"Masalah tunggal hanya ada pada Lala. Dia cemburu berat dengan si Ratu Drama itu, padahal gue udah bilang berkali-kali Lala itu cinta mati sama Qienan, jadi gak mungkin mau sama gue," jelasku, biar dia bisa ngatur kejahilan Lala yang gak bisa aku kendalikan. Qienan tarik napas lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, yang tadinya sedikit membungkuk menghadap aku. "Itu yang tadi sekretaris loe ya, jadi korban cemburuan gak?" tanyanya dengan nada sinis. "Loe paham kan kata HARAM bagi dia. Kalau dengan lawan jenis ya begitu. Dan gue rada kesel sih, bisanya dia mau loe poligami sedangkan gue dirantai sama dia. Loe mikir deh, posesifnya dia," jelasku. Qienan gak ada ekspresi apa pun, bangga pun tidak. Wajahnya tetap datar, otaknya lagi berpikir atau mengingat, apa yang mau dia kat