BAB 8

1097 Words
         Kiana Pov            Kubaringkan tubuh lelahku di ranjang hotel. Sekujur tubuhku sangat lelah. Ku tatap langit-langit kamarku dan sedikit tersenyum. Uuntungnya aku punya  sahabat seperti You Yang. Dia sangat memerhatikan dan mencemaskanku.            Setelah seharian dia tak melihatku di kantor, dia mulai panik dan melapor ke polisi bahwa aku menghilang ia takut aku diculik. Dan saat ia berada di kantor. Saat itulah kami bertemu. Dia cukup kaget saat melihatku berada di sel tahanan.            Bertemu dengannya, membuatku stress memikirkan bagaimana  aku menjelaskan padanya dan alasan apa yang harus aku katakan karena  aku mengira dia pasti akan bertanya mengapa aku di penjara.             Tapi, untungnya dia tak bertanya. Dia hanya bilang padaku untuk mengatakan saat aku ingin. Aku merasa bangga dan senang memiliki sahabat dengannya. Lama aku memikirkan kejadian yang baru saja aku alami. Pandanganku pun kian mengabur dan akhirnya masuk ke alam mimpi. ****            Esok harinya aku jalankan aktifitasku seperti biasa yaitu kerja di perusahaan You Yang. Sejak biasku memasukkanku ke penjara aku berencana untuk berhenti menjadi pengemarnya. Aku terlalu kesal dengannya dan tak ingin bertemu dengannya lagi.            Hingga sebuah kabar mengejutkan membuatku kaget. Dalam bertita itu mengatakan Xue Mei dibawa ke kantor polisi karena n*****a. Aku mematung dan sangat terkejut. Apa betul Xue Mei memakai nakoba?            Ku hentikan semua perkerjaanku. Aku harus kembali ke hotel dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Baru saja sehari ku putuskan untuk keluar jadi fensnya. Tapi, nyatanya aku tak bisa keluar begitu saja. aku masih sangat mencemaskannya dan tak ingin dia terluka lebih dalam lagi. Aku harus membantunya dan menyingkirkan komentar-komentar negatif tentangnya.            Beberapa teman kerjaku memanggilku saat melihatku berjalan pergi, bahkan sahabatku sendiri (You yang) juga memanggilku tapi aku tak memperdulikan mereka. Yang ada dalam pikiranku adalah biasku.            Bayangan saat dia menangis di hotel yang aku lihat beberapa waktu lalu terlintas di kepalaku. “Dia pasti menangis ... aku harus cepat-cepat menyelesaikan masalahnya.”            Tak lama kemudian aku tiba di hotel. Ku buka semua komputer-komputer ku. Memeriksa CCTV. Bahkan aku menyadap kamera pengawas kantor polisi. lama aku berkutat dengan layar komputer. Saat itu juga aku menyadari satu fakta. Tepat di mana aku keluar dari kantor polisi. dia datang beberapa saat kemudian.            “Apa dia mencariku?” aku menggelengkan kepalaku pelan. Itu tidak mungkin, karena aku hanyalah gadis biasa yang menyukainya. Bahkan ia tak tahu siapa aku dan tak akan pernah menyukaiku.            Kukepalkan kedua tangannya saat melihat sebuah komentar pedas tentang biasku. Komentar itu bertuliskan. “Aku menyesal menyukai Xue Mei  setelah tahu dia pemakai n*****a dan aku yakin wajahnya yang tanpan itu pasti karena operasi pelastik.”            Jari-jariku pun membaca satu persatu komentar. “Ada banyak komentar negatif tentangnya ...” desahku.            Segera kuambil kacamataku dan merenggakan otot-otot jariku. “Ini pasti memerlukan waktu yang sangat lama ...” desahku. Namun sebuah seringai tercipta di bibirku.            “Kau lihat saja. Bagaimana aku membungkam mulut kalian (para netizen) itu.”            Segera ku balas satu persatu komentar negatif yang ada di laman web itu. Bahkan beberapa dari mereka ingin berdebat denganku. Tapi, satu pun dari mereka tak akan bisa mengalahkanku dalam urusan berdebat. Saat SMA dulu aku sangat jago dalam berdebat bahkan aku pernah memenangkan kejuaraan.            Jari-jariku terus bergerak seakan tak ingin berhenti. Aku mulai menikmati berdebat dengan mereka. Hingga tak terasa waktu berjalan bergitu cepat. Kamarku sudah mulai gelap gulita. “Sedikit lagi ...” desahku saat jari-jariku masih bergerak cepat di atas keyboard.            “Akhirnya selesai juga ...” ujarku cukup puas dengan apa yang telah aku lakukan tadi. Ku rentangkan kedua tanganku dan mereganggkan otot-otoku.  Cukup melelahkan tapi aku sangat puas dan menikmatinya.            Kumatikan semua komputerku lalu berjalan menuju saklar lampu. Setelah kunyalakan lampu. Aku berjalan menuju lemari es untuk memimum sebotol air. Saking hausnya aku menghabiskan satu botol sekaligus hanya sekali teguk.            “Eittt! Tunggu dulu. Kira-kira dia sedang apa sekaran? Apa dia masih sterss memikirkan masalah ini?” aku sedikit terdiam. Dua hari tak bertemu dengannya membuatku sedikit merindukannya dan cemas.            “Aku harus melihatnya ...”kataku pelan.            Segera aku melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi dan berganti pakaian. Segera kukeluarkan ponsel baru, yang baru saja aku beli tadi. Aku harus melacak di mana posisinya sekarang.            “Friends’ Cafe LaoYouJiZhuTi.” Aohh. Aku tahu di mana ini. Ini adalah kafe yang sering ia kunjungi saat dalam keadaan yang kurang baik. Sepertinya dia bertul-betul sedang depresi. Aku harus ke sana melihatnya. Aku tak ingin dia melakukan hal-hal yang membahayakan nantinya. ****            “Ini, Pak,” ujarku sambil membayar ongkos taxi yang baru saja aku pesan. Segera kurapikan penampilanku. Saat ini aku menyamar dengan memakai wig sehingga kini aku terlihat seperti seorang lelaki. Tak lupa aku juga membawa tas ransel dan sebuah buku. Aku menyamar sebagai seorang mahasiswa.            Aku segera berlari masuk ke dalam kafe tersebut dan sesuai dugaan dia ada di sini bersama dengan menjernya. Setelah memesan minuman aku duduk di pojokan kafe sambil membuka buku.            Sesekali kulirik mereka berdua. Aku sedikit tersenyum melihat menejernya yang berbicara panjang lebar dan memarahinya. “Dia lucu sekali ....” gumamku pelan dan sekit terkikik melihat mereka berdua.            Tiga jam kemudian kulihat menejernya pun tertidur pulas. Mungkin dia terlalu mabuk. “Ahhh. Sepertinya aku harus membantunya membawa menejernya itu kembali,” batinku.            Tapi tak lama kemudian, sebuah hal aneh terjadi. “Ada apa dengannya?” batinku penuh pertanyaan.            Biasku terlihat sedang ketakutan dan melihat kearah sekitar kafe. Saat dia melihat ke arahku segera kualihkan pandanganku pada buku agar dia tak curiga padaku. “Apa dia sedang mencari seseorang?” batinku lagi.            Kulihat dia memegang ponselnya. Lalu beralih menatap keluar kafe. Tak lama kemudian kulihat dia berlari keluar dengan terburu-buru. Apa di teroro seseorang?            Karena penasaran aku juga melangkah keluar. Saat itu juga kulihat ia sedang tidak baik-baik saja. Keringat dingin menghiasi tubuhnya terbukti dengan kaos biasa yang ia pakai saat ini sangat basah.            Tiba-tiba saja dia berjalan mejauhi kafe. Dia sebenarnya mau ke mana? Aku terus bertenya-tanya pada diriku sendiri. Tapi tak kunjung menemukan jawaban.            Ku lihat dia tiba-tiba berbelok ke arah geng-gang kecil. Sambil berpegangan pada dinding. Tak lama kemudian kulihat ia terjatuh dan terlihat sangat kesulitan untuk berdiri.            “Apa kau baik-baik saja?” tanyaku dengan penuh kecemasan.            Namun ia tak menjawab. Aku segera mendekat dan mencoba membantunya berdiri. Ia sepertinya mencoba melihatku dengan jelas. Segera kupalingkan wajahku takut dia mengenali wajahku.            Tak lama kemudian kurasa tubuhnya semakin berat. Aku kembali terduduk dengan memeluknya erat. Hingga senyuman itu melelehkanku. “Apa dia tersenyum padaku?”  aku ikut tersenyum. Tapi senyumanku berubah panik saat tiba-tiba di tak sadarkan diri dan kalimat terakhir yang ia ucapkan adalah gadis pahlawanku.            “Apa maksudnya? Kenapa dia memanggilku gadis pahlawan?” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD