Riyan dengan nada sehalus mungkin. "Sayang, kamu tahu sendiri kan kalau mereka butuh aku," jawab Raisa. "Aku juga butuh kamu, sayang. Please sayang, aku tahu kamu masih marah sama aku soal kejadian Gueen. Aku juga tahu kamu jadi kayak gini. Karena mencari kesibukan, tapi bukan berarti kamu bisa lepas tanggung jawab kamu sebagai istri," Riyan mulai naik pitam. Riyan lelah karena melihat Raisa yang sibuk sendiri. "Kamu tahu sendiri kan. Kemarin jantung aku kambuh lagi. Kamu nyerahin aku di rawat sama om Remon aku ngerti. Karena kamu masih marah atas kejadian itu. Aku sangat mengerti kamu sedang hancur, tapi aku mohon. Aku ini masih suami kamu, Rai. Aku butuh kamu. Aku ingin Raisa yang dulu. Raisa yang selalu perhatian sama aku. Raisa yang selalu perduli sama aku. Raisa yang.. Yang dulu. Yang mencintai aku," lanjut Riyan. Raisa merasa tersentil hatinya. Akibat amarah pada Riyan. Raisa sampai lupa, kalau Riyan juga sakit jantung. Emosinya yang meletup sampai membutakan Raisa. Raisa mendekati Riyan. Matanya mulai berkaca-kaca. Memang sudah beberapa bulan setelah kejadian Gueen meninggal. Raisa sangat cuek pada Riyan. Raisa memeluk Riyan. "Maafin aku sayang, maaf. Ini semua salah aku. Enggak seharusnya aku cuek dan mengabaikan kamu. Maaf sayang maaf," sesal Raisa. "Iya sayang. Aku maafin kamu. Kamu harus bisa membagi waktu kamu lagi. Kamu juga perlu istirahat. Kamu juga harus bisa bagi waktu sama suami kamu. Aku ini sakit, Rai. Mungkin aja hidup aku enggak lama lagi. Kamu tahu sendiri, akhir-akhir ini jantung aku sering kambuh lagi," lirih Riyan pesimis. Raisa melepaskan pelukannya. Lalu menekan bibirnya Raisa dengan telunjuknya. "Ssstt.. Kamu enggak boleh bilang kayak gitu. Kita masih harus berjuang buat dapetin adiknya Gueen. Kamu enggak boleh nyerah sayang. Kamu harus tetap sehat. Maafin aku, aku akan kembali jadi Raisa yang dulu. Maaf aku sedikit berubah. Maaf ini salah aku," sesal Raisa. "Enggak sayang ini salah aku," ralat Riyan. "Ya udah kita jangan saling menyalahkan. Kita saling memaafkan aja, yah. Sini coba aku periksa kamu dulu," pinta Raisa. Ia mulai memeriksa Riyan secara detail. Raisa mengambil stetoskopnya. Kemudian ia letakan di d**a Riyan. Ternyata benar. Riyan sakit lagi. Raisa harus bisa membuat Riyan sembuh lagi. "Apa yang kerasa sakit sayang? Masih suka sesak?" tanya Raisa mulai menganamesis. Riyan mengangguk. "Iya sayang. Kadang juga masih suka kambuh. Sembuh setelah minum obat yang di kasih om Remon," jelas Riyan. "Oke. Hari ini ke rumah sakit yuk. Aku mau USG jantung kamu. Biar aku bisa ngasih tidakan sama kamu," ajak Raisa. "Enggak perlu sayang. Om Remon udah periksa aku kok. Semua penyebabnya karena stres. Nanti juga membaik. Asal kamu kembali kayak dulu yah," pinta Riyan. "Benar nih? Apa ada hasil pemeriksaannya?" tanya Raisa. "Ada kok. Tuh dilaci. Nanti aja ngeceknya. Kamu hari ini libur kan?" tanya Riyan. "Iya sayang. Tadinya sih aku mau ambil operasi, tapi kayaknya harus di tunda dulu. Pasiennya gula darah sama tensinya masih tinggi. Jadi aku belum bisa operasi," jawab Raisa. "Kalau kayak gitu, ikut aku yuk! Aku cuma pengen seharian ini. Kamu luangkan waktu kamu buat aku. Bisa kan?" tanya Riyan. "Siap pak bos. Hari ini aku milik kamu," ucap Raisa. Sambil tertawa. Riyan sudah menyadarkan Raisa. Karena tidak selamanya kehilangan, harus mengabaikan orang yang kita sayangi. Karena orang yang kita sayangi juga, butuh kasih sayang dari kita. Raisa harus tegar. Raisa tidak boleh mengabaikan suaminya. Karena Riyan juga masih membutuhkan Raisa disampingnya. Raisa harus kembali fokus dengan keluarganya. Jangan sampai Riyan merasa terabaikan lagi oleh Raisa. Hari ini sebagai permintaan maaf Raisa pada Riyan. Ia akan nurut pada Riyan. Mau apapun dan kemanapun Riyan membawanya. Raisa akan nurut tanpa membantahnya. ********* Malam yang cantik di hari ini. Di langit bertabur banyak bintang. Berkelap-kelip seakan mengajak bermain. Bintang triangel sudah terlihat jelas dari vila Riyan. Riyan sengaja mengajak Raisa ke Puncak. Mereka memang butuh berdua. Agar semuanya membaik. Agar tidak ada lagi kemarahan dan pertengkaran di antara mereka. Riyan meminum coklat hangat buatan mbok Marni. Mereka berdua ngobrol ngalor ngidul. Membicarakan apa saja yang mereka bisa bicarakan. "Kalau kita nanti punya anak lagi. Kamu mau kasih nama siapa?" tanya Raisa mulai berandai-andai. "Ada deh. Kita lihat dulu saja. Anaknya cowok atau cewek. Berharap sih kalau bisa dikasih kembar," harap Riyan. "Serius kamu pengen kembar? Enggak akan repot?" tanya Raisa. "Enggak lah, ada bik Sumi sama bik Asri kan yang bantu kita. Jadi kamu juga enggak akan kewalahan ngurusnya. Kita masih bisa fokus ke anak dan fokus juga ke Raiyan Hospital. Semoga kelak anak-anak kita akan menjadi penerus rumah sakit kita. Mungkin salah satunya ada yang jadi dokter kayak kamu," jawab Riyan. "Aamiin, semoga aja Allah mendengar yah. Seru juga kalau langsung dikasih dua anak," Raisa langsung membayangkan. Bertapa senangnya ketika anak-anaknya lahir dengan kembar. Pasti mereka akan sangat lucu menggemaskan. Repot karena biasanya anak kembar itu selalu barengan. Yang satu nangis, yang satunya juga nangis. Yang satu pengen menyusui, yang satunya juga. Namun, momen itulah yang Raisa nantikan. Raisa ketiduran setelah memikirkan anak kembar itu. Riyan melihat Raisa tertidur. Terlihat sekali lelah di wajah Raisa. Sepertinya ada hal lain yang harus Riyan lakukan. Riyan akan melakukan honeymoon kedua bersama Raisa. Mereka akan ke Paris lagi. Mungkin saja suasana baru akan membuat hati mereka tenang sejenak. Dari semua masalah yang terjadi selama setahun ini. Setahun sudah bayi Gueen dan Gueen Amelia meninggalkan Riyan dan Raisa. Kalau saja saat itu jantung Riyan tidak kambuh. Riyan tidak akan minum obat dan ketiduran. Mungkin juga Gueen tidak akan keluar dari mobil mencari Raisa dan tertabrak mobil lain. Mungkin juga kalau kecelakaan itu tidak terjadi. Riyan dan Raisa bisa menjadi, ayah dan ibu angkat untuk Gueen Amelia. Namun, semua itu hanya mungkin dan impian Raisa dan Riyan saja. Semua tidak akan kembali begitu saja. Karena waktu tidak akan pernah kembali. Riyan kembali menikmati triangelnya. Masih terbayang sekali saat Riyan mengutarakan isi hatinya lada Raisa malam itu. Betapa bodohnya Riyan saat itu. Ia malah mempertahankan Kamila. Yang sudah jelas tidak baik di mata orang lain. Eh iya, apa kabar Kamila? Semenjak lulus kuliah dan menikah. Riyan sudah tidak pernah melihat Kamila. Apa ia masih bersama Boby? Kalau Raisa memang keguguran, tapi Kamila sengaja menggurkan kandungannya. Mungkin karena malu hamil diluar nikah. Suatu saat Kamila pasti akan menyesal dengan perbuatan yang sudah ia perbuat pada calon anaknya sendiri. Karena disaat Kamila menginginkan anak. Mungkin akan sedikit sulit. Karena pernah mengalami keguguran. Meskipun Kamila sudah mengkhianati dan memanfaatkan Riyan. Ia masih berharap Kamila sadar akan kesalahan yang Kamila perbuat. Tidak ada sama sekali niat Riyan untuk kembali pada Kamila. Karena memang hanya Raisa yang sekarang menguasai hati Riyan. Dengan Raisa, Riyan lebih mendapatkan kebahagian. Meskipun banyak ujian dan cobaan silih berganti. Mereka berdua tetap saling menguatkan satu sama lain. Karena memang itulah rumah tangga. Mereka pasti akan di hadapkan dengan banyak ujian yang menggoncangkan bahtera rumah tangga mereka. ******** Raisa kembali tersadar dalam lamunan masa lalunya. Akhir-akhir ini Raisa jadi sering melamun tentang masa lalunya. Dokter Rina benar, Raisa mulai mengabaikan Riyan lagi. Mungkin memang sudah saatnya Raisa mengambil cuti. Untuk meluangkan waktu bersam Riyan dan si kembar. Sudah lama juga mereka tidak pergi bersama. Menikmati waktu dan saling bercanda dengan keluarga kecilnya. Raisa kembali menjadi bodoh. Mengulang kembali kesalahan yang sama. Semoga saja semuanya belum terlambat. Raisa harus cepat mengetahui kondisi Riyan saat ini. Selesai makan siang, Raisa dan dokter Rina kembali ke ruangannya masing-masing. Raisa harus mulai fokus lagi pada pasiennya. Urusan Riyan, Raisa akan mengurusnya nanti sore. Jangan sampai Raisa tidak konsen dengan pasiennya. Gara-gara memikirkan kondisi Riyan. Raisa harus tetap berpikiran positif. Raisa harus yakin Riyan baik-baik saja. Agar semuanya juga baik-baik saja. Perawat mulai memanggil satu per satu pasien. Raisa mulai memeriksa pasien tersebut dengan sangat teliti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD